• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENENTUKAN TINDAK PIDANA YANG TERJADI, APAKAH PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ATAU

PEMBUNUHAN

Visum et Refertum juga berperan dalam menentukan tindak pidana yang terjadi, apakah merupakan penganiayaan yang mengakibatkan kematian atau pembunuhan. Hal ini dapat dilihat dari jangka waktu kematian korban dengan waktu tindak pidana terjadi. Apabila korban mati seketika tindak pidana terjadi maka tindak pidana yang terjadi adalah tindak pidana pembunuhan, sedangkan apabila korban tidak mati seketika tindak pidana terjadi, tetapi masih mempunyai jangka waktu (misalnya masih sempat dibawa kerumah sakit dan dokter masih sempat memberikan pertolongan) maka tindak pidana yang terjadi adalah tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian. Untuk melihat jangka waktu kematian ini dapat dilihat dari Visum et Refertum.

Selain dengan Visum et Refertum hakim juga dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi, yaitu dengan melihat niat dan tujuan yang ingin dituju oleh pelaku. Dalam tindak pidana pembunuhan, akibat kematian adalah tujuan pelaku. Sedangkan dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian kematian korban bukan merupakan tujuan dari pelaku. Pelaku hanya menginginkan rasa sakit atau luka tubuh pada korban.

Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai peranan visum et refertum dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, dalam bab ini penulis menganalisa suatu kasus yang telah diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan.

D. KASUS

Dalam bab ini penulis mengambil suatu kasus tentang tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian yang telah diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Medan, adapun ringkasan kasus adalah sebagai berikut:

Putusan Pengadilan Negari Medan No. 1066/Pid. B/2002/PN. Mdn. Kasus ini berkaiatan dengan Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Adapun kasusnya sebagai berikut: Pertama:

……Bahwa mereka terdakwa 1. Josep Sitepu, terdakwa 2. Hamzah Ginting dan terdakwa 3. Kelana Purba bersama dengan temannya Chandra Sembiring, Wasino dan Julianto Ginting (berkas terpisah), pada hari sabtu tanggal 2 Februari 2002 sekitar pukul 12.00 wib atau pada waktu lain pada bulan Februari 2002, di halaman Rumah Sakit Umum Adam Malik Jalan Bunga Lau Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Medan atau pada tempat lain yang termasuk wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan, dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, yang dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai berikut: pada hari sabtu tanggal 2 Februari 2002 sekitar pukul 11.30 wib terdakwa 1. Josep Sitepu, terdakwa 2. Hamzah Ginting dan terdakwa 3. Kelana Purba bersama dengan temannya Chandra Sembiring, Wasino dan Julianto Ginting (berkas terpisah) sedang berada di dapan sebuah warung yang terletak di depan RSU Adam Malik Medan, dan tidak lama waktu berselang terdakwa 1. Josep Sitepu melihat korban Dermawan Sembiring sedang berdiri di pinggir jalan, dan dikarenakan antara korban dengan terdakwa 1. Josep Sitepu sebelumnya telah terjadi perselisihan pribadi serta merasa dendam dengan korban. Selanjutnya

terdakwa 1. Josep Sitepu mengejar korban dengan membawa sebatang tombak yang ujungnya terbuat dari besi yang diambil terdakwa 1. Josep Sitepu dari oinggir parit warung. Perbuatan terdakwa 1 tersebut diikuti oleh terdakwa 2 yang membawa sebilah parang yang bergagang kayu yang diambil dari seorang pedagang di sekitar tempat kejadian, terdakwa 3 membawa batu, Wasino (berkas terpisah) membawa sebatang kayu dan Julianto Ginting membawa batu mangga. Menyadari bahwa jiwanya terancam, korban Dermawan Sembiring melarikan diri akan tetapi terjatuh karena dilempar oleh Julianto Ginting dengan batu, dan pada saat itu terdakwa 1 menusuk perut korban dengan tombak, tetapi korban masih bisa bangkit dan berlari menuju pintu gerbang rumah sakit, tetapi korban kembali jatuh dan dimanfaatkan oleh terdakwa 3 dengan membacok tangan kiri korban dengan parang sebanyak dua kali dan disusul oleh wasino dengan memukul kening korban sebanyak satu kali dengan menggunakan sebatang kayu, lalu terdakwa 3 kembali membacok dada sebelah kanan korban. Sedangkan Chandra Sembiring melempar punggung korban dengan batu dan terdakwa 2 membacok punggung korban sebanyak satu kali. Korban Dermawan Sembiring mencoba melakukan perlawanan dengan berusaha melempar batu kearah terdakwa 2, tetapi bisa dielak oleh terdakwa 2 yang lalu membacok punggung korban sekali lagi. Setelah melakukan perbuatan tersebut para terdakwa dan teman-temannya sempat melarikan diri sebelum menyerahkan diri kepada pihak berwajib pada hari minggu tanggal 3 Februari 2002, sedang korban dibawa ke Unit Gawat Darurat tetapi tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia berdasarkan Visum et Refertum yang dibuat oleh dokter yang berwenang.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Atau; Kedua:

