• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan Komponen Utama

Dalam dokumen Pedoman Penulisan Buku Non Teks Pelajaran (Halaman 67-83)

BAB 2 BUKU NONTEKS PELAJARAN

E. Cara Menulis Buku Nonteks

2. Mengembangkan Komponen Utama

Dalam mengembangkan buku nonteks, penulis perlu memerhatikan komponen utama buku nonteks berkualitas. Komponen-komponen itu berhubungan dengan: (1) materi atau isi buku, (2) penyajian materi, dan (3) bahasa dan/atau ilustrasi; dan (4) kegrafikaan. Penulis buku nonteks dapat menggunakan kriteria komponen tersebut sebagai rambu-rambu saja, sedangkan kreativitas dan inovasi pengembangan buku nonteks merupakan karakteristik seorang penulis buku nonteks. Komponen utama ini merupakan pemandu dalam menulis buku nonteks berkualitas.

(1) Komponen Materi

Seorang penulis buku nonteks memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi. Pengembangan materi dalam menulis buku nonteks tidak dibatasi oleh pemenuhan kompetensi dasar dan indikatornya serta konsistensi pemenuhan struktur buku teks yang sama antar bagian, melainkan

68

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

diberi keleluasaan berdasarkan sudut pandang penulis. Namun demikian, penulis buku nonteks harus memerhatikan tiga kriteria yang berlaku untuk penulisan semua jenis buku nonteks.

Kriteria Umum

Dalam menulis buku nonteks, penulis perlu memerhatikan materi yang akan dituangkan dalam buku nonteks. Materi yang dituangkan dalam buku nonteks adalah:

a) Materi yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;

b) Materi yang tidak bertentangan dengan ideologi dan kebijakan politik negara;

c) Materi yang menghindari masalah SARA, Bias Jender, serta Pelanggaran HAM.

Sebelum memulai menulis, seorang penulis buku nonteks perlu menetapkan materi yang akan ditulisnya. Materi buku nonteks pelajaran harus memenuhi kriteria mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, berdasarkan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan sebelumnya, penulis mencermati aspek-aspek tujuan pendidikan nasional yang harus ditopang oleh buku nonteks yang ditulis. Penulis harus mencermati tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Penulis harus yakin bahwa materi yang akan ditulis dalam buku nonteks akan berperan sebagai pendukung buku teks dalam mencapai tujuan pendidikan ini.

Materi buku harus sesuai dengan ideologi dan kebijakan politik negara. Artinya, materi atau isi buku jangan bertentangan dengan Pancasila, kebijakan politik negara, dan tidak bertendensi untuk memecah belah keutuhan Negara

69

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Materi yang disajikan dalam buku nonteks mungkin tidak tampak kesesuaian dengan idiologi dan kebijakan politik negara, namun pemaparan dalam buku nonteks tidak menimbulkan persoalan-persoalan pandangan terhadap idiologi dan kebijakan negara. Penulis buku nonteks justru harus semakin memantapkan keyakinan pembaca tentang idiologi dan kebijakan politik negara sebagai bentuk penguatan terhadap wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Paling tidak, penulis buku nonteks pelajaran tidak mengusung materi yang bertentangan dengan falsafah dan kebijakan politik Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal lain yang harus diperhatikan penulis buku nonteks dalam mengusung materi atau isi buku adalah menghindari masalah SARA, bias jender, serta Pelanggaran HAM. Dengan demikian, pemilihan materi atau bahasa dan ilustrasi yang terdapat di dalam buku nonteks harus tidak menimbulkan masalah yang berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan. Penulis merancang materi, bahasa, dan/atau gambar/ilustrasi dalam buku nonteks harus tidak mengungkapkan atau menyajikan sesuatu yang membiaskan (mendiskreditkan) jenis kelamin laki–laki atau perempuan. Selain itu, dalam menuliskan materi, bahasa, dan/atau gambar/ilustrasi dalam buku nonteks harus tidak mengungkapkan atau menyajikan hal–hal yang diduga akan bertentangan atau dapat dikategorikan melanggar Hak Asasi Manusia. Kehati-hatian seorang penulis buku nonteks sangat diperlukan dalam upaya menghindari persoalan yang berhubungan dengan masalah SARA, biar jender, dan Hak Asasi Manusia.

