• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penulisan Buku Non Teks Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Penulisan Buku Non Teks Pelajaran"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian Buku Nonteks Pelajaran

Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan, terdapat empat jenis buku pendidikan yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4). Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.

Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas dipertegas lagi oleh surat Badan Standar Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal 22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan standarisasi buku-buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat

(2)

2

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan pengelompokan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda dengan buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal, buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami suatu subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi, sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk karya kepanditaan (scholarly, literary) terkait subjek yang bersangkutan. Sementara itu, buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai buku untuk memelajari salah satu bidang studi pada lembaga pendidikan.

Berdasarkan pengelompokan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri buku nonteks pelajaran, yaitu:

(1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

(2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas, atau buku panduan bagi pembaca;

(3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan;

(4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki

(3)

3

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;

(5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;

(6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran. Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.

B. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 maka ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Untuk memenuhi standar tersebut dikembangkan buku teks pelajaran yang isinya sesuai dengan ketentuan Standar Isi. Sementara itu, untuk menunjang pencapaian standar isi perlu dikembangkan buku-buku yang mendukung dan melengkapinya, yaitu buku nonteks pelajaran. Dengan

(4)

4

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

demikian, buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sangat strategis dalam mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat melengkapi pendalaman materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari pembahasan materi yang tidak tersaji secara lengkap dalam buku teks pelajaran. Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki pula kedudukan sebagai buku yang dapat menunjang pengembangan materi atau isi buku teks pelajaran, baik secara filosofis, historis, etimologis, geografis, pedagogis, dan segi lainnya dari materi yang tersaji dalam buku teks pelajaran.

Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi kekayaan alam dan budaya Nusantara akan memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat mempromosikan kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia. Keberagaman suku bangsa akan memunculkan keanekaragaman budaya sebagai suatu kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ini akan dapat menginformasikan kekayaan bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan diberdayakan oleh bangsanya, bukan sebaliknya hanya dieksploitasi untuk kepentingan bangsa lain.

Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni akan memiliki kedudukan sebagai buku yang melestarikan kekayaan Ipteks yang telah dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik yang telah dikembangkan bangsa lain maupun oleh bangsa Indonesia dapat dilestarikan dalam dokumen tertulis, yaitu buku nonteks pelajaran.

Buku nonteks pelajaran yang berisi prinsip atau prosedur pembelajaran atau berisikan materi pokok dan model pembelajaran yang dapat digunakan pendidik memiliki kedudukan sebagai buku panduan. Prinsip-prinsip pembelajaran atau prosedur membelajarkan peserta didik tentang materi pokok dari salah satu mata pelajaran di satuan pendidikan dapat dituangkan dalam buku nonteks sebagai upaya pengembangan kualitas pendidikan.

(5)

5

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai bahan pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku nonteks pelajaran dapat memperkaya pembaca (termasuk peserta didik) dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi sebagai referensi, buku nonteks pelajaran dapat menjadi rujukan dan acuan bagi pembaca (termasuk peserta didik) dalam mendapatkan jawaban atau kejelasan tentang sesuatu hal secara rinci dan komprehensif yang dapat dicari dengan cepat. Fungsi sebagai panduan, buku nonteks pelajaran dapat menjadi pemandu dan tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik atau pihak lain yang berkepentingan dalam melaksanakan pendidikan dan proses pembelajaran serta kegiatan pendukung lainnya.

C. Tujuan dan Sasaran Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1) Mendorong para penulis Indonesia untuk menggali dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang dapat dituangkan ke dalam buku pengayaan, buku referensi, atau buku panduan pendidik yang berkualitas; 2) Mengembangkan kualitas literasi Sumber Daya Manusia Indonesia dengan

menciptakan bacaan dalam buku nonteks menarik, inovatif, dan memacu penumbuhan kreativitas bangsa Indonesia;

3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meyediakan buku-buku yang dapat memerkaya buku teks pelajaran, yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara mendalam dan meluas, atau yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengimplementasikan prinsip dan prosedur pembelajaran bagi pendidik;

(6)

6

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan bacaan yang dapat membuka wawasan pembaca dalam menerima keragaman masukan agar pembaca dapat memperbaiki kualitas diri dalam berkehidupan.

Adapun sasaran pengguna dari pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini adalah para penulis buku, baik sebagai penulis profesional maupun pendidik atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan menulis buku. Buku panduan ini dapat pula digunakan oleh pemerhati dan peminat bidang penulisan yang mengarah pada peningkatan kualitas bangsa Indonesia dan memantapkan kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, berdemokrasi, dan bangsa yang dapat hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa maju di dunia.

Selain itu, pedoman ini dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan oleh pengelola penerbitan, termasuk di dalamnya penyunting, penata letak, atau pemadu grafis dari suatu perusahaan penerbitan. Dari pedoman ini diharapkan dapat mendorong penerbitan buku nonteks berkualitas dalam penyuntingan, penataletakan, penggunaan grafika yang dapat meningkatkan minat baca dan budaya baca bangsa Indonesia.

(7)

7

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

BAB 2

BUKU NONTEKS PELAJARAN

A. Ragam Buku Nonteks Pelajaran

Berdasarkan fungsinya buku nonteks pelajaran dapat menyajikan materi-materi yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan, memperkaya keterampilan, serta dapat memperkaya kepribadian peserta didik atau pembaca lain dalam mencermati suatu objek studi tertentu atau salah satu bagian dalam kajian keilmuan. Selain itu, terdapat pula buku nonteks pelajaran yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau acuan bagi seseorang dalam memecahkan permasalahan atau meyakinkan tentang sesuatu hal berdasarkan keyakinan keilmuan. Ada pula buku nonteks pelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman, acuan, atau panduan dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran sehingga menghubungkan dimensi-dimensi keilmuan, yaitu ilmu mendidik, ilmu psikologi perkembangan, dan ilmu yang berhubungan dengan bidang studi.

Berdasarkan uraian tersebut, buku nonteks pelajaran memiliki keragaman yang longgar. Keragaman ini berhubungan dengan fungsi buku tersebut, sehingga ragam buku nonteks pelajaran terdiri atas buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku-buku panduan pendidik. Keragaman juga dapat ditemukan berdasarkan penyajian buku-buku nonteks pelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga pedoman ini hanya merupakan stimulator bagi pengembangan buku nonteks pelajaran yang lebih baik.

