• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang Urgensi Tax Holiday Dari Sisi Pajak

IV. 2.2.3.2 Realisasi PMA Sektor Industri Pionir

IV.2.3. Keterkaitan Tax Holiday Dengan Pajak di Indonesia

IV.2.3.1 Menimbang Urgensi Tax Holiday Dari Sisi Pajak

Ketika menganalisis peran Tax Holiday dari sisi investasi khususnya pada

penanaman modal asing, menurut penulis, langkah pemerintah dalam memberikan Tax

Holiday kepada Indonesia merupakan langkah yang tepat dan mutlak meskipun Tax Holiday bukan sebagai faktor utama penyebab yang meningkatkan nilai investasi.

Dari sisi pajak penyediaan insentif pajak berupa Tax Holiday diyakini tidak

akan menurunkan target pajak karena Tax Holiday berpotensi memberikan dampak

berganda bagi dunia usaha. Dengan demikian, penerimaan pajak justru akan melonjak

dalam jangka panjang. Para ekonom percaya bahwa ada hubungan antara tarif pajak

dengan produktivitas masyarakat. Namun harus diakui sektor perpajakan memang

menjadi salah satu faktor yang masih menghambat masuknya investasi ke Indonesia.

dari total penduduk sebesar 230 juta. Hal tersebut merupakan bukti betapa pemerintah

mengalami keterbatasan untuk bisa bergerak fleksibel. Namun hal tersebut bukan

merupakan suatu halangan bagi pemerintah untuk tetap bersikap optimis mengenai

pemberian Tax Holiday dalam rangka menaikkan nilai investasi di Indonesia.

Sebenarnya masih ada waktu bagi pemerintah untuk menghitung ulang dampak positif

penerapan Tax Holiday.

Dikarenakan kebijakan tersebut masih baru dan belum ada implikasi yang dapat

ditunjukkan melalui angka real. Secara hitungan sederhana, dalam jangka pendek

pemerintah memang akan kehilangan penerimaan pajak. Namun dalam jangka panjang

penerimaan negara justru akan melonjak secara berkesinambungan karena dunia usaha

bergairah mengembangka usahanya. Dunia usaha yang bergairah akan menghasilkan

kinerja yang lebih baik sehingga setoran pajak pun akan meningkat signifikan. Sejatinya

pemerintah juga tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dukungan dunia usaha swasta yang

tengah merindukan hadirnya kemudahan dari sisi pajak untuk mendukung

pengembangan usaha mereka.

Penulis mencoba menjabarkan potensi kehilangan dan sisi positif yang didapat

dari sisi penerimaan pajak secara deskriptif atas penerapan Tax Holiday di Indonesia.

Penjelasannya sebagai berikut:

a. Potensi kehilangan pajak

Bila dihitung secara sederhana dan secara mikro ekonomi potensi

kehilangan atas penerimaan pajak hanya pada ruang lingkup yang kecil yaitu

pembebasan pembayaran Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) atas

Tarif PPh Badan

25%

pada PMK No.130/PMK0.11/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan

atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Pasal 2 ayat (1). Tarif Pajak

Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)

dalam Pasal 17 ayat (2) adalah 25% (dua puluh lima persen) dari penghasilan

kena pajak yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Selain itu penulis

berpendapat potensi kehilangan pajak penghasilan ini tidak menimbulkan efek

domino kepada penerimaan negara. Dikarenakan pemberian fasilitas pajak ini

tidaklah permanen, melainkan temporary dimana pengajuan pemberian fasilitas

hanya sampai tahun 2014 dan waktu maksimal yang diberikan kepada wajib

pajak badan terhadap fasilitas ini adalah 10 tahun. Oleh karena itu, melihat porsi

dari jangka waktu seharusnya potensi kehilangan pajak dapat tertutupi oleh

potensi penerimaan pajak dalam jangka panjang.

Gambar IV.3

Skema perhitungan pajak Penghasilan badan

X =

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Namun apabila mengukur potensi kehilangan pajak akibat

diberlakukannya Tax Holiday kepada sejumlah industri sulit diestimasi

mengingat kebijakan ini bersifat makro. Dikarenakan pertimbangan pemberian

Tax Holiday ini lebih ke makro ekonomi, penilaian pemberlakuan kebijakan ini

Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan Badan (potensi kehilangan penerimaan)

tidak bisa dilihat sepotong-potong, bahwa negara kehilangan penerimaan pajak.