Kriteria Khusus

Dalam menulis buku nonteks pelajaran, seorang penulis harus memerhatikan kekhususan materi pada jenis buku nonteks yang akan ditulis. Kekhususan itu di antaranya:

70

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

(1) Materi yang ditulis sesuai dengan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat

(2) Mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia;

(3) Materi atau isi buku mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan kejuruan (vokasional) untuk memecahkan masalah dan mendorong “jiwa kewirausahaan”

(4) Materi atau isi buku harus secara maksimal membangun karakteristik kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan dan kepribadian yang mantap.

Apabila penulis akan menulis buku pengayaan pengetahuan atau pengayaan keterampilan maka kemutakhiran mutlak diperhatikan. Materi juga harus dapat dipercaya kebenarannya berdasarkan kebenaran keilmuan. Selain itu, materi harus akurat berdasarkan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, materi yang ditulis harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat.

Selain itu, seorang penulis buku nonteks juga harus memerhatikan kemutakhiran kebijakan pemerintah. Materi yang diusung dalam buku nonteks, selain harus menyesuaikan dengan kemutakhiran berdasarkan teori keilmuan juga harus menyesuaikan dengan kemutakhiran kebijakan pemerintah dan perkembangan sosial yang terjadi. Perkembangan ini sering tampak sangat cepat bergulir dan sering terlambat diikuti oleh kajian keilmuan yang melandasinya.

Buku Pengayaan

Seorang penulis buku nonteks harus berusaha secara maksimal menggunakan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

71

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Sumber-sumber yang dimaksud adalah kondisi fisik dan nonfisik sebagai kekayaan alam Indonesia. Misalnya, ketika penulis mengungkapkan materi tentang karakteristik tumbuhan, maka contoh-contoh tetumbuhan yang digunakan harus memaksimalkan tumbuhan yang ada di Indonesia, kecuali tidak ada. Dengan demikian, penulis harus memiliki wawasan tentang keindonesiaan, baik tentang sumber daya alam hayati dan fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya Indonesia. Dari ini diharapkan pada pembaca akan tumbuh rasa memiliki sumber-sumber tersebut dan mudah mengaitkan contoh-contoh yang tersaji dalam buku nonteks. Selain itu, penulis dapat menggunakan sumber tentang nilai-nilai moral dan budaya bangsa Indonesia, yang tidak bertentangan dengan ciri khas, nilai budaya, dan jati diri bangsa Indonesia. Materi ini tidak menentang atau bertentangan dengan perilaku, karakteristik, dan kepribadian bangsa Indonesia

Dalam menulis buku pengayaan keterampilan, seharusnya materi atau isi buku tersebut dapat mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan kejuruan (vocasional) untuk memecahkan masalah dan mendorong “jiwa kewirausahaan. Buku pengayaan keterampilan yang ditulis harus dapat memotivasi pembaca untuk menggali dan memanfaatkan informasi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah. Materi buku pengayaan keterampilan harus dapat memotivasi pembaca untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerja sama dengan orang lain, mampu menumbuhkan kesadaran hukum untuk pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship). Selain itu, materi atau isi buku harus dapat mendorong etos kerja dan semangat produktivitas pembaca dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca diarahkan untuk tidak cepat menyerah dalam mendapatkan persoalan, melainkan harus dicari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya.

72

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Seorang penulis buku pengayaan kepribadian harus dapat mengusung materi atau isi yang secara maksimal membangun karakteristik kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan. Materi buku dapat mengangkat karakteristik kepribadian dan budaya bangsa Indonesia yang tidak bertentangan dengan ciri khas, nilai budaya, dan jati diri bangsa Indonesia, sehingga materi buku pengayaan kepribadian ini dapat membangun kebribadian yang tidak bertentangan dengan perilaku dan karakteristik bangsa Indonesia.

