• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI DALAM NEGERI |

Dalam dokumen GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN (Halaman 79-82)

REKTOR INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGER

MENTERI DALAM NEGERI |

prospeknya ke depan sebagai kader. Sebagian tenaga melalui program ini. Kualitas produk (lulusan) bergantung pada Organizational design IPDN. Organizational design IPDN bermula pada identifikasi produk unitkerja yang dibutuhkan oleh pelanggan (masyarakat, SKS), dalam hal ini tenaga berkualitas Pamong Praja, bukan layanan administratif kepada masyarakat. Produksi tenaga berkualitas Pamong Praja adalah pelayanan akademik atau pendidikan, bukan

pelayanan birokrasi atau administratif. Unitkerja yang memroduksi langsung tenaga Pamong Praja di bawah institut adalah fakultas. Oleh sebab itu, unsur pelaksana IPDN adalah fakultas dan Jurusan, bukan biro dan bagian. Garis antara Rektor sebagai unsur kepala dengan Dekan dan Jurusan disebut garis lini (line function) atau garis komando hirarkik. Dalam menjalankan tugasnya, Rektor, Dekan, dan Kepala Jurusan, dibantu oleh unsur staf, yaitu biro dan bagian di bawahnya.

MENTERI DALAM NEGERI |

KEPALA BADAN DIKLAT (a/n)---|---SEKRETARIS JENDERAL (a/n) |

REKTOR--- | |

|---PEMBANTU REKTOR (a/n) | | | BIRO | | DEKAN--- | | | | | BAGIAN | | KEPALA JURUSAN--- | | | | | SUBBAGIAN | TENAGA AKADEMIK | PESERTA DIDIK | MASYARAKAT PELANGGAN

Gambar 6 Struktur Organisasi IPDN (Yang Disarankan)

Tujuh, Program Diklat Profesional Kepamongprajaan. Diklat ini disiapkan khusus buat sebagian tenaga yang direkrut dari lulusan program pendidikan non- kepamongprajaan, dengan core curriculum yang sifatnya spesialis.

PROGRAM DIKLAT PROFESIONAL KEPAMONGPRAJAAN Dalam Gambar 6, Agronomi dan Teknologi Civil (1), sebagai contoh, yang

menghadirkan ahli pertanian dan ahli pekerjaan umum (2). Para ahli ini terpanggil untuk memangku profesi di bidangnya masing-masing (3) sehingga keahliannya menjadi keahlian profesional. Ketika ia memasuki ruang profesi pemerintahan

9

---KYBERNOLOGI---

| | (KOMPONEN PENDIDIKAN STRATA) | |

| | | | | 8 8 | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG---GENERALIS---DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | 7 | 7 |

| PROFESI KOMPONEN PROFESI |

| BIDANG PE- --10---PENDIDIKAN---10---BIDANG PE- |

| MERINTAHAN DIPLOMA MERINTAHAN |

| | | | |

| | --- | |

| 6 | vooruitzien | 6 |

AGRO- PEMERINTAHAN | conducting | PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH | coordinating | DAERAH PEMERINTAHAN | | | peace-making | | |

| | | residue-caring | | |

| 5 | turbulence-serving | 5 |

| KEBIJAKAN | | KEBIJAKAN |

|--->BIDANG<----|---KEPAMONGPRAJAAN---|--->BIDANG<---|

| PERTANIAN | | PEKERJAAN UMUM |

| | | Freies Ermessen | | |

| | | gen&spec function* | | |

| 4 | omnipresence | 4 |

KYBERNOLOGI KEPALA DINAS | responsibility | KEPALA DINAS KYBERNOLOGI PERTANIAN PERTANIAN |magnanimous-thinking | PEK. UMUM PEK. UMUM

| | | statesmanship | | |

| | --- | |

| 3 | 3 |

| PROFESI KOMPONEN DIKLAT PROFESI |

| BIDANG----11---PROFESIONAL---11----BIDANG |

| PERTANIAN KEPAMONGPRAJAAN PEK. UMUM |

| | | | |

| | | | |

| 2 | 2 |

| KEAHLIAN | KEAHLIAN |

| DI BIDANG---SPESIALIS---DI BIDANG |

| PERTANIAN | PEK. UMUM |

| | | | | | | | | | | 1 | 1 | ---AGRONOMI---ILMU-ILMU LAINNYA---TEKNOLOGI--- CIVIL *generalist&specialist function

GAMBAR 6 SISTEM NILAI KEPAMONGPRAJAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KYBERNOLOGI

(misalnya menjadi PNS), tenaga yang bersangkutan bersentuhan dengan

kepamongprajaan sebagai kualitas, dan berpeluang untuk menjadi kepala dinas (4). Pada saat itu ia memasuki ruang kepamongprajaan sebagai lembaga dan struktur (lihat Sesi Empatbelas GBPP Kepamongprajaan dalam buku ini). Dalam struktur itu, ia terlibat dalam proses kebijakan (5) pemerintahan daerah (6). Pada saat yang sama, profesinya meluas ke bidang profesi pemerintahan. yang menuntut penguasaan fungsi generalis (7), berkeahlian profesional bidang pemerintahan (8), yang bersumber pada Ilmu Pemerintahan (Kybernologi, 9), terus ke 10 dan 11.