B. Jenis-jenis Buku Nonteks Pelajaran

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik. Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat

(8)

8

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dikembangkan kembali ke dalam beberapa karakteristik yang lebih khas, seperti uraian berikut ini.

1. Buku Pengayaan

Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian.

Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

a. Buku Pengayaan Pengetahuan

Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku pengayaan pengetahuan lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan.

Konsep dasar pengetahuan yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari konsep dasar ilmu maupun

(9)

9

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.

Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya mempersiapkan konsep dasar pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan materi yang akan diperkaya. Materi yang diperkaya ini merupakan materi pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh pembelajar atau pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu. Bidang yang dimaksud adalah materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah, namun belum secara utuh disajikan dalam materi pelajaran.

Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya dapat menetapkan aspek kognitif yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek kognitif yang dikembangkan itu jika ditinjau dari sisi edukasi memiliki nilai positif bagi perluasan kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca.

Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa domain kognitif itu merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Selanjutnya, Bloom (1991: 18) membagi aspek kognitif ke dalam knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create (berkreasi). Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan untuk mengukur aspek kognitif dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang.

(10)

10

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan membedakan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu kegiatan. Aspek analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan meramu atau menggabungkan rincian atau uraian. Aspek evaluasi merupakan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu. Aspek kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas berdasarkan sesuatu yang telah dikuasainya.

Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek yang masih perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena pengembangan aspek kognitif dalam buku teks pelajaran dibatasi oleh ketentuan dan tuntutan Stanar Isi. Sementara itu, aspek kognitif tersebut masih memerlukan pengembangan dan pendalaman materi. Oleh karena itu, sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari pengembangan tersebut, pembaca akan beroleh pengetahuan yang lebih luas, lebih kaya, dan lebih menyeluruh daripada pengembangan kognitif yang terdapat dalam buku teks pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi yang terdapat dalam buku teks pelajaran dipandang masih kurang maka buku pengayaan pengetahuan seharusnya melengkapi kekuranglengkapan kemampuan tersebut.

Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini

(11)

11

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.

Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai science (baik untuk ilmu pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan bidang kajian. Buku pengayaan pengetahuan berfungsi untuk memerkaya wawasan, pemahaman, dan penalaran pembaca. Buku pengayaan pengetahuan bagi pelajar akan berhubungan dengan upaya-upaya memerkaya pencapaian tujuan pendidikan secara umum.

Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu memberikan tambahan pengetahuan kepada pembacanya, baik yang bersentuhan langsung dengan materi yang dipelajari dalam lembaga pendidikan maupun di luar itu. Dalam konteks lembaga pendidikan, buku pengayaan akan memosisikan peserta didik agar beroleh tambahan pengetahuan dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks pelajaran tidak diperoleh informasi pengetahuan yang lebih lengkap dan luas sebagaimana tertuang dalam buku pengayaan.

Buku pengayaan pengetahuan di antaranya memiliki fungsi pengaya pengetahuan, yaitu (1) dapat meningkatkan pengetahuan (knowledge) pembaca; dan (2) dapat menambah wawasan pembaca tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Contoh-contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis buku pengayaan pengetahuan di antaranya:

Tanaman Obat Penyembuh Ajaib yang ditulis oleh Herminia de Guzman-Ladion.

Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis yang ditulis oleh Eddy Prahasta.

(12)

12

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

b. Buku Pengayaan Keterampilan

Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan psikomotorik, sebagai suatu istilah yang mengarah pada makna penerapan dari kemampuan pengetahuan dan sikap seseorang. Dalam konteks pengembangan kemampuan seseorang terdapat empat bidang kemampuan utama manusia, yakni (l) kemampuan dasar; (2) kemampuan umum; (3) kemampuan vokasional dan (4) kemampuan akademis.

Keterampilan merupakan suatu kemampuan dasar dalam melaksanakan tugas. Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilan-keterampilan awal yang sifatnya esensial yang harus dikuasai sebelum mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan menghitung, mencari hubungan antara ruang dan waktu; memberikan nama; mengkomunikasikan dengan yang lain adalah contoh kemampuan dasar (Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah keterampilan juga mengarah pada kecakapan vokasional yang ditandai dengan penerimaan dan peningkatan kecakapan yang bersifat praktis. Kecakapan ini berhubungan dengan keterampilan pekerjaan, sekalipun dalam tahapan yang paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh kemampuan ini mengarah pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34).

Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat dikombinasikan bahwa keterampilan itu adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan dikembangkan dari potensi individu untuk diterapkan dalam aktivitas hidup sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat praktis, yang melibatkan kemampuan dalam menghitung, memberi nama, memberikan hubungan antara ruang, dan waktu, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.

Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan

(13)

13

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.

Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan bacaan bagi seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan dan anggota masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya. Contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis pengayaan keterampilan di antaranya:

Membuat Mesin Tetas Elektronik oleh Kelly S, Penerbit Kanius, Tahun l995.

Petunjuk Perawatan Anggrek oleh Ir. Hadi Iswanto, Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Tahun l998.

Cetak Sablon untuk Pemula oleh Guntur Nusantara, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2003;

Memperbaiki TV dan Radio oleh Yosalfa, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2000;

c. Buku Pengayaan Kepribadian

Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan dan peningkatan kualitas kepribadian pembaca. Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan seharusnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari segi konsep dasar maupun perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar kepribadian yang dimaksud, harus dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, baik secara secara personal maupun kolektif. Nilai-nilai kemanusiaan maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan

(14)

14

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mental-emosional pembaca, mendorong kedewasaan pribadi, membangun kewibawaan dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap empati, dan mengembangkan kecakapan hidup.

Beberapa ahli menyampaikan pandangan mereka tentang konsep dasar kepribadian. Menurut Crowl, Kamensky, dan Podell (1997) kepribadian adalah the collection of attributes, including attitudes, traits, behavior patterns an values that characterize an individual. Sementara itu, menurut Allport (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment to his environment. Menurut Prince (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the sum total of all the biological innate disposition, impulses, tendencies, appetites, instinc of individual and the acquired dispositions and tendencies acquired by experience.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kepribadian itu merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari suatu sistem psikofisik (jiwa-raga), bersifat kompleks, serta ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dan luar individu, yang secara keseluruhan tercermin dalam tingkah laku individu yang unik.

Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan dalam buku-buku pengayaan kepribadian juga mengacu kepada “insan Indonesia cerdas dan kompetitif”. Tentu saja hal ini harus sesuai dengan lingkungan sosial budaya Indonesia. Dalam konteks ini, “insan Indonesia cerdas dan kompetitif” merupakan pribadi yang cerdas spiritual dan kematangan beragama, cerdas emosional dan sosial, serta cerdas intelektual. Selain itu, buku yang ditulis juga mendorong kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu membangun jiwa produktif dan kompetitif.

Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat

(15)

15

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Pemaknaan buku pengayaan kepribadian adalah mampu meningkatkan kualitas kepribadian pembaca, selain yang tertuang di dalam tujuan pendidikan. Pada akhirnya, buku pengayaan kepribadian diharapkan juga dapat memosisikan pembaca dalam kerangka pembentukan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi sesamanya dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku-buku pelajaran tidak diperoleh uraian dan contoh yang lebih lengkap dan luas.

Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca. Buku pengayaan kepribadian berfungsi sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lain pada umumnya yang dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin. Contoh-contoh judul buku pengayaan kepribdian di antaranya:

Merakit dan Membina Keluarga Bahagia oleh W. Jay Batra dkk.

Membangun Kreativitas oleh Anna Craft.

Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata.

Pedang Raja oleh Yaseoulrok.

2. Buku Referensi

Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal. Penyajian materi pada jenis buku ini disusun secara sistematis sehingga pembaca dapat menemukannya secara cepat dan tepat. Buku referensi biasanya memberikan informasi dasar yang menjadi rujukan ketika orang berusaha memahami suatu istilah atau konsep, baik tentang sesuatu yang umum atau sesuatu yang bersifat khusus (dalam suatu bidang keilmuan tertentu).

(16)

16

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus, ensiklopedia, dan peta atau atlas. Beberapa jenis lainnya seperti standar instalasi kelistrikan dan mesin otomotif, tabel logaritma, kumpulan data-data statistik, dan sebagainya dapat juga dikelompokan sebagai buku referensi.

a. Ensiklopedia

Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku referensi agar kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat digunakan pembaca secara tepat. Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan yang disajikan dalam sebuah (atau beberapa jilid) buku yang berisi keterangan tentang semua atau suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau yang merangkum secara komprehensif suatu cabang ilmu dalam serangkaian artikel yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad atau alfabetis.

Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek secara terpisah dan mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad untuk memudahkan penggunaannya. Ensiklopedia disusun berdasarkan klasifikasi subjek, atau gabungan antara klasifikasi subjek dan urutan abjad, terutama pada ensiklopedia khusus. Ensiklopedia yang baik biasanya dilengkapi dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi yang menarik untuk memperjelas pengertian dari suatu lema (entry).

Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut ensiklopedia umum. Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal yang ditujukan untuk menyediakan ringkasan komprehensif semua cabang pengetahuan, ilmu, teknologi, seni dan lainnya. Ensiklopedia yang memuat atau membahas hanya satu aspek atau satu disiplin ilmu disebut ensiklopedia khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya dibatasi hanya pada satu bidang ilmu tertentu atau beberapa bidang terkait, misalnya ensiklopedia botani,

(17)

17

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

ensiklopedia pendidikan, ensiklopedia arsitektur, ensiklopedia dunia medis, ensiklopedia transportasi, dan sebagainya.

Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema disusun secara alfabetis atau mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara keilmuan; (2) penjelasan lema disertai dengan gambar-gambar yang menarik, relevan dan informatif dengan lema yang dibahas; (3) lema memiliki tingkat kekomplitan yang tinggi atau sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas secara komprehensif; (5) seluruh lema yang disajikan konsisten dengan bidang bahasan ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia dilengkapi dengan glosarium, indeks dan daftar pustaka. Contoh-contoh judul buku ensiklopedia di antaranya:

Encyclopedia Americana oleh Americana Corporation

Ensiklopedia Botani

Ensiklopedia Arsitektur

Ensiklopedia Antariksa

b. Kamus

Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini secara menyeluruh. Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata sebagai lema pokoknya yang disusun menurut abjad dengan disertai keterangan tentang maknanya. Banyak sekali ragam kamus ini, namun yang dimaksud dengan kamus pada umumnya adalah „kamus bahasa‟ atau „kamus ekabahasa‟ sehingga lema yang disajikan mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu bahasa, yang dilengkapi dengan keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas, pelafalan, fungsi, etimologi, makna, serta pemakaiannya dalam kalimat atau ungkapan. Dengan demikian, penyusunan kamus hampir selalu berpedoman pada kaidah leksikografi sehingga umumnya dimulai dari kata yang menjadi

(18)

18

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara fungsional dan semantik.

Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata bentukan dari lema pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh penggunaan kata tersebut. Penjelasan atas lema biasanya juga diikuti dengan referensi silang (cross reference) untuk kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.

Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus bahasa dan kelompok kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan dengan memerhatikan penggunaannya secara kontekstual, jadi sebagai unsur dalam kalimat atau paragraf.

Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang menyajikan setiap kosakata dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan dan penjelasannya dalam bahasa lain sebagai bahasa sasaran. Oleh karena menggunakan dua bahasa, kamus jenis seperti itu sering dinamakan „kamus dwibahasa‟. Adakalanya sebuah buku kamus secara khusus hanya memuat senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan istilahnya dalam bahasa lain tanpa penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat disebut „senarai istilah‟.

Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa daerah, kamus bahasa Indonesia-bahasa asing. Sebuah kamus yang baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan banyaknya lema yang dibahas dalam kamus tersebut. Selain itu tentu saja tingkat akurasi kamus dalam menjelaskan lema, dan kelengkapan atau komprehensifnya kamus meliputi sub-lema yang digunakan di masyarakat.

Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus khusus yang lema pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang disajikan didefinisikan sebagai kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang, dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,

(19)

19

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

keadaan, atau sifat yang khas dalam suatu bidang pengetahuan, ilmu, dan teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu istilah dilengkapi dengan penjelasan teknis.

Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema disusun secara alfabetis; (2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3) mudah untuk digunakan dengan ditandai secara khusus lema awal dan akhir di setiap halaman; (4) menempatkan posisi lema dan font yang mudah digunakan; (5) memiliki akurasi pengertian yang disajikan pada setiap lema. Contoh-contoh judul kamus di antaranya adalah:

Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta;

Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols dan Hasan Sadili;

Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana;

Kamus Istilah Politik karangan Tony Rachmadie dkk.

c. Atlas atau Peta

Peta merupakan jenis buku referensi yang berisi informasi atau data tentang suatu wilayah yang dilengkapi oleh lambang-lambang lain. Peta dapat berupa peta daerah biasa dengan batas-batas administratif kecamatan, kota/kabupaten atau provinsi tertentu. Pada peta biasanya disajikan peta kontur yang dilengkapi dengan informasi ketinggian lokasi dari permukaan laut. Bentuk lain dari peta di antaranya peta bathimetri, yaitu peta yang berisi informasi tentang kedalaman laut. Selain itu, peta dapat pula berupa tata guna lahan, atau peta GIS (Geographical Information System), serta bentuk peta lainnya.

Dalam sebuah peta, biasanya nama kota atau lokasi merupakan lema atau entry yang perlu mendapatkan penjelasan sebagai suatu legenda. Penyajian peta selain dengan menggunakan skala perbandingan juga digunakan pewarnaan dan perlambangan geometri yang sudah baku digunakan.

(20)

20

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Kumpulan dari peta yang dibukukan disebut atlas. Peta atau atlas yang baik harus berisi kandungan atau content yang benar, lengkap, up-to-date (terkini) dan digambarkan dengan kriteria geometri yang benar. Peta juga perlu dilengkapi dengan simbol dan keterangannya dalam bentuk legenda.

Kriteria peta yang baik di antaranya memenuhi syarat: (1) memiliki keakuratan dan keterkinian penempatan lema; (2) memenuhi kaidah geometri, di antaranya skala dan posisi latitude; (3) memiliki ketepatan penggunaan simbol-simbol yang standar; (4) mencantumkan legenda dan indeks untuk memudahkan pencarian lema. Contoh judul-judul peta atau atlas di antaranya:

Atlas Provinsi Jawa Barat

Atlas Provinsi Kepulauan Riau

Peta Samudra Indonesia

d. Jenis Referensi Khusus

Selain ketiga jenis buku referensi di atas, terdapat pula jenis referensi khusus yang merupakan suatu ketentuan yang dibukukan dan mungkin saja dilengkapi dengan penafsiran penulis. Penafsiran ini merupakan hasil berpikir kreatif penulis tentang ketentuan tersebut. Jenis buku referensi ini di antaranya adalah kitab suci dan peraturan perundang-undangan.

Kitab suci merupakan jenis buku referensi yang menjadi rujukan bagi pemeluk agama dari kitab suci tersebut. Kitab suci berarti buku yang diyakini suci oleh pemeluknya dan dijadikan sebagai rujukan dalam beribadah. Kitab suci yang kita kenal, di antaranya Al Quran sebagai kitab suci bagi pemeluk agama Islam, Injil kitab bagi pemeluk agama Kristiani, Veda kitab bagi pemeluk agama Hindu, dan kitab Tripitaka bagi pemeluk agama Budha. Kitab suci digunakan sebagai rujukan dalam beribadah oleh para pemeluknya. Kitab suci dijadikan sebagai buku yang sangat berharga oleh pemeluknya sehingga mereka menjaga dan melaksanakan isi kitab tersebut.

(21)

21

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Jenis buku referensi yang berisi materi tentang peraturan dan perundang-undangan. Buku jenis ini biasanya merupakan penggandaan dari suatu ketentuan atau peraturan yang berlaku. Isi buku ini biasanya menyajikan materi ketentuan hukum dan dilengkapi dengan penjelasannya agar tidak menimbulkan salah tafsir dari pengguna. Mungkin juga penulis menambahi dengan berbagai hal kreatif dari ketentuan perundangan-undangan tersebut.

Jenis buku referensi yang berisi peraturan ini di antaranya, Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang-undang yang mengatur suatu ketentuan dalam bidang tertentu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, peraturan daerah, atau keputusan lain yang mengikat suatu komunitas masyarakat. Terdapat pula jenis buku referensi yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengatur hukum kehidupan suatu bangsa, misalnya KUHP.

Selain itu, terdapat pula buku referensi yang mengatur suatu organisasi atau lembaga berbadan hukum, baik untuk kepentingan aktivitas internal maupun eksternal organisasi itu, misalnya ketentuan tersebut dituangkan dalam bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau dalam bentuk statuta.

3. Buku Panduan Pendidik

Buku panduan pendidik merupakan buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, atau model pembelajaran yang dapat digunakan oleh para pendidik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai pendidik. Dalam pengertian yang lebih luas, buku panduan pendidik adalah buku yang materi atau isinya dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Materi atau isi buku dapat berupa teori-teori yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, penelitian

(22)

22

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pendidikan, atau jenis lain yang terkait dengan tugas profesional pendidik dan/atau tenaga kependidikan.

Jenis buku panduan pendidik dapat dikelompokan ke dalam bidang-bidang pendidikan dan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Oleh karena itu, materi atau isi buku panduan pendidik dapat berupa:

1) Pembahasan materi yang berhubungan dengan pedoman pendidikan dan pembelajaran, yaitu materi atau isi buku berupa panduan dalam pengembangan kurikulum menjadi silabus, rencana proses pembelajaran, atau manajemen pendidikan pada umumnya.

2) Pembahasan materi yang berhubungan dengan metode pembelajaran yaitu materi atau isi yang menjabarkan model, pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau panduan bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran yaitu materi atau isi buku berupa proses pembuatan atau pemanfaatan media pembelajaran yang dilengkapi model atau teknik pembuatan dan pemanfaatan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran. 4) Pembahasan materi yang berhubungan dengan evaluasi pembelajaran yaitu

materi atau isi buku panduan menjabarkan langkah-langkah kegiatan evaluasi pembelajaran atau evaluasi pendidikan sesuai dengan perkembangan teori pembelajaran dan teori pendidikan terkini.

5) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penelitian pendidikan yaitu materi atau isi buku menjabarkan langkah-langkah penelitian, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan hasil dengan mengemukakan model, pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang dapat dilaksanakan di dunia pendidikan.