Dalam menyajikan buku pengayaan kepribadian, materi atau isi buku seharusnya menyajikan sikap atau kepribadian yang meliputi sikap keramahtamahan, konsistensi, bergairah, dapat membuka hati, dan memiliki emosi yang stabil, yang meliputi: (a) agreeableness: ramah, dapat bekerja sama, suka menolong, suka menjalin hubungan interpersonal, suka berkorban, peduli, pemaaf, dan simpati; (b) conscientiousness: konsisten, teratur, dapat diandalkan, kerja keras, dan motivasi berprestasi; (c) extraversion: pandai bergaul/ bersosialisasi, energetik, bergairah, dan antusias; (d) openness: kreatif, inovatif, keingintahuan akan hal2 baru (curiosity), imajinatif, dan reflektif; dan (e) emotional stability: percaya diri, tenang atau tidak temperamental.

Buku Referensi

Seorang penulis buku referensi (kamus, ensiklopedia, peta) harus memerhatikan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat dalam bidang (a) kartografi; (b) perkamusan; atau (c) ensiklopedia. Penulis seharusnya menggunakan data-data, konsep, atau teori yang mutakhir, tidak terdapat kesalahan konsep yang fatal, akurat dalam mendeskripsikan bahasan. Selain itu, materi atau isi buku referensi harus komplit, komprehensif, dan konsisten sesuai dengan karakteristik bidang atau ruang lingkup buku referensi. Kekomplitan materi meliputi masuknya pembahasan keseluruhan lema (entry) yang penting dan relevan. Kekomprehensifan materi isi bermakna pembahasan yang

73

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

menyeluruh untuk setiap lema. Konsistensi dalam pembahasan artinya bahwa keseluruhan pembahasan berada dalam jalur bidang ilmunya.

Buku Panduan Pendidik

Dalam menulis buku panduan pendidik, seharusnya materi buku diarahkan pada pengembangan kompetensi (1) profesional; (2) pedagogik; (3) sosial; dan (4) kepribadian. Materi buku panduan pendidik selain merupakan pemandu dalam mengembangkan kompetensi profesional pendidik yang bergiat pada jalur pendidikan formal, juga bagi pendidik pada jalur pendidikan informal dan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Keempat kompetensi pendidik tersebut masih perlu ditingkatkan melalui pengembangan buku panduan pendidik.

Penulis buku panduan pendidik dapat menyajikan materi dengan konsep-konsep pendidikan yang benar dari bidang kajian berikut teori–teori pendidikan dan pembelajaran; metode pembelajaran; media pembelajaran; evaluasi pembelajaran; penelitian pembelajaran; dan jenis panduan pendidik lain. Materi buku panduan pendidik dapat berisi teori–teori pendidikan dan pembelajaran yang sedang berkembang dan berterima pada saat ini. Apabila penulis akan menulis buku panduan pendidik jenis pembelajaran maka seharusnya menyodorkan materi berisi penerapan metode pembelajaran, berisi contoh penggunaan model, pendekatan, metode, teknik, atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan teori–teori pembelajaran yang mutakhir.

Selain itu, materi atau isi buku panduan pendidik dapat berupa upaya mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Oleh karena itu, materi atau isi buku harus dapat memandu dalam mempermudah proses pembelajaran, memuat bentuk pembelajaran (model, metode, pendekatan atau teknik) yang dapat membantu pendidik untuk

74

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif, dan harus memberikan pedoman yang mengarahkan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

Apabila jenis buku panduan pendidik yang ditulis berhubungan dengan kegiatan mengevaluasi pendidikan, maka materi atau isi buku harus dapat memandu pembaca dalam menentukan langkah–langkah evaluasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori–teori evaluasi dan memuat model– model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.

(2) Komponen Penyajian

Dalam menulis buku nonteks pelajaran, penulis harus memerhatikan aspek-aspek penyajian materi sesuai dengan jenis buku nonteks yang ditulis. Aspek yang harus mendapat perhatian penulis dalam menulis semua jenis buku nonteks adalah penyajian materi buku dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami. Dalam menyajikan materi, penulis harus dapat mengemas materi secara runtun dan sistematis atau berurutan. Misalnya, keruntunan itu menggunakan urutan dari materi yang mudah dahulu, kemudian yang sulit atau dari yang sederhana kemudian yang kompleks. Sistematika lain dapat dilakukan dengan cara mengurutkan dari hal-hal yang bersifat umum kemudian menyajikan hal-hal yang bersifat khusus atau sebaliknya.

Penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan pengetahuan atau buku panduan pendidik harus memerhatikan pengembangan kecakapan akademik, kreativitas, kemampuan berinovasi. Dalam menyajikan materi penulis mengarahkan pada pengembangan kecakapan akademik sebagai wawasan keilmuan bidang yang ditulis. Misalnya, dalam menyajikan materi buku pengayaan pengetahuan atau buku pandauan pendidik, maka selayaknya penulis mengembangkan materi tersebut lebih mendalam, menyeluruh, dan

75

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

meluas daripada materi yang diperkirakan telah dikuasai pembaca sehingga pembaca merasakan beroleh pengembangan wawasan dan nilai tambah pengetahuan. Demikian pula pengembangan kreativitas dan kemampuan berinovasi harus menjadi perhatian penulis ketika menyajikan materi sehingga kecakapan berkreasi dan berinovasi pembaca dapat terbangun dari materi buku nonteks yang disajikan.

Selain itu, jika penulis akan menulis buku pengayaan pengetahuan dan kepribadian atau panduan pendidik maka penyajian materi harus dapat menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih jauh. Penyajian materi harus dapat mendorong pembaca untuk terus mencari tahu lebih mendalam dengan mencari sumber bacaan lain, atau mempraktikan dan mencoba uraian yang disajikan dalam buku tersebut.

Khusus untuk penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan keterampilan, selain penyajian materi dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami, juga harus memerhatikan penyajian materi yang:

(a) mudah dilakukan, familiar (intim dengan pembaca), dan menyenangkan; (b) dapat merangsang pengembangan kreativitas, aktivitas fisik/psikis, dan

merangsang pembaca untuk menenerapkan berdasarkan bahan, alat, dan tahapan kerja.

Penyajian materi buku pengayaan keterampilan agar mudah dilakukan, familiar, dan menyenangkan pembaca biasanya ditempuh dengan mengenalkan manfaat yang dapat diperoleh pembaca, media yang familiar, dan untuk mempraktikannya membuat pembaca bergembira.

Hal lain yang harus diperhatikan penulis buku pengayaan keterampilan, penyajian materi buku harus merangsang pengembangan kreativitas, aktivitas fisik atau psikis, dan memudahkan untuk diterapkan yang dilengkapi dengan langkah-langkah kerja. Langkah-langkah kerja ini merupakan ciri khas buku pengayaan keterampilan. Cara menyajikan hal ini dapat dilakukan dengan

76

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mengurutkan langkah-langkah kerja yang dilengkapi gambar, atau dapat pula disajikan dengan nomor tahapan kerja, seperti contoh berikut ini:

Contoh I: Penyajian Tahapan Kerja

Sumber: Muharnanto dan Aryastyani, Ria, Aneka Cetakan Lilin Hias, Puspa Swara, Jakarta, 2001.

77

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Contoh II: Penyajian Tahapan Kerja

Penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan kepribadian, selain penyajian materi dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami serta menumbuhkan untuk mengetahui lebih jauh, juga seharusnya materi yang disajikan dapat mengembangkan kecakapan emosional, sosial, dan spiritual dari pembaca. Kecakakapan emosional itu di antaranya kemampuan dalam pengendalian diri, kedewasaan dalam bertindak, dan menghargai keindahan. Selain itu, penyajian dapat merangsang pembaca untuk memiliki kecakapan sosial, yang ditandai oleh sikap empati, jujur, peduli pada sesama,

Sumber: Suradi, A. Prayitno, Membuat Aneka Barang Kerajinan

78

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dan suka menolong. Penyajian materi yang mengembangkan kecakapan spiritual di antaranya mengembangkan keyakinan pembaca tentang keesaan Maha Pencipta, meningkatkan keimanan, dan ketakwaan dalam menjalankan kehidupan beragama.

Apabila penulis buku nonteks akan menulis buku referensi, maka dalam menyajikan lema harus disertai dengan keterangan yang memadai (pengucapan, sub-lema, referensi silang, lettering/pengaksaraan, simbol dan pewarnaan) sesuai dengan peruntukan buku tersebut. Selain itu, dalam menyajikan materi buku referensi penulis perlu menyajikan pembahasan setiap lema yang dilakukan secara runut, sistematis, dan logis.