b. Sisi positif penerimaan pajak

Ketika menganalisis dari sisi makro ekonomi, kebijakan ini berdampak

positif bagi penerimaan pajak. Penulis berpendapat pernyataan tersebut dapat

diterima meskipun baru secara teoritis, yaitu berdasarkan analisis Points of Tax

Impact ini Circular Flow (dikemukakan oleh Musgrave’s), yang menjelaskan bahwa kebijakan pembebasan atau penurunan tarif pajak dalam jangka panjang

tidak akan menurunkan penerimaan negara secara aggregate, bahkan sebaliknya

akan meningkatkan penerimaan negara dari jenis-jenis pajak lainnya. Karena

dengan banyaknya investasi, penerimaan pegawai atau tenaga kerja juga besar

sehingga penerimaan pajak bertambah seiring dengan jumlah tenaga kerja yang

di rekrut. Selain itu pembebasan pajak penghasilan yang diterapkan kepada

perusahaan dapat menjadi saving bagi mereka, maka penerimaan negara dari

pajak atas capital market akan meningkat. Selain sebagai saving, dana tersebut

dapat mereka manfaatkan untuk ekspansi perusahaan mereka sehingga secara

tidak langsung pertumbuhan produksi Indonesia juga akan meningkat. Ini berarti

peluang akan adanya kesempatan kerja yang baru. Dengan meningkatnya

kesempatan kerja maka jumlah atau tingkat pengangguran akan menurun. Oleh

karena itu, jumlah masyarakat yang mempunyai penghasilan di atas batas

penghasilan kena pajak kemungkinan juga akan naik. Secara teoritis, jumlah

wajib pajak juga akan meningkat. Oleh karenanya penerimaan negara dari tax on

employment income yang pada semula turun, perlahan-lahan akan kembali meningkat.

Secara jangka pendek negara kehilangan penerimaan pajak, namun di

sisi lain pertumbuhan ekonomi akan mendorong multiplier effect dalam jangka

waktu menengah diikuti dengan pertumbuhan penerimaan pajak dalam jangka

panjang. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Dikaji dari sudut pandang tenaga yang menimbulkan peningkatan,

tentunya menimbulkan peluang peningkatan pendapatan masyarakat

khususnya para buruh maupun tenaga terampil di bidang terkait dengan

pembangunan itu, jika demikian tentunya disisi lain pajak penghasilan

orang pribadi akan meningkat pula, yaitu pengenaan pajak penghasilan

pasal 21 terhadap wajib pajak orang oribadi.

2. Pada bidang perbankan, dengan masuknya investor asing tentunya

sangat besar pengaruhnya karena rata-rata mereka membawa dana atau

modal usaha yang besar dan disimpan di bank. Dengan demikian

tentunya sisi pasiva bank akan semakin meningkat karena tabungan atau

deposito bertambah. Dengan meningkatnya sisi pasiva suatu bank maka

tentunya kinerja bank dalam lalu-lintas pembayaran semakin lancar.

Dari sisi pasiva dana tersebut akan dialirkan melalui sisi aktiva berupa

kredit maupun pembiayaan lainnya kepada masyarakat maupun negara.

Dampak dari hal tersebut bagi masyarakat yakni bahwa penyaluran

kredit usaha kepada masyarakat akan semakin meningkat, masyarakat

akan semakin terpacu untuk berwirausaha. Pada penempatan dana di

bank berupa deposito atau tabungan lainnya dikenakan Pajak

20% dari jumlah bruto, begitu juga dengan kegiatan wirausaha dan

ekspansi perusahaan yang meningkatkan produksi nasional sehingga

meningkatkan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif

10% dari dasar pengenaan pajak (DPP). Dampak lainnya adalah

menimbulkan kegiatan pembelian saham dalam menjalin kerjasama

terhadap perusahaan lain, sebagai akibat dari kegiatan tersebut maka

akan timbul pendapatan berupa penerimaan dividen, yang merupakan

objek penghasilan dari Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dikenakan

sebesar 15% dari jumlah bruto. Dengan peluang wirausaha tersebut

tentunya pendapatan masyarakat akan semakin meningkat dan dengan

demikian pemasukan bagi negara lewat sektor pajak semakin meningkat

juga. Bagi pemerintah tentunya bahwa dengan meningkatnya struktur

permodalan perbankan maka aktivitas pemerintah maupun

program-program pemerintah yang dananya diperoleh dari bank akan semakin

lancar baik program kredit usaha rakyat maupun program-program

pembangunan yang dibiayai oleh perbankan.

3. Dalam membangun usaha tentunya diperlukan aset tetap seperti lahan

(tanah) sebagai tempat berlangsungnya kegiatan perusahaan, seperti

pembangunan pabrik, gedung, dan tempat penyimpanan produksi

seperti gudang. Dari aset tetap tersebut dapat dikenakan berupa Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pajak yang dipungut atas tanah dan

bangunan karena adanya keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi.