(23)

23

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

a. Pendidikan & Pembelajaran

Seorang penulis buku pendidikan dan pembelajaran harus memiliki kompetensi bidang pendidikan dan pembelajaran. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui kegiatan akademik maupun berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran. Konsep dasar tentang pendidikan, baik secara makro maupun secara mikro dapat disajikan sebagai buku panduan pendidik. Sesuai dengan jenis buku panduan, maka deskripsi teoretis yang disajikan dalam jenis buku ini harus dilengkapi pula dengan prosedur atau langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran berdasarkan teori pendidikan dan pembelajaran yang disajikan.

Pada dasarnya salah satu proses pendidikan adalah belajar. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu atau bisa. Gagne (1984) menyatakan bahwa belajar merupakan proses suatu organisma (seseorang) berubah prilakunya sebagai akibat dari suatu pengalaman. Perubahan prilaku ini tentu saja memerlukan waktu yang bervariasi setiap individu, sehingga proses belajar seseorang akan memerlukan waktu berbeda dengan yang lainnya dalam suasana yang serupa. Perubahan prilaku berbeda dengan perubahan fisik atau perubahan kematangan psikologis yang bersifat alamiah. Dengan demikian perubahan prilaku yang terjadi karena perubahan fisik atau perubahan kematangan bukan tergolong ke dalam belajar.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang (pendidik) agar terjadi proses belajar dari seseorang (peserta didik). Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan seorang pendidik untuk menyediakan suatu kondisi agar peserta didik melakukan proses belajar. Belajar dan pembelajaran selalu dilakukan oleh peserta didik dan pendidik dalam suatu situasi, baik formal, informal, maupun dalam situasi nonformal. Dengan demikian proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sengaja dilakukan

(24)

24

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

oleh seseorang agar seseorang dapat melakukan suatu proses belajar. Untuk beroleh kejelasan lebih mendalam tentang belajar diperlukan pemahaman tentang teori-teori belajar. Dengan memahami teori-teori belajar yang dilakukan seseorang pendidik akan dapat melakukan proses pembelajaran berdasarkan konsepsi tentang belajar.

Buku-buku panduan pendidik khususnya jenis pendidikan dan pembelajaran seharusnya menyodorkan implementasi dari konsep teoretis yang dapat diikuti secara nyata oleh para pendidik. Jika buku tentang pendidikan dan pembelajaran tidak dilengkapi dengan model implementasi maka buku tersebut akan menjadi buku pengayaan pengetahuan untuk pendidik. Oleh karena itu, buku jenis pendidikan dan pembelajaran yang baik seharusnya memiliki karakteristik: (1) materi dapat memandu pendidik dalam mempermudah proses pembelajaran; (2) memuat bentuk-bentuk pembelajaran (model, pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran) yang dapat membantu pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif; (3) memberikan pedoman yang mengarahkan variasi dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Contoh-contoh judul buku pendidikan dan pembelajaran di antaranya:

Mendidik Anak dengan Cerita ditulis oleh Abdul Aziz Abdul Majid

Pembelajaran Cerpen melalui Dramatisasi

Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sains

b. Media Pembelajaran

Penulis buku panduan pendidik dengan gagasan utama yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran seharusnya memahami tentang konsep dasar belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya belajar merupakan proses internal dalam diri manusia, sehingga pendidik bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar.

(25)

25

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah merupakan proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi atau materi ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-verbal. Proses ini dinamakan encoding, sedangkan pemaknaan dan penafsiran atas simbol-simbol komunikasi tersebut oleh peserta didik dinamakan decoding. Dalam melakukan penafsiran bias berhasil atau tidak bergantung pada kemampuan memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Jika dalam pembelajaran banyak verbalisme maka peserta didik akan semakin abstrak dalam pemahaman materi yang diterima. Oleh karena itu, sangat diperlukan kehadiran media pembelajaran. Dalam diagram Cone of Learning dari Edgar Dale (1981) secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan dan pembelajaran.

Media pembelajaran memiliki manfaat untuk (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra; (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar; (4) memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya; dan (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antar peserta didik.

Buku tentang media pembelajaran banyak sekali ragamnya, bergantung pada berbagai media pembelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan. Misalnya, media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena jika secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya

(26)

26

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.

Buku tentang media pembelajaran yang baik memiliki karakteristik berikut: (1) memuat tentang proses pembuatan dan/atau pemanfaatan media pembelajaran yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori-teori media pembelajaran mutakhir; (2) memuat tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model atau teknik memanfaatkan media yang sesuai dengan kondisi sekolah. Contoh-contoh topik buku jenis ini adalah:

Penggunaan Media Audio-Visual dalam Pembelajaran Drama

Membuat Media Pembelajaran Sederhana

Pemanfaatan Sumber-sumber Lokal dalam Pembelajaran Sosiologi

c. Evaluasi Pembelajaran

Seorang penulis buku panduan pendidik yang akan menulis buku evaluasi pembelajaran seharusnya memahami konsep dasar pembelajaran. Dengan merujuk pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan (input), proses dan keluaran atau hasil (output), maka minimal terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses, dan keluaran atau hasil pembelajaran (Jutmini et.all., 2007: 6).

Evaluasi atas masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran, serta keadaan lingkungan tempat pembelajaran berlangsung. Evaluasi terhadap proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang

(27)

27

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik. Evaluasi terhadap hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrumen evaluasi untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai hasil belajar atau penguasaan kompetensi setiap peserta didik.

Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktik pembelajaran secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen ini dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya, informasi tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dalam menulis buku evaluasi pembelajaran seharusnya terpenuhi karakteristik: (1) memuat langkah-langkah evaluasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori evaluasi; (2) berisi model-model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, baik terhadap masukan, proses, maupun hasil pembelajaran. Contoh-contoh topik buku jenis ini:

Merancang Instrumen Evaluasi Belajar

Menerapkan Evaluasi Proses Pembelajaran

Mengevaluasi Hasil Belajar

Memvalidasi Evaluasi Hasil Belajar

d. Penelitian Pendidikan

Seorang penulis buku panduan pendidik, khususnya yang berhubungan dengan penelitian pendidikan perlu memahami konsep penelitian dan konsep

(28)

28

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pendidikan dan pembelajaran. Penelitian bagi pendidik akan sangat berguna dalam mencari jawaban atas persoalan atau kesulitan yang dialami selama melaksanakan pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan pendidik akan sangat berguna bagi perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya sebagai bentuk perbaikan yang terus-menerus. Berkaitan dengan jenis buku panduan pendidik, maka jenis-jenis penelitian pendidikan yang sesuai sebagai panduan bagi pendidik adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif analistis, dan penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan pendidik untuk mengintervensi dunianya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya (Suwarsih Madya, 2007). Dengan demikian penelitian tindakan kelas dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran yang alamiah di kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, bersifat situasional, kontekstual, relevan dengan fungsi pendidik. Oleh karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula, maka peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika sekolah. Penelitian tindakan kelas menggunakan peserta didik sebagai subjek penelitian dan untuk menjaga objektivitas dapat menggunakan guru sejenis untuk berkolaborasi.

Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar-konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian. Hubungan antar-konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan. Setiap konsep yang kembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan (Agus Salim, 2007). Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat menggunakan indikator (a) kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas (b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas,

(29)

29

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dan (c) kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu di kelas.

Penelitian lain yang berhubungan dengan tugas mengajar adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi pendidik dan peningkatan mutu pembelajaran. Penelitian ini dapat mengkaji penggunaan metode pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi pendidik atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran (Sulipan, 2007). Kegiatan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian sejenis yang berhubungan dengan tugas pendidik adalah eksperimen semu (Quasy Experimental Research). Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, atau treatment pendidikan terhadap tingkah laku peserta didik atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain (Supardi, 2007). Dengan demikian tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan berbeda.

Berdasarkan karakteristik penelitian yang dapat dilakukan pendidik di atas, maka buku panduan pendidik untuk jenis penelitian pendidikan seharusnya memenuhi kriteria: (1) berisi panduan atau langkah-langkah dalam melakukan penelitian tindakan, deskriptif (analiatik dan verifikatif), dan penelitian kuasi eksperimen yang benar dan sesuai dengan perkembangan konsep penelitian; (2) petunjuk tentang model, pendekatan, metode, teknik penelitian yang sesuai dengan kontekstual. Contoh-contoh topik yang dapat ditulis menjadi buku panduan penelitian pendidikan misalnya:

(30)

30

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Menerapkan Penelitian Tindakan Kelas

Melaksanakan Penelitian Kuasi Eksperimen

Merancang dan Melaksanakan Penelitian Deskriptif

Prosedur Pelaksanaan Penelitian sambil Mengajar

C. Bentuk Buku Nonteks Pelajaran

Bentuk tulisan untuk buku nonteks pelajaran dapat berupa tulisan orisinal, terjemahan, atau saduran. Tulisan orisinal dapat disusun atas dasar pengalaman, penelitian, atau pengamatan tentang sesuatu hal. Untuk melengkapi tulisan bentuk ini seorang penulis harus memiliki kompetensi dan kemampuan diri mengolah potensi yang dimiliki atau kepemilikan berbagai referensi yang sangat mendukung bagi kelengkapan tulisan buku nonteks pelajaran.

Bentuk tulisan terjemahan merupakan bentuk penulisan buku yang mengalihbahasakan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Ketentuan tentang penerjemahan ini diatur dalam bentuk pengalihan hak cipta (copy right) oleh penerbit. Biasanya, penerbit yang berkeinginan untuk menerjemahkan suatu buku menyampaikan permohonan terlebih dahulu kepada penerbit asing. Berdasarkan kesepakatan di antara keduanya maka terciptalah bentuk tulisan buku nonteks pelajaran sebagai hasil terjemahan.

Selain bentuk tulisan terjemahan, terdapat pula bentuk buku saduran. Bentuk ini lebih kontekstual karena beberapa hal yang diangkat dari buku aslinya dilakukan penyesuaian dengan kondisi atau kebutuhan penerbitan buku tersebut. Bentuk tulisan saduran ini dikembangkan berdasarkan ketentuan penerbitan yang disepakati. Materi atau isi buku saduran mengalami penyuntingan khusus, baik untuk mengurangi hal-hal yang kurang sesuai dengan kondisi Indonesia maupun menambah beberapa bagian yang dianggap sangat penting dalam melengkapi penerbitan buku tersebut.

(31)

31

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Berdasarkan penyajian suatu tulisan, penulis buku nonteks pelajaran dapat menggunakan penyajian bentuk kisahan, bahasan, alasan, lukisan, atau cakapan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Yus Rusyana (1984:135, 210) yang menyatakan bahwa jika dilihat dari penyajiannya terdapat bacaan atau karangan berjenis kisahan, lukisan, cakapan, bahasan, dan alasan. Dalam bacaan kisahan atau sering disebut narasi terdapat rangkaian peristiwa yang mengandung pelaku, perilaku, dan latar. Dari segi keterjadiannya dalam ruang dan waktu, bentuk tulisan kisahan dibedakan atas yang faktual dan rekaan.

Penyajian bentuk tulisan ini bergantung pada jenis buku yang ditulis dan tujuan penulisan buku nonteks pelajaran. Bentuk pengisahan dapat dipilih penulis jika akan menyajikan tulisan berupa buku pengayaan kepribadian, misalnya jika akan menulis novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, drama, atau biografi dan autobiografi. Bentuk bahasan dapat dipilih penulis jika bermaksud menulis buku pengayaan pengetahuan. Namun demikian, dalam suatu buku yang ditulis tidak mungkin hanya digunakan satu bentuk tulisan melainkan menggunakan bentuk lainnya, tetapi yang dominan digunakan mungkin hanya salah satu bentuk tulisan.

(32)

32

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

BAB 3

BAHAN DAN MATERI

Banyak bahan yang dapat dijadikan sebagai gagasan awal untuk menulis buku nonteks pelajaran. Bahan yang berhubungan dengan bidang keilmuan, misalnya ilmu pertanian, kesehatan, pendidikan, hukum, sains, humaniora, keagamaan, rekayasa, sastra, ekonomi, psikologi, seni dan budaya. Bahan yang berhubungan dengan mata pelajaran di satuan pendidikan, misalnya agama, kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa asing, matematika, biologi, fisika, kimia, sosiologi dan antropologi, geografi, ekonomi, sejarah, olahraga dan kesehatan, keterampilan, dan kesenian. Bahan yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi peserta didik, pendidikan dan pengajaran, implementasi teori pembelajaran dan teori belajar, proses belajar, manajemen kelas, media pembelajaran, dan evaluasi pendidikan dan pembelajaran. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai gagasan awal dalam menulis buku nonteks pelajaran.