……Bahwa mereka terdakwa 1. Josep Sitepu, terdakwa 2. Hamzah Ginting dan terdakwa 3. Kelana Purba bersama dengan temannya Chandra Sembiring, Wasino dan Julianto Ginting (berkas terpisah), pada hari sabtu tanggal 2 Februari 2002 sekitar pukul 12.00 wib atau pada waktu lain pada bulan Februari 2002, di halaman Rumah Sakit Umum Adam Malik Jalan Bunga Lau Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Medan atau pada tempat lain yang termasuk wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan, dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang yang menyebabkan matinya orang tersebut, yang dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai berikut: pada hari sabtu tanggal 2 Februari 2002 sekitar pukul 11.30 wib terdakwa 1. Josep Sitepu, terdakwa 2. Hamzah Ginting dan terdakwa 3. Kelana Purba bersama dengan temannya Chandra Sembiring, Wasino dan Julianto Ginting (berkas terpisah) sedang berada di dapan sebuah warung yang terletak di depan RSU Adam Malik Medan, dan tidak lama waktu berselang terdakwa 1. Josep Sitepu melihat korban Dermawan Sembiring sedang berdiri di pinggir jalan, dan dikarenakan antara korban dengan terdakwa 1. Josep Sitepu sebelumnya telah terjadi perselisihan pribadi serta merasa dendam dengan korban. Selanjutnya terdakwa 1. Josep Sitepu mengejar korban dengan membawa sebatang tombak yang ujungnya terbuat dari besi yang diambil terdakwa 1. Josep Sitepu dari oinggir parit warung. Perbuatan terdakwa 1 tersebut diikuti oleh terdakwa 2 yang

membawa sebilah parang yang bergagang kayu yang diambil dari seorang pedagang di sekitar tempat kejadian, terdakwa 3 membawa batu, Wasino (berkas terpisah) membawa sebatang kayu dan Julianto Ginting membawa batu mangga. Menyadari bahwa jiwanya terancam, korban Dermawan Sembiring melarikan diri akan tetapi terjatuh karena dilempar oleh Julianto Ginting dengan batu, dan pada saat itu terdakwa 1 menusuk perut korban dengan tombak, tetapi korban masih bisa bangkit dan berlari menuju pintu gerbang rumah sakit, tetapi korban kembali jatuh dan dimanfaatkan oleh terdakwa 3 dengan membacok tangan kiri korban dengan parang sebanyak dua kali dan disusul oleh wasino dengan memukul kening korban sebanyak satu kali dengan menggunakan sebatang kayu, lalu terdakwa 3 kembali membacok dada sebelah kanan korban. Sedangkan Chandra Sembiring melempar punggung korban dengan batu dan terdakwa 2 membacok punggung korban sebanyak satu kali. Korban Dermawan Sembiring mencoba melakukan perlawanan dengan berusaha melempar batu kearah terdakwa 2, tetapi bisa dielak oleh terdakwa 2 yang lalu membacok punggung korban sekali lagi. Setelah melakukan perbuatan tersebut para terdakwa dan teman-temannya sempat melarikan diri sebelum menyerahkan diri kepada pihak berwajib pada hari minggu tanggal 3 Februari 2002, sedang korban dibawa ke Unit Gawat Darurat tetapi tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia berdasarkan Visum et Refertum yang dibuat oleh dokter yang berwenang.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Berdasarkan setelah membaca surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, mendengarkan keterangan-keterangan saksi-saksi, keterangan

para terdakwa, dan alat bukti surat berupa Visum Et Refertum yang diajukan dipersidangan dan dikaitkan dengan barang bukti, maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan memutuskan bahwa:

KETERANGAN PUTUSAN Nomor. 1066/Pid.B/2002/PN Mdn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara- perkara pidana pada tingkat pertama yang dilakukan secara biasatelah menjatuhkan putusan dalam perkara dari terdakwa

Nama: Josep Sitepu, Lahir di Kemenangan Tani, Umur: 22 Tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki, Kabangsaan: Indonesia, tempat tinggal Jl. Jamin Ginting, Kec. Medan Tuntungan, Agama: Kristen, Pekerjaan : Ikut orang tua

Terdakwa berada didalam tahanan sejak tanggal 4 Februari 2002 Mengingat Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Mengadili

Menyatakan Josep Sitepu telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “secara bersama-sama melakukan panganiayaan yang Mengakibatkan matinya orang”.