Di antara 9 terminal yang terlihat pada Gambar 6, Terminal 5 yang bersifat critical.

Criticalness terminal itu terletak pada kenyataan bahwa kebijakan pemerintahan sejauh ini dianggap berada di dalam ruang politik, sehingga terminal itu rawan konflik antara pertimbangan politik kekuasaan dengan pertimbangan keahlian

profesional (ilmupengetahuan dan teknologi). Pada aras statal, hal ini analog dengan posisi dualistik menteri dalam struktur negara RI, yaitu sebagai pembantu presiden (ruang politik kekuasaan) dan sebagai kepala departemen/kementerian pemerintahan (ruang keahlian profesional, ilmupengetahuan dan teknologi). Pada aras statal

memang superioritas pertimbangan politik kekuasaan tidak dapat dihindarkan, tetapi diharapkan semakin ke bawah (masyarakat, daerah otonom), pertimbangan keahlian profesional (ilmupengetahuan dan teknologi) semakin dominan. Ironinya

profesionalisme, ilmupengetahuan dan teknologi itu terkonsentrasi di pusat-pusat politik kekuasaan, sementara masyarakat bawah tidak memiliki akses ke sana. Dengan Diklat Profesional Kepamongprajaan, pemerintah daerah diharapkan mampu menyediakan pelayanan pemerintahan berbasis keahlian profesional bidang masing-masing (pertanian, dsb, specialist function) berdasarkan

pertimbangan kepamongprajaan (generalist function) bagi manusia dan

masyarakat di bawah, dan bukan pelayanan pemerintahan guna membangun kekuasaan politik. Sudah barang tentu, diklat ini harus didukung oleh reformasi pemerintahan daerah. Setiap kewenangan yang diserahkan kepada masyarakat (daerah) harus diatur dalam peraturan daerah (perda), setiap perda harus

dilembagakan menjadi dinas daerah, dan dan setiap dinas daerah harus diperkuat dengan tenaga ahli profesional melakukan tugasnya didukung fasilitas yang

sepadan, karena selaku unsur pelaksana, dinas daerahlah yang merupakan garisdepan pemerintahan daerah.

Diklat di Indonesia terkesan lebih sebagai alat promosi jabatan atau kenaikan pangkat seseorang, ketimbang sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Produktivitas suatu unitkerja tidak bergantung pada salah seorang tenaganya yang didiklatkan, melainkan pada teamwork dan semangat kelompok seluruh unitkerja dalam hubungannya dengan unitkerja lain. Demikian Nilai Dua dan Nilai Tiga

Kepamongprajaan. Metodologi diklat harus berubah. Diklat dirancang per unitkerja dengan anggota sekitar 20 – 30 orang (unitkerja eselon 3 atau eselon 2), dengan kepala unit kerja sendiri dan seluruh warga unit kerja yang bersangkutan sebagai pesertanya, belajar bersama. Supaya sosialisasi Diklat Profesional Kepamongprajaan ini berjalan cepat, digunakan metodologi TOT (dengan kepala unitkerja sebagai peserta awal) dan atau Ujicoba dengan menggunakan Test Unit dan Control Unit.

Desain kurikulum juga perlu diubah. Sejauh ini kurikulum diklat terkesan didesain sebanyak-banyaknya karena semuanya dianggap penting, dan para peserta dicharge dengan sebanyak-banyaknya jam pelajaran dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ambil contoh desain Sepimxxxxx Tingkat Madya yang dirancang buat pejabat eselon IV atau tenaga yang diprojeksikan ke eselon III. Para peserta dijejali 468 jam

pelajaran (40 jam Materi Dasar, 264 jam Materi Inti, dan 164 jam Materi Penunjang) selama 30 harikerja, berarti 15,6 jam tiap hari. Didaktik pembelajaran yang diusulkan ialah, belajar-bersama (per unitkerja) materi pelajaran terpilih sesedikit

mungkin dalam waktu sesingkat mungkin, dengan metodik sedemikian rupa sehingga para peserta mampu belajar sendiri lebih lanjut dan menggunakan pelajaran itu dalam melakukan tugas pelayanan kepada masyarakat dengan penuh tanggungjawab.

Core curriculum Diklat Profesional Kepamongprajaan diidentifikasi di kalangan

Tabel 2 Duabelas Nilai Kepamongprajaan

---

NILAI CABANG ILMU/KAJIAN TERKAIT ---

1 Nilai Satu Vooruitzien. . . . 1 Kybernologi

2 Ilmu Filsafat

2 Nilai Dua Conducting. . . 3 Kepemimpinan Pemerintahan

3 Nilai Tiga Coordinating . . . 4 Ilmu Administrasi Publik

4 Nilai Empat Peace-making. . . 5 Sosiologi Pemerintahan

5 Nilai Lima Residue-caring . . . . 6 Etika Pemerintahan

6 Nilai Enam Turbulence-serving . . 7 Manajemen Bencana

8 Ekologi Pemerintahan

7 Nilai Tujuh Freies Ermessen . . . 9 Hukum Pemerintahan

8 Nilai Delapan Gen&Spec Function . 10 Manajemen Pemerintahan

Dalam dokumen GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN (Halaman 79-82)

Dokumen terkait