Dalam mengangkat bahan-bahan tersebut menjadi buku nonteks pelajaran selayaknya penulis bersungguh-sungguh berlandaskan pada konteks ke-Indonesia-an sehingga dapat memperkokoh nasionalisme dan memperkuat karakter bangsa Indonesia. Bahan tulisan buku nonteks pelajaran dapat dikemas penulis dengan tetap mempertahankan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia bukan untuk melemahkan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Kekayaan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, kebaikan, keindahan, keimanan dan ketaqwaan, kemuliaan dan keadilan, kesabaran, dan keuletan merupakan bagian yang harus melandasi bahan-bahan yang ditulis menjadi buku nonteks pelajaran.

Selain itu, bahan-bahan tulisan sebagaimana di atas selayaknya dihubungkan dengan alam hayati, alam fisik, masyarakat, budaya, dan

(33)

33

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

kegiatan-kegiatan yang berharga dari karakter bangsa Indonesia. Kondisi alam fisik, hayati, masyarakat, dan budaya itu selayaknya benar-benar disajikan secara aktual dengan berlandaskan pada kebanggaan dan rasa cinta tanah air. Kekayaan alam Indonesia itu seharusnya menjadi dasar dalam memantapkan nasionalisme para penulis buku nonteks pelajaran, sehingga dapat memberi warna pada tulisan yang dihasilkannya.

Konteks Indonesia selain digunakan sebagai latar dalam mengemas bahan penulisan buku nonteks pelajaran, dapat pula bahan-bahan tersebut diangkat menjadi sumber inspirasi. Nilai-nilai luhur yang bersifat universal, kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai positif, potensi sumber daya Indonesia, pemikiran positif tentang belajar, atau bahkan hal-hal yang berhubungan dengan hakikat tujuan hidup dapat digunakan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Bahan-bahan tulisan itu diharapkan dapat memerkaya, menjadi referensi, atau dapat digunakan sebagai panduan bagi pembacanya.

A. Nilai-nilai Luhur

Bahan yang berhubungan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Penulis menyuguhkan gagasan untuk menjunjung nilai-nilai luhur yang bersifat universal. Bahan ini dapat dikemas menjadi buku pengayaan, baik pengayaan pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Selain itu, bahan tulisan ini dapat pula digunakan sebagai bahan buku panduan pendidik dalam menerapkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik.

1. Keimanan dan Kataqwaan

Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan nilai yang melekat dengan kehidupan religious bangsa Indonesia. Pelaksanaan kedua nilai ini merupakan implementasi dari ajaran kehidupan beragama. Orang yang

(34)

34

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

bertaqwa diyakini karena ia mengimani Maha Pencipta, sehingga ia melaksanakan perintah dan menghindari yang dilarang oleh Maha Pemurah. Topik tentang nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan ini sangat menarik untuk diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran, misalnya sebagai buku pengayaan kepribadian.

2. Kemuliaan dan Keadilan

Nilai kemuliaan merupakan nilai yang dimiliki oleh pihak yang dihormati atau dimuliakan oleh orang lain. Biasanya nilai kemuliaan itu melekat pada sifat, karakter, kedudukan, atau jabatan seseorang. Nilai ini cenderung menjadi yang didambakan semua orang. Nilai kemuliaan ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku pengayaan kepribadian atau buku panduan pendidik.

Nilai kemuliaan cenderung dekat dengan nilai keadilan. Seseorang yang memiliki kemuliaan akan dihormati orang dan mampu menjaga nilai-nilai keadilan. Nilai-nilai keadilan merupakan nilai yang menjadi harapan dan dambaan banyak orang. Nilai keadilan dilakukan oleh penguasa dan didambakan banyak orang. Kedua nilai ini, kemuliaan dan keadilan sebagai nilai-nilai luhur yang patut menjadi topik dalam menulis buku nonteks pelajaran, misalnya untuk buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian. 3. Kebenaran

Nilai-nilai kebenaran merupakan nilai hakiki yang diakui oleh semua orang, dirindukan semua orang, namun sering dipandang sesuatu yang sulit dilakukan oleh seseorang yang berpikiran kerdil. Kebenaran merupakan karakter dasar manusia yang diturunkan dari contoh perilaku malaikat, sedangkan lawannya adalah kesalahan sebagai perilaku yang diwariskan

(35)

35

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

syetan. Kebenaran selalu menjadi tumpuan manusia ketika disadari bahwa kesalahan tidak memberikan harapan kehidupan.

Nilai-nilai kebenaran ini dapat menjadi bahan atau materi tulisan buku nonteks pengayaan. Dalam mengangkat topik kebenaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan penokohan fiksional maupun tokoh-tokoh simbolis melalui cerita binatang (fabel).

4. Kebaikan

Nilai-nilai kebaikan dapat diangkat dari karakter manusia dan dapat pula diangkat dari warisan budaya pendahulu kita. Nilai kebaikan ini merupakan karakter yang diharapkan dan menjadi idaman semua pihak. Perbuatan yang baik diyakini akan beroleh balasan yang baik, demikian pula sebaliknya perbuatan yang jelek akan beroleh imbalan setimpal dengan perbuatan itu. Nilai kebaikan merupakan nilai yang diyakini sebagai nilai universal dari manusia, ia dicintai, diharapkan, dan dibutuhkan setiap manusia. Nilai-nilai ini dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan kepribadian, baik dalam bentuk fiksi maupun bentuk fabel.

5. Keindahan

Nilai-nilai keindahan, baik indah secara fisik maupun nonfisik sebagai sesuatu yang dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Jika segala sesuatu yang indah merupakan alternatif dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan maka topik tentang keindahan seharusnya menjadi bahan tulisan penulisan buku nonteks pelajaran. Misalnya, penulis mengangkat topik tulisan tentang betapa sangat indah jika menyelesaikan sebuah konflik tidak dengan kekerasan melainkan dengan berdialog atau bersilaturahim.