PBB terutang diperoleh dari perkalian tarif sebesar 0.5% dari NJKP.

4. Sesuai dengan peraturan Tax Holiday PMK No.130/PMK.011/2011

Pasal 3 Ayat (1) C disebutkan bahwa wajib pajak yang mendapat

fasilitas tersebut apabila telah menempatkan dana di perbankan di

Indonesia paling sedikit 10% dari total rencana penanaman modal. Dari

penempatan dana pada bank tersebut maka timbul pemungutan Pajak

Penghasilan Final atas bunga deposito yang diterima dari penempatan

modal berupa dana terhadap wajib pajak. Tarif sebesar 20% dari jumlah

bruto bunga.

5. Telah disebutkan bahwa pemberian fasilitas pembebasan atau

pengurangan pajak penghasilan diberikan kepada investor apabila telah

merealisasikan seluruh penanaman modal dan telah berproduksi secara

komersial. Hal tersebut tertuang pada PMK No.130/PMK.011/2011

Pasal 3 Ayat (4) dan Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER-45/PJ/2011.

Jadi apabila wajib pajak badan tersebut masih dalam rangka

pembangunan pabrik usaha dan belum melakukan kegiatan penjualan

produksi mereka ke pasaran, mereka belum diluluskan oleh Menkeu

dan belum memenuhi peraturan yang ditetapkan. Sehingga fasilitas Tax

Holiday belum dapat mereka peroleh dan pembayaran pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan dalam bentuk lainnya tetap

Gambar IV.4

Bagan potensi kehilangan dan penerimaan Pajak

Potensi kehilangan pajak

Potensi penerimaan pajak

Dari hasil analisis yang dilakukan penulis terhadap pelaksanaan Tax Holiday di

Indonesia dapat disimpulkan bahwa dampak yang terjadi atas pelaksanaan Tax Holiday

terhadap penerimaan pajak dari segi makro ekonomi tidak akan merugikan pendapatan

pajak negara. Melihat dari penjabaran sisi positif penerimaan yang lebih banyak

daripada potensi kehilangan pajak, hal tersebut memberikan gambaran mengenai

manfaat yang akan diperoleh oleh pemerintah dan masyarakat dari sisi perpajakan dalam

jangka waktu yang panjang. Meskipun dalam jangka pendek yaitu, paling sedikit dalam

lima tahun negara berpotensi kehilangan penerimaan pajak penghasilan, namun hal

tersebut dapat ditutupi dan terbantu oleh penerimaan pajak penghasilan dalam bentuk

lain.

Dari segi penanaman modal atau investasi dapat dijelaskan bahwa kegiatan

tersebut merupakan faktor yang tergolong primer dalam latar belakang diberlakukannya Pajak Penghasilan Badan n PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 (2), PPN, PBB dan PPh Badan.

kembali Tax Holiday di Indonesia. Dampak yang mungkin terjadi dari penerapan

kebijakan tersebut adalah meningkatnya nilai investasi, khususnya investor asing di

Indonesia yang berguna untuk perbaikan infrastruktur dan keberlangsungan ekonomi di

Indonesia serta menciptakan industrialisasi yang tangguh untuk menghadapi ketatnya

persaingan global. Peran investor asing dalam penanaman modal asing di Indonesia

begitu penting dikarenakan ketidaksanggupan pemenuhan dana dari dalam negeri untuk

meningkatkan produksi nasional. Daya pikat untuk investor asing tersebut diberikan

lewat pemberlakuan Tax Holiday di Indonesia yang diberlakukan sejak Agustus 2011

lalu. Faktor-faktor lain yang menyebabkan implementasi Tax Holiday kembali

diberlakukan di Indonesia adalah karena Indonesia memiliki potensi peningkatan

ekonomi yang tinggi terhadap negara-negara berkembang lainnya dan sedang dalam

tahap industrialisasi skala besar yang pada hal ini dikhususkan pada pengembangan

infrastruktur dan energi. Meskipun kenyataannya implikasi dari pelaksanaan Tax

Holiday belum terlihat, penulis berpendapat bahwa tidak menutup kemungkinan kebijakan yang diberikan pemerintah ini akan berhasil sesuai rencana pengembangan

penanaman modal dan keberlangsungan ekonomi yang lebih baik di Indonesia di masa

mendatang, hal tersebut diperkuat dengan penjabaran faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi Tax Holiday dan kondisi perkembangan penanaman modal asing pada

periode lalu yang memberikan peluang besar bagi fasilitas ini dalam mencapai target

Dokumen terkait