batas air bersih yang diperbolehkan, yaitu dengan pH 3,9, warna 570 PtCo, kekeruhan 13 NTU mg/lt, SO₄ 60 mg/lt, Fe 2,37 mg/lt, Mn 0,07 mg/lt, Zn 0,31 mg/lt, zat organik 280 mg/lt KMnO₄, kesadahan 21 mg/ lt CaCO₃ dan Cl 11 mg/lt. Dan bila dibandingkan dengan standar baku mutu air bersih (Permenkes RI No. 416/Menkes/SK/IX/1990) dengan parameter yang sama air bersih harus mempunyai pH 6.5 – 9.0, warna 50 TCU, kekeruhan 25 NTU, SO₄ 400 mg/lt, Na 10 mg/lt, Fe 1.0
mg/lt, Mn 0.5 mg/lt, Zn 15 mg/lt, zat organik 10 mg/ lt KMnO₄, kesadahan 500 mg/lt CaCO₃, Cl 600 mg/lt. Dengan perbandingan tersebut, tentu air gambut belum dapat dipakai sebagai air bersih.
Untuk dapat memanfaatkan air gambut, maka diperlukan adanya upaya pengolahan air gambut untuk memperbaiki kualitas sifat-sifat isik dan kimia air sehingga memenuhi syarat air bersih. Teknologi yang murah, aplikaif dan pemanfaatan bahan lokal sangat diharapkan dalam pengolahan air bersih ini. Dengan metode koagulasi-lokulasi-iltrasi dengan bahan koagulan lokal seperi tanah liat podsolik dan diharapkan merupakan teknologi sederhana yang efekif dapat diadopsi oleh masyarakat setempat. Secara
keseluruhan pemberian tanah liat podsolik dapat memperbaiki kualitas
air gambut. Walaupun pemberian tanah liat podsolik sebagai koagulan memperlihatkan korelasi atau hubungan yang idak linier. Pada proses koagulasi pemberian tanah liat podsolik dengan dosis 7,5 g/l memperlihatkan hasil yang paling baik.
Tahapan Proses
Peneliian dilakukan di kota Banjarmasin antara bulan Desember 2009 sampai bulan Januari 2010. Analisis air di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Kalimantan Selatan di Banjarbaru dan di Laboratorium Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin. Peneliian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yaitu:
Analisis laboratorium pendahuluan terhadap air gambut sebelum diolah dengan alat pengolah air bersih, sebagai data dasar air gambut sebelum diolah dianalisis melipui parameter Warna, Kekeruhan, Zat Organik, Fe, Mn dan pH.
Perancangan dan pembuatan alat pengolah air gambut skala individu.
Tanah liat podsolik diambil pada kedalaman 1- 2 meter atau pada solum B-C di kelurahan Sei Ulin Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan. Tanah liat dianginkan agar kering udara dan disaring dengan ukuran 0.002 – 0,2 mm.
Pengolahan Air Gambut dengan
Menggunakan Alat Pengolah Air Bersih.
Lantas seperi apa proses pengolahan air gambut dengan pemberian tanah liat podsolik terjadi proses koagulasi-lokulasi yang membuat destabilisasi dan adsorpsi pada koloid organik sehingga terjadi perubahan pada penurunan nilai warna, kenaikan kekeruhan, penurunan kandungan zat organik, penurunan kandungan Fe dan Mn serta meningkatkan pH. Posisi Ca2+ dan Al3+ sebagai pengikat. Hal ini dapat dilihat melalui proses yang terjadi sebagai berikut.
Warna air gambut sebelum perlakuan mempunyai nilai sebesar 1460 TCU, setelah diberi tanah liat pada berbagai dosis, parameter warna ini terjadi penurunan menjadi 410 TCU, 212 TCU, 108 TCU, 133 TCU dan 216 TCU. Penurunan warna air gambut ini disebabkan adanya muatan posiif Al3+ yang lepas dari jerapan permukaan liat dan bebas, bereaksi dengan mengikat koloid asam humat sebagai penyebab warna pada air gambut, kemudian gabungan parikel ini akan mengendap karena masanya bertambah berat bersama- sama parikel liat, sehingga pada tahap pengolahan ini warna air sudah tereduksi.
Pada tahapan lanjutan berupa iltrasi penurunan warna cukup baik, ini terlihat pada perbandingan nilai kekeruhan sebelum iltrasi dan setelah iltrasi. Setelah iltrasi kekeruhan masing-masing ditunjukkan dengan nilai 247 TCU, 169 TCU, 21 TCU, 22TCU dan 137 TCU. Media saring dengan kerikil dan pasir serta arang akif dapat mengendapkan dan menjerap (adsorpsi) parikel- parikel yang masih melayang.