(36)

36

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

6. Kesabaran

Nilai kesabaran merupakan nilai yang sangat baik. Seseorang bersabar jika mendapat cobaan, bersabar jika dihujat orang, bersabar dalam menyelesaikan masalah, bersabar jika mengalami kesulitan. Kesabaran ini sebagai obat penangkal sementara jika seseorang mengalami masalah atau cobaan agar tidak mengatasinya dengan tidak baik. Bersabar tidak berarti diam melainkan terus berusaha tidak pantang menyerah. Nilai-nilai ini dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks pelajaran, misalnya buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian.

7. Keuletan

Nilai keuletan merupakan sikap seseorang yang tidak pantang meyerah dalam berusaha atau menyelesaikan persoalan. Sekalipun yang telah diusahakan masih belum beroleh hasil yang memuaskan ia tetap melakukan kegiatan itu, secara sungguh-sungguh baik siang maupun malam. Nilai keuletan ini merupakan nilai yang sangat baik untuk diangkat menjadi bahan penulisan buku nonteks pelajaran, baik dalam bentuk buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian.

8. Kejujuran

Nilai-nilai kejujuran merupakan nilai luhur yang sering didambakan orang. Kejujuran adalah modal bermasyarakat yang sangat bernilai harganya. Jika seseorang terbiasa berkata jujur, maka sepanjang hidupnya tidak akan menanggung beban yang sangat berat. Kejujuran biasanya dijadikan criteria dalam memilih orang. Bahkan pada Negara industry yang sudah maju, nilai kejujuran ini merupakan karakter dalam bekerja. Demikian hebatnya nilai kejujuran sebagai nilai-nilai luhur maka nilai ini sangat tepat jika diangkat

(37)

37

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

menjadi bahan buku nonteks pelajaran, misalnya buku pengayaan pengetahuan dan kepribadian.

B. Konteks Keindonesiaan

Banyak bahan tulisan yang berhubungan dengan konteks keindonesiaan, baik yang berhubungan dengan kehidupan beragama, tentang alam fisik, alam hayati, masyarakat, atau nilai-nilai budaya. Bahan yang ditulis dapat hal-hal yang ada pada saat ini atau visi Indonesia di masa yang akan datang, baik berdasarkan pemikiran logis maupun memprediksi perkembangan yang akan datang berdasarkan perkembangan saat ini.

1. Kehidupan Beragama

Seorang penulis dapat menjadikan kehidupan beragama yang ada di Indonesia menjadi bahan tulisan. Kehidupan beragama itu berhubungan dengan agama-agama yang disyahkan oleh pemerintah. Berikut ini contoh kehidupan beragama yang dapat digunakan sebagai bahan tulisan.

a. Tradisi Beribadah

Penulis dapat menggunakan bahan tadisi beribadah agama tertentu menjadi sebuah tulisan yang menarik. Misalnya, bahan tulisan berupa tradisi di daerah pesantren menjelang bulan suci Rhamadhan, atau tradisi di daerah keraton Cirebon pada saat malam 17 Robiul Awal, atau tradisi agama Hindu di Bali dalam acara Ngaben, serta tradisi-tradisi lainnya.

Jika penulis bermaksud hanya memberitahukan kepada pihak lain tentang tradisi beribadah ini maka buku yang ditulisnya dapat berupa buku pengayaan pengetahuan. Namun, jika penulis mengangkat tradisi beribadah itu dengan tujuan pembaca dapat meningkatkan kadar pelaksanaan

(38)

38

Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

beribadah ke arah yang lebih baik maka mungkin buku yang ditulis itu buku pengayaan kepribadian.

b. Peningkatan Ketaqwaan

Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan ketaqwaan, baik yang terhadap dirinya maupun kepada orang lain. Upaya ini dapat diangkat berdasarkan pengalaman diri atau orang lain dalam meningkatkan ketaqwaan atau berdasarkan pemikiran logis dikaitkan dengan ilmu ahlaq. Peningkatan ketaqwaan merupakan salah satu contoh dari kehidupan beragama yang menjadi karakteristik masyarakat agamis. Kehidupan beragama ini merupakan sesuatu yang menarik untuk ditulis, baik sebagai buku pengayaan pengetahuan tentang bagaimana seseorang meningkatkan ketaqwaannya, maupun sebagai buku pengayaan kepribadian dan panduan pendidik tentang upaya menciptakan kepribadian yang diharapkan atau panduan cara meningkatkan ketaqwaan kepada peserta didik.

c. Pengalaman Beribadah

Hal lain yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks pelajaran adalah tentang pengalaman seseorang dalam beribadah. Pengalaman ini dapat disampaikan kepada pembaca lain sebagai buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian. Pengalaman beribadah merupakan pengalaman unik dan bersifat individual karena merupakan komunikasi antara mahluk dengan Pencipta. Kadang-kadang komunikasi dalam pengamalan beribadah seseorang berbeda dengan yang lain sehingga khas dan unik. Penulis dapat mengangkat topik ini sebagai upaya berbagi pengalaman dalam beribadah, baik yang dialami penulis atau dialami pihak lain yang digali oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemanfaatan kawasan Pariwisata pantai yang berada di Kawasan Sanur dengan ketinggian 1M dpl, maka kerugian yang akan terjadi apabila air naik 1 meter adalah kerugian

Permasalahan utama dari Sungai Ciroyom adalah telah tertutupnya alur sungai oleh material-material berupa boulder-boulder, kerakal dan kerikil serta pasir, sehingga alur sungai

Rencana strategi dari Kejaksaan Negeri Tigaraksa adalah membuat sistem yang dapat mengontrol dan mempercepat durasi pemrosesan Berkas Perkara, sehingga dapat

Pelunasan Produk ACB seri A123 sebanyak 2 buah (Invoice No.. Ratusan

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Umum/Nilai. © Arif Hidayat 2016

/ulpitt (dalam Girakusumah !""' dari London berpendapat bah5a tekanan darah tinggi lebih banyak ter*adi pada indi%idu yang kekurangan %itamin =. Penelitian

dan memiliki pandangan benar, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, orang itu terlahir kembali di alam yang tidak menyenangkan, di alam rendah, alam neraka.’

Jarak bebas merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa jarak bebas bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan