• Tidak ada hasil yang ditemukan

GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

GBPP MATAKULIAH

PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN

UNTUK PROGRAM STRATA DI PERGURUAN TINGGI

Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

1

LATAR BELAKANG

GBPP mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan ini semula ditulis sebagai bahan Workshop Penyusunan GBPP/SAP Semester I dan II Fakultas Manajemen

Pemerintahan IPDN 2008/2009 di Jatinangor tgl 24 dan 25 November 2008, memenuhi undangan Dekan fakultas yang bersangkutan tgl 18 November 08 No 003/487/FMP/08. Sesuai saran berbagai fihak, naskah awal diperluas sehingga dapat digunakan sebagai pola dasar matakuliah Ilmu Pemerintahan untuk Program S1, S2, dan S3 Ilmu Pemerintahan. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap stratum. Andaikan Ilmu Pemerintahan diibaratkan sebuah pohon-buah dengan buah (aspek Axiologi), batang (aspek Epistemologi), dan akarnya (aspek Ontologi), maka didaktik dan metodik (DM) pengajarannya diperlihatkan melalui Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Didaktik dan Metodik (DM) Pengajaran Ilmu Pemerintahan

Dilihat dari Aspek-Aspek Body-Of-Knowledge (BOK) Bahan Ajar (X menunjukkan tingkat kedalaman)

--- | METODIK PENGAJARAN |

|---| | S1 | S2 | S3 | ---|---|---|---| | | Axiologi (Buah) | X X X | X X | X | | |---|---|---|---| | DIDAKTIK | Epistemologi (Batang) | X X | X X | X X | | |---|---|---|---| | | Ontologi (Akar) | X | X X | X X X | ---

Dengan catatan bahwa perancangan DM harus dilakukan secara bertahap tetapi konsisten, Program S1, S2, dan S3, sebaiknya tersusun menurut skala interval dan tidak ordinal apa lagi nominal belaka (Gambar 1, sistem singleinput - single output). Sungguhpun demikian, dalam fase peralihan, program khusus atau tertentu, “darurat” atau terpaksa, sistem multi-input single output dapat juga digunakan, didukung dengan program matrikulasi yang sepadan.

(2)

jangan begini: apalagi begini: tetapi begini: (ordinal) (nominal, zig-zag) (interval)

S3 --->S3 S3 | | ilmu X | | | | | | | | | S2 | | | S2 --->S2 | | | ilmu Y | S1 S1 S1 ilmu X ilmu Z ilmu X

Gambar 1 Skala DM Program Strata Ilmu Pemerintahan

2 SESI SATU

Sesi ini diisi dengan Penjelasan Umum, pandangan menyeluruh (overview) tetapi esensial (abstract, highlight) tentang Ilmu Pemerintahan (termasuk TIU)

dan Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia. Semua mata kuliah yang terkait dengan Ilmu Pemerintahan mengacu pada Pengantar ini. Ilmu Pemerintahan yang diuraikan di sini adalah Ilmu Pemerintahan dalam konstruksi bangunan ( body-of-knowledge) yang disebut Kybernologi. Dalam hubungan itu, Kybernologi bukan sekedar judul buku, tetapi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Khusus di

lingkungan IPDN/IIP, Ilmu Pemerintahan merupakan mata kuliah tingkat institut dan diajarkan pada semua program, strata, fakultas dan jurusan. Perkuliahan tiap semester terdiri dari 14 sesi tatapmuka dan dua sesi ujian (UTS dan UAS) = 16 sesi. Dari referensi ditelusuri sumber-sumber asli dan ditambahkan sumber-sumber lainnya. GBPP ini secara berkala ditinjau dan dikembangkan. Salahsatu versi GBPP ini dimuat dalam Bab XI Kybernologi Sebuah Pengharapan (2009).

Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia diawali dengan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di Belanda. Menurut G. A. Van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959), mulai tahun kuliah 1928-1929 pengajaran dalam Jurusan Ekonomi Kenegaraan diperluas dengan mata

(3)

Dr R. E. Berends dan Dr F. Breedsvelt. Di masa itu Ilmu Pemerintahan dianggap sebagai struktur supra ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ekonomi perusahaan. Uraian di atas kemudian disusuli dengan pengajaran Ilmu Pemerintahan pada kursus dan bestruursacademie Pamongpraja di zaman Belanda, paradigma Ilmu Pemerintahan di lingkungan UGM sampai tahun 80-an (Gambar 2), dan dewasa ini (Gambar 3), paradigma IIP-UNPAD, dan paradigma IPDN/IIP-Baru.

ILMU POLITIK |

---|---

| | | | | ILMU ADM ILMU HUB- ILMU PE- ILMU PERBAN- TEORI

PUBLIK INTERNASIONAL MERINTAHAN DINGAN POLITIK POLITIK

Gambar 2 Posisi Ilmu Pemerintahan Versi UGM (Tradisi Sampai Tahun 80-an)

Natural turbulences dan social turbulences yang terjadi di belahan dunia maju, misalnya di Amerika, mengerakkan pengubahan dan pembaharuan konstruksi berbagai ilmu pengetahuan. Paradigma Public Administration, misalnya, berubah menjadi Development Administration (tahun 60-an, pasca PD II), dan berubah

1 NEGARA

2

POLITIK KE- PARTAIAN DAN

PERWAKILAN

MASYARAKAT 3

Gambar 3 Ranah Publik: Bidang Studi Jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada (UGM)

(4)

kali social turbulences (1965 dan 1998) dan sekali lagi natural turbulence (2004-2005) menimpa Indonesia, mendorong pembaharuan konstruksi Ilmu Pemerintahan. Turbulences itu ditanggapi dengan cara pendekatan yang berbeda oleh UGM dan Program Pascasarjana Kerjasama UNPAD-IIP (1996).

Sejak tahun 2000-an, bidang kajian Jurusan Ilmu Pemerintahan di UGM dikonstruksi seperti Gambar 3 (A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari Jatidiri Ilmu Pemerintahan, 2006), sedangkan Ilmu Pemerintahan di lingkungan Program Pascasarjana Kerjasama UNPAD-IIP direkonstruksi seperti Gambar 4. Rekonstruksi Gambar 4 bermula pada pendekatan kemanusiaan (Gambar 5). Melalui pendekatan ini, maka HAM, kebutuhan eksistensial Manusia, kebutuhan dasar masyarakat dan lingkungan hidupnya yang pertama-tama terlihat sebagai sasaran kajian, dan bukan Negara, kepentingan atau kekuasaan belaka. Rekonstruksi itu didorong oleh

keinginan untuk mengembalikan Ilmu Pemerintahan pada posisi dan kualitasnya semula yaitu “ilmu yang bertujuan menuntun hidup bersama manusia dalam upaya

NEGARA governent

1

ruang kekuasaan

kewenangan negara

1--->2

PUBLIK pelayanan publik

ruang publik

2 KEBIJAKAN PUBLIK

governance kewajiban negara

1--->3 pelayanan civil

ruang civil 3

MANUSIA HAM

Gambar 4 Interface Antara Negara Dengan Manusia

mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa

(5)

3 dan Gambar 4 terhadap fenomena pemerintahan digabung seperti Gambar 5 itu. Pendekatan seperti Gambar 5 itulah yang diajarkan di lingkungan IPDN/IIP ke depan, sebagai hasil pendaratan Bestuurskunde dan Bestuurswetenschap di bumi Indonesia. Pokok-pokok Kybernologi menurut perkembangannya yang terakhir terdapat dalam Bab I Kybernologi dan Pembangunan (2009).

PENDEKATAN

KEKUASAAN

FENOMENA PENDEKATAN PEMERINTAHAN ILMU PEMERINTAHAN KEMANUSIAAN COMMON PLATFORM KONSTRUKSI GAMBAR 4

DAN LINGKUNGAN SEMUA ILMU BERNAMA KYBERNOLOGI PENGETAHUAN

ILMU PEMERINTAHAN KONSTRUKSI GAMBAR 3

Gambar 5 Dua Macam Pendekatan

Referensi: Bab I Kybernologi 2003; Bab I dan Bab II dan Soewargono dalam Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab I dan Bab II Kybernologi BeberapaKonstruksi Utama, 2005; A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari JatidiriIlmu Pemerintahan, 2006; Bab VIII Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008. Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008

3 SESI DUA

(6)
(7)
(8)

butuhkan. Perlu dikemukakan bahwa manusia (setiap orang) memiliki HAM begitu ia terbentuk dalam rahim ibunya, tetapi tidak dapat dan tidak mungkin ia dibebani KAM (kewajiban asasi) pada saat yang sama. Dia dapat terbebani KAM seiring dengan kemampuannya untuk bertanggungjawab.

Referensi: Book Two Walter Lippmann The Public Philosophy, 1956, h. 84); Bab 4 Kybernologi 2003; Bab 2 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Dua Bab VI Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; dan referensi Teori Kebutuhan A. Maslow, dsb.

5

SESI EMPAT

Epistemologi Pemerintahan: Teori Pelayanan. Perlindungan dan pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat melalui public choice (public service, civil

NEGARA--->PRODUK--->PELANGGAN | |

--- | |

BERDAYA TAK BERDAYA | |

| | KONSUMER KORBAN |

--- | |

DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | |

| | KONSUMER MANGSA |

--- | |

DISELAMATKAN TAK DISELAMATKAN | |

| |

*jika penyelamatan KORBAN* DIMANGSA, DISANTAP juga memberdayakan, | DIKORBANKAN korban jadi konsumer ---

| |

DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | |

| |

KONSUMER MANGSA

(9)

service, ruang Ilmu Pemerintahan) dan private choice (market service, ruang Ilmu Ekonomi). Kualitas pelayanan di sektor publik dan civil herus dibedakan dengan kualitas pelayanan di sektor privat dan bisnis.

Tabel 2 Pelayanan Publik dan Pelayanan Civil

--- DIMENSI PELAYANAN PUBLIK PELAYANAN CIVIL

---

1 DASAR Pasal 33 (2) UUD 45 Human Rights, Civil Rights, Constitu- Public Choice tional Rights, Conventions

2 TUJUAN Meningkatkan Kesejah- Melindungi, Menyelamatkan Manusia dan teraan Masyarakat Lingkungannya

3 STATUS Kewenangan Negara Kewajiban Negara (Gambar 4)

4 VISI Jangka pendek Jangka Panjang

5 YANG DI- Lapisan/Kelompok Masya- Individu pribadi sebagai pelanggan, LAYANI (YD) rakat sebagai pelanggan korban dan mangsa

6 SIKAP Fihak YD Menyesuaikan di- Fihak Yg Melayani (YM) menyesuaikan

ri dgn Kondisi Fihak YM diri dgn YD

7 PROSPEK Semakin berkurang dengan Semakin meningkat, baik kualitas

semakin majunya masy. maupun kuantitas dan kesebarannya

8 HARGA Diusahakan serendah- Tidak dibebankan langsung kpd fihak BIAYA rendahnya, dapat dibe- YD; “no price;” dibiayai oleh Negara bankan kepada fihak YD

9 PELAKU (YM) Aktor pemerintahan Civil Servant, “Artis” pemerintahan

10 SIFAT a Monopoli Negara tapi a Monopoli Negara dan tidak dapat dpt diprivatisasikan diprivatisasikan

b Lebih normatif b Antisipatif berdasarkan asas Kualitas pelayanan Manajemen Bencana yaitu Waktu = Nol

terdapat dlm dasar (langsung action, tak ada waktu utk hokum pelayanan ybs mencari dan menyiapkan “the 6M”)

11 FAKTOR Bergantung pada kemampu- Bergantung pada acting dan an dan kesempatan pelang- action civil servant dan “artis” gan menggunakan layanan pemerintahan

12 KUALITAS Pelanggan Percaya Kenda- Korban/Mangsa Berpengharapan TERTINGGI tipun Ybs Kecewa Dalam Ketidakberdayaannya

13 MASALAH supaya masyarakat percaya Supaya dalam diri korban tumbuh asa Bagaimana sementara mereka kecewa? sementara ia tidak berdaya?

14 SOLUSI Info tanpa kebohongan, Reformasi sepenuh hati pertanggungjawaban Bukti, bukan janji

(responsibility) Sekarang, bukan nanti. . . . .

(10)

Kepuasan pelanggan tidak dapat dijadikan kualitas pelayanan publik dan pelayanan civil, pertama karena di dalam ruang dua pelayanan itu tidak ada pilihan; kalaupun ada sangat mahal atau sangat berat, dan kedua karena dalam kekecewaan dan ketidakberdayaan sekalipun, kepercayaan masyarakat kepada negara dan pengharapan manusia terhadap masadepan bisa terbentuk dan terjaga, jika saja masyarakat (bisa) memahami (mengerti, menerima) pertanggungjawaban pemerintah, dan melihat adanya perubahan dan kemajuan yang konsisten ke depan.

Di dalam Teori Pelayanan termasuk Teori Pemberdayaan, Teori Kerja, Careerism, dan Professionalism. Tetapi untuk Indonesia bisa terbalik, jika “meManusiakan manusia” (memulihkan atau mengembalikan Manusia ke dalam fitrahnya semula) dipandang sebagai pemberdayaan, maka di satu sisi, dalam Teori Pemberdayaan (Manusia dan Masyarakat) terletak Teori Pelayanan. Jika pelayanan itu diibaratkan penyembuhan penyakit, maka perlu diingat bahwa tidak merasa sakit belum tentu sehat. Menyehatkan berarti mencegah penyakit, dan mencegah selalu lebih baik ketimbang mengobati. Jadi di sisi lain pelayanan harus diarahkan pada

Tabel 3 Layanan Civil Berdasarkan UUD 1945 (Naskah Asli, Sebelum Amandemen)

--- KEBUTUHAN PASAL

---

TELAH DINYATAKAN SECARA JELAS, WALAUPUN BELUM SEMUANYA DIIMPLEMENTASIKAN TASIKAN:

1 HAK/PENGAKUAN SEBAGAI SOVEREIGN (VOTER/VOTING) 1 (2)

2 PENGAKUAN SEBAGAI JIWA DAN SEBAGAI WARGA NEGARA 26 3 KEBERSAMAAN KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM (KEADILAN) 27 (1)

4 PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK 27 (2) 5 KEMERDEKAAN BERSERIKAT, BERKUMPUL,

MENGELUARKAN PIKIRAN 28 6 KEMERDEKAAN UNTUK MEMELUK AGAMA 29 (2) 7 PENGAJARAN 31 (1) 8 PEMELIHARAAN FAKIR MISKIN DAN ANAK TERLANTAR 34

TIDAK/BELUM DINYATAKAN SECARA JELAS:

1 KEBEBASAN MEMILIH

2 KEPASTIAN HUKUM, KEKUATAN HUKUM 3 PERLINDUNGAN

4 KESELAMATAN

5 CONSUMERISM (bukan konsumtif!) dan sebangsanya

(11)

pemberdayaan. Lihat juga Gambar 4, Gambar 7, dan Gambar 9 di bawah. Adapun perbedaan antara pelayanan civil dengan pelayanan publik sebagai berikut (Tabel 2 dan Tabel 3)

Referensi: Bab III Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab 5 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab I Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab III Kybernologi SebuahProfesi, 2007; Bab 11 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008

6

SESI LIMA

Epistemologi Ilmu Pemerintahan: Teori Governance. Setiap masyarakat (unit kultur) digerakkan oleh tiga subkultur, yaitu subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS). Interaksi antar tiga subkultur itu disebut

governance. Bagaimana governance terbentuk, bagaimana masyarakat melindungi dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi tiga subkultur itu, bagaimana

subkultur bekerja (berinteraksi) satu dengan yang lain, bagaimana interaksi antar governance, diterangkan melalui Teori Governance. Subkultur ekonomi (SKE) berfungsi membentuk nilai dari sumberdaya yang ada. Pada gilirannya hal ini

menimbulkan ketidakadilan, karena peroleh nilai bergantung pada sumberdaya yang berawal pada sumberdaya alami (SDA) sebagaimana adanya. Manusia mengatasi hal ini melalui pelestarian SDA dan fungsi pengaturan SKE di hulu, fungsi

implementasinya (pengurusan) di tengah. Dalam rangka menegakkan peraturan (kebijakan pengaturan SKE), memaksimalkan pengurusan (meredistribusi nilai ke dalam masyarakat di tengah, dan mempertanggungjawabkan fungsi-fungsi itu kepada masyarakat di hilir), terbentuklah subkultur kekuasaan (SKK). Watak koruptif

kekuasaan melahirkan pemikiran tentang pentingnya subkultur sosial (SKS) dalam masyarakat. SKS pada hakikatnya terdiri dari dua kualitas: sebagai pelanggan dan sebagai konstituen, yang memiliki hak eksistensial, HAM, dan hak-hak derivatif. Sebagai pelanggan ia menyampaikan kebutuhannya ke hulu melalui kualitasnya sebagai konstituen, dan memonev redistribusi nilai oleh SKK di hilir.