Dari seluruh tahap proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat
memenuhi standar warna air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap iltrasi yaitu 43 TCU sedangkan standar warna air bersih 50 TCU.
Kekeruhan awal air gambut sebesar 8,02 NTU, masih termasuk dalam syarat air bersih, perlakuan pemberian tanah liat podsolik dengan dosis 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l ke dalam air gambut justru menambah pengotor, ini terlihatnya peningkatan kekeruhan menjadi 9,42 NTU, 11,65 NTU, 16,07 NTU, 24,37 NTU dan 46,57 NTU. Semakin banyak tanah liat diberikan maka semakin banyak pula parikel-parikel liat yang masih melayang dalam air dan belum terendapkan. Pada proses iltrasi parikel-parikel yang masih melayang dalam air ini akan memasuki pori-pori yang kecil, sehingga parikel yang lebih besar dari pori akan tertahan sedangkan bila parikel lebih kecil akan terus sampai pada air keluar
penyaringan. Ini terlihat pada nilai kekeruhan air gambut yang sudah pada tahap iltrasi pada masing-masing dosis 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l yaitu 2,36 NTU, 0,9 NTU, 1,28 NTU, 1,79 NTU dan 2,96 NTU.
Untuk kekeruhan pada proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat memenuhi standar kekeruhan air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap iltrasi yaitu 0,9 NTU sedangkan standar kekeruhan air bersih 25 TCU. Zat Organik yang terdapat dalam air gambut sebelum perlakuan sebesar 338,1 mg/l KMnO4 dan setelah pemberian tanah liat terjadi penurunan kandungan zat organik masing-masing sebesar 145,4 mg/l untuk dosis 0 gr/l tanah liat podsolik , 26,5 mg/l
untuk dosis 2,5 gr/l tanah liat podsolik, 13,3 mg/l untuk dosis 5 gr/l tanah liat podsolik, 9,2 mg/l untuk dosis 7,5 gr/l tanah liat podsolik dan 4,1 mg/l untuk dosis 10 gr/l tanah liat podsolik. Zat organik yang ada dalam air gambut tersebut melayang dalam air berupa koloid organik, dengan adanya pemberian kapur dan tanah liat maka terjadi pengikatan oleh Al3+ dan Ca2+ dengan buiran-buiran liat yang juga bersifat koloid, penggabungan tersebut akan menghasilkan massa yang lebih besar dan berat, kemudian akan terendapkan akibat pengaruh gravitasi bumi. Melewai media saring zat
organik ini lebih tertahan untuk memasuki pori-pori yang lebih kecil serta akan terjerap pada arang akif sehingga pada proses ini terlihat kandungan zat organik sebesar 27,2 mg/l untuk dosis 0 gr/l tanah liat podsolik, 76,0 mg/l untuk dosis 2,5 gr/l tanah liat podsolik, 15,5 mg/l untuk dosis 5 gr/l tanah liat podsolik, 24,3 mg/l untuk dosis 7,5 gr/l tanah liat podsolik dan 23,7mg/l untuk dosis 10 gr/l tanah liat podsolik.
Dari seluruh tahap proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat memenuhi standar kandungan zat organik air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap iltrasi yaitu 7,6 mg/l KMnO4 sedangkan standar zat organik air bersih 10 mg/l KMnO4.
Parameter pH merupakan faktor penentu dalam
menentukan terhadap parameter-parameter lain, pH air gambut sangat rendah pada peneliian ini pH awal air gambut sebagai air gambut adalah 3,62. Pemberian kapur sebagai variabel tetap sebesar 250 mg/l dan ditambahkan pula pemberian tanah liat podsolik 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l dapat meningkatkan pH air gambut menjadi 8,93, 7,68, 7,1, 6,99 dan 7,2. Selain kapur (CaO) yang diberikan bersifat basa juga adanya kandungan Al3+ pada tanah liat podsolik akan membantu menetralkan air gambut dari pengaruh asam humat dan fulvat. Pada proses iltrasi sesuai dengan dosis pemberian tanah liat podsolik 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l menjadi 8,62, 7,26, 7,85, 8,67 dan 7,29. Nilai pH hasil akhir pengolahan air gambut semua, masuk dalam standar pH air bersih yang mempunyai rentang 6,5 – 9.