(3) Komponen Bahasa dan/atau Ilustrasi

Dalam menulis buku nonteks pelajaran seorang penulis harus memerhatikan penggunaan bahasa dan ilustrasi (jika jenis buku menuntut ilustrasi). Penulis buku nonteks pelajaran kiranya perlu memerhatikan penggunaan bahasa dan/atau ilustrasi, terutama dalam hal berikut.

(a) Buku yang menuntut kehadiran ilustrasi, maka penggunaan ilustrasi (gambar, foto, diagram, tabel, lambang, legenda) harus dilakukan sesuai dan proporsional;

(b) Dalam menggunakan istilah atau simbol (untuk jenis buku yang menggunakan) harus baku dan berlaku secara menyeluruh;

(c) Dalam menggunakan bahasa, yang meliputi ejaan, kata, kalimat, dan paragraf harus tepat, lugas, dan jelas.

Seorang penulis harus dapat bekerja sama dengan layouter di penerbitan. Penulis dapat memesan gambar yang lengkap dengan karakternya sehingga ukuran gambar (foto atau repro–foto dan lukisan) yang digunakan proporsional jika dibandingkan dengan ukuran aslinya sehingga dapat menimbulkan minat baca. Dalam penggunaan warna gambar (foto atau repro–foto dan lukisan) yang

79

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

digunakan harus sesuai dengan peruntukan pesan atau materi yang disampaikan dan ilustrasi perlu diberi keterangan secara lengkap sehingga mempermudah pembaca untuk memahaminya. Setiap gambar, tabel, atau grafik harus diberi judul dan dilengkapi dengan sumbernya.

Dalam menggunakan istilah atau simbol (legenda, lema, atau lettering atau pengaksaraan dalam jenis buku referensi) harus baku. Dengan menggunakan istilah atau simbol yang baku ini maka akan berlaku secara menyeluruh dimaknai oleh pembaca. Penggunaan istilah atau simbol yang tidak baku akan menimbulkan kekacauan dalam penggunaan buku referensi sehingga dapat menyulitkan pembaca. Misalnya, dalam menulis atlas atau kamus digunakan istilah atau simbol yang tidak baku atau tidak berlaku secara umum maka manfaat dari buku nonteks tersebut menjadi berkurang bagi pembaca atau peserta didik khususnya.

Bahasa buku nonteks harus tepat, lugas, dan jelas. Penulis buku nonteks harus memerhatikan penggunaan ejaan (penulisan huruf dan tanda baca) yang sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penulis jangan mengabaikan penggunaan kata atau istilah (keilmuan atau asing) serta pilihan kata (diksi), karena dalam menulis buku nonteks diperlukan penggunaan kata dan pilihan kata yang benar, baik sebagai bentuk serapan maupun sebagai istilah keilmuan. Kalimat yang digunakan harus efektif, lugas, tidak ambigu (tidak bermakna ganda) dan sesuai dengan makna pesan yang ingin disampaikan. Pesan atau materi yang disajikan harus dikemas dalam paragraf yang mencerminkan kesatuan gagasan dan keutuhan makna sesuai dengan jenis buku nonteks yang ditulis.

Hal lain yang harus diperhatikan oleh penulis buku nonteks pelajaran adalah keterbacaan (readability) buku tersebut. Buku nonteks pelajaran yang memiliki keterbacaan rendah maka akan sulit dipahami pembaca dan pesan dalam materi yang ditulis akan menjadi sia-sia dipahami peserta didik atau

80

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pendidik. Berdasarkan hasil penelitian (Suherli, 2003; 2006) buku yang memiliki keterbacaan tinggi bergantung pada penggunaan unsur bahasa (kata, kalimat, paragraf, dan wacana). Penggunaan kata yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula jika menggunakan kosakata sederhana dan sesuai dengan konteks sosial pembaca, serta harus menghindari penggunaan istilah khusus (teknis), asing, dan bermakna konotatif (kecuali buku pengayaan kepribadian yang disusun dalam bentuk fiksi atau jenis puisi). Sementara itu, bagi pembaca tingkat lanjut atau mahir penggunaan kosakata yang memiliki keterbacaan tinggi jika penggunaan kosakata tersebut mendapat dukungan aspek konteks kalimat yang sistematis.

Penggunaan kalimat yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah kalimat-kalimat yang memiliki susunan sederhana. Kehadiran setiap unsur dalam kalimat tersebut akan semakin meningkatkan keterpahaman kalimat tersebut dan akan memiliki keterbacaan tinggi. Kalimat yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca lanjut atau mahir ditentukan oleh tingkat keintiman dan susunan kalimat tersebut. Semakin tidak familiar suatu kalimat atau susunan yang kompleks dari kalimat tersebut maka akan semakin rendah keterbacaan buku tersebut. Oleh karena itu, penulis buku nonteks sebaiknya menggunakan kalimat yang sesuai dengan sasaran pembaca agar buku yang ditulis memiliki keterbacaan tinggi.

Penggunaan paragraf yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah paragraf jenis deduktif (paragraf yang letak pikiran utama atau gagasan pokoknya disajikan pada awal paragraf). Penulis dapat menggunakan jenis paragraf induktif, jika pembaca sasarannya adalah pembaca lanjut atau mahir. Semakin banyak jenis paragraf induktif yang digunakan penulis maka semakin rendah keterbacaan suatu teks dalam buku tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak paragraf deduktif digunakan maka semakin tinggi pula keterbacaan buku nonteks tersebut.

81

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Wacana yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah jenis narasi. Penggunaan jenis deskripsi hanya dapat digunakan untuk pembaca lanjut atau mahir. Sementara itu, jika penulis menentapkan sasaran pembaca adalah pembaca lanjut atau mahir, maka dapat menggunakan jenis wacana eksposisi atau argumentasi untuk buku nonteks bidang ilmu eksakta, sedangkan bidang sosial atau humaniora sebaiknya menggunakan jenis narasi atau eksposisi.

Berdasarkan karakteristik keterbacaan ini, penulis buku nonteks dapat memilih penggunaan kata, kalimat, paragraf, atau wacana sesuai dengan pembaca sasaran. Kecermatan penulis dalam penggunaan unsur-unsur bahasa yang disesuaikan dengan pembaca sasaran akan dapat meningkatkan tingkat keterbacaan buku nonteks yang ditulis.

(4) Komponen Grafika

Pada umumnya penulis buku tidak terlibat secara langsung dalam mewujudkan grafika buku. Namun, penulis dapat menyampaikan usulan kepada penerbit tentang grafika yang diharapkan. Komponen grafika yang dapat diusulkan penulis buku nonteks kepada penerbit terutama berkaitan dengan desain kulit buku dan tipografi isi buku. Biasanya penerbit menyampaikan dummy buku kepada penulis untuk dikoreksi selain aspek isi juga meminta masukan terhadap aspek grafika. Dengan kerja sama antara penulis dan penerbit dalam mewujudkan grafika buku diharapkan terbangun keselarasan antara gagasan penulis dengan orientasi penerbit dalam memasarkan buku tersebut.

Penulis dapat mengusulkan desain kulit buku yang berkenaan dengan tata letak, tipografi, atau ilustrasi yang menarik, sederhana, dan mencerminkan isi buku. Penulis dapat membandingkan desain kulit buku yang dirancang penerbit dengan gagasan yang disajikan sebagai materi atau isi buku. Perlu kiranya menjadi perhatian penulis, bahwa keperluan penerbit selain pada isi

82

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

buku, juga berkeperluan dengan desain kulit buku untuk kepentingan pemasaran buku tersebut. Dengan demikian, penulis yang baik seharusnya dapat membangun kebersamaan dalam menyelaraskan antara kepentingan penyampaian isi buku dengan kepentingan pemasaran buku tersebut. Misalnya, contoh desain kulit buku berikut:

Bagian yang tidak kalah penting untuk diusulkan penulis adalah desain isi

Dalam dokumen Pedoman Penulisan Buku Non Teks Pelajaran (Halaman 67-83)

Dokumen terkait