Menghukum ia oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan.

Menetapkan bahwa hukuman itu akan dikurangi seluruhnya selama terdakwa berada dalam tahanan sementara.

Menetapkan agar terdakwa tetap dalam tahanan

Memerintahkan barang bukti berupa Sebilah Tombak dan sebilah parang, dirampas untuk dimusnakan;

Menghukum lagi terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp. 500,- Demikianlah diputuskan dan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Pada hari Selasa tanggal 12 September 2002 oleh kami R.M.Malau,SH sebagai hakim ketua majelis, H.P.Purba,SH dan W.Pardamean< SH masing-masing sebagai Hakim Anggota dengan dihadiri oleh Hendra A. Ginting, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan dan Ngapon Armaidi,SH Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut serta dihadiri terdakwa/Penasehat Hukumnya.

Hakim Anggota Hakim Ketua

1. H.P.Purba,SH R.M. Malau, SH

2. W. Pardamean,SH

Panitera Pengganti

KETERANGAN PUTUSAN Nomor. 1066/Pid.B/2002/PN Mdn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara- perkara pidana pada tingkat pertama yang dilakukan secara biasatelah menjatuhkan putusan dalam perkara dari terdakwa

Nama: Hamzah Giinting, Lahir di Medan, Umur: 23 Tahun, Jenis Kelamin: Laki- laki, Kabangsaan: Indonesia, tempat tinggal Jl. Bunga Ncole No. 01 Kec. Medan Tuntungan, Agama: Kristen, Pekerjaan : Ikut orang tua

Terdakwa berada didalam tahanan sejak tanggal 4 Februari 2002 Mengingat Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Mengadili

Menyatakan Hamzah Ginting telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “secara bersama-sama melakukan panganiayaan yang Mengakibatkan matinya orang”.

Menghukum ia oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan.

Menetapkan bahwa hukuman itu akan dikurangi seluruhnya selama terdakwa berada dalam tahanan sementara.

Menetapkan agar terdakwa tetap dalam tahanan

Memerintahkan barang bukti berupa Sebilah Tombak dan sebilah parang, dirampas untuk dimusnakan;

Menghukum lagi terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp. 500,- Demikianlah diputuskan dan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Pada hari Selasa tanggal 12 September 2002 oleh kami R.M.Malau,SH sebagai hakim ketua majelis, H.P.Purba,SH dan W.Pardamean< SH masing-masing sebagai Hakim Anggota dengan dihadiri oleh Hendra A. Ginting, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan dan Ngapon Armaidi,SH Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut serta dihadiri terdakwa/Penasehat Hukumnya.

Hakim Anggota Hakim Ketua

1. H.P.Purba,SH R.M. Malau, SH

2. W. Pardamean,SH

Panitera Pengganti

KETERANGAN PUTUSAN Nomor. 1066/Pid.B/2002/PN Mdn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara- perkara pidana pada tingkat pertama yang dilakukan secara biasatelah menjatuhkan putusan dalam perkara dari terdakwa

Nama: Kelana Purba, Lahir di Medan, Umur: 25 Tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki, Kabangsaan: Indonesia, tempat tinggal Jl. Bunga Ncole No. 08 Kec. Medan Tuntungan, Agama: Kristen, Pekerjaan : Ikut orang tua

Terdakwa berada didalam tahanan sejak tanggal 4 Februari 2002 Mengingat Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Mengadili

Menyatakan Kelana Purba telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “secara bersama-sama melakukan panganiayaan yang Mengakibatkan matinya orang”.

Menghukum ia oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan.

Menetapkan bahwa hukuman itu akan dikurangi seluruhnya selama terdakwa berada dalam tahanan sementara.

Menetapkan agar terdakwa tetap dalam tahanan

Memerintahkan barang bukti berupa Sebilah Tombak dan sebilah parang, dirampas untuk dimusnakan;

Menghukum lagi terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp. 500,- Demikianlah diputuskan dan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Pada hari Selasa tanggal 12 September 2002 oleh kami R.M.Malau,SH sebagai hakim ketua majelis, H.P.Purba,SH dan W.Pardamean< SH masing-masing sebagai Hakim Anggota dengan dihadiri oleh Hendra A. Ginting, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan dan Ngapon Armaidi,SH Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut serta dihadiri terdakwa/Penasehat Hukumnya.

Hakim Anggota Hakim Ketua

1. H.P.Purba,SH R.M. Malau, SH

2. W. Pardamean,SH

Panitera Pengganti