(12)

policy making + policy implementation. Pembangunan itu sendiri berada di dalam policy implementation di ruang SKE. Policy implementation dapat dibedakan dengan policy implementation monitoring and evaluation, and feedback. Gambar 9 berawal pada Gambar 4 tentang interface antara konsep Manusia dengan konsep Negara. Interface itu membentuk ruang Masyarakat. Interaksi antar subkultur masyarakat

--- | NEGARA | 2 3

---mengontrol--- ---mengontrol---

| memberdayakan | | membayar | | | | | | |

| | | | | mengontrol SKK | | | | | di hulu

| | | constituent --- SKE---|--->SKK---|--->SKS---

| pemain | | | penonton |

| | | wasit | pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK | | | ---|-|--- di hilir | | pembangunan | | | | | | | meredistribusi | | | membentuk, | | nilai via pela- | | | |----meningkatkan,--- ---yanan civil, ---| |

| | mencipta nilai pelayanan public | | | | 1 (inc.pemberdayaan) | | | | 4 | | | | MASYARAKAT | | | | | | | ---melayani---5---pasar--- | | | | MANUSIA | | | ---feedback--- 6

Gambar 9 Teori Pemerintahan (Governance): Interaksi Antar Tiga Subkultur Melalui 6 Rute Subkultur Ekonomi (SKE), Subkultur Kekuasaan (SKK),

dan Subkultur Sosial (SKS

dgn kualitas Sebagai Pelanggan dan Constituent) yang Disebut juga Subkultur Pelanggan (SKP)

(13)

Tabel 4 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Sepanjang Rute 5 pada Gambar 10 dilakukan pemantauan dan evaluasi redistribusi

(14)

nilai (Rute 4) berdasarkan standar yang telah ditetapkan melalui Rute 3. Hasil evaluasi dijadikan masukan ke dalam Rute 3. Teknik penampilan rute feedback tidak terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11 melainkan pada Rute 6 Gambar 12 sebagai masukan buat Rute 3. Di sana jelas, hasil evaluasi dijadikan masukan ke dalam Rute 6 melalui terminal SKK, terus ke SKS.

Dalam Teori Governance juga termasuk Teori Hubungan Pemerintahan (governance relations). Dengan memasukkan konsep stakeholder (Bab I Kybernologi

--- | NEGARA | | |

SKK mengontrol SKS sbg konsti-

---dan memberdaya--- ---tuen mengontrol---

| kan SKE via kebi- | | SKK di hulu via UU | | jakan & impl.nya | | dan PERDA | 2 | | | | 3 | | petaruh, petarung | |

| | | SKS “BANDAR” --- SKE---|--->SKK---|--->STAKEHOLDER--- |pemain” | | | ”penonton” |

| | | ”wasit” | | | | | | | | | | SKS sbg PELANGGAN | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---|-|--- | | | | | | 5 | | | | membentuk, me- | | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusi<-- 4 | | |---cipta nilai se--- ---nilai via pe- | |

| | cara berkelan- layanan civil & ----| | | | jutan pelayanan publik | | | | | | | | | | | | MASYARAKAT (PUBLIK) | | | | | | | ---melayani---pasar--- | | | | MANUSIA | | | ---feedback---

Gambar 11 Stakeholder Pemerintahan (Hubungan Pemerintahan Antara Pemerintah (SKK) dengan Yang Diperintah

(15)

danPembangunan, 2009), Gambar 9 mengalami modifikasi (Gambar 11). Pelangganlah yang merupakan stakeholder masyarakat. Jika pemerintahan diibaratkan perjudian, bandarlah stakeholdernya; pemerintah hanya petaruh dan petarung selama masajabatan lima tahunan belaka.

Kendatipun pada hakikatnya pembangunan terletak dalam ruang SKE (Gambar 9), mengingat masyarakat belum berdaya dan belum otonom di bidang pembangunan, untuk sementara pembangunan diletakkan di ruang SKK. Dalam hubungan itu, pembangunan oleh SKK adalah strategi pemberdayaan SKS sampai pada suatu saat peran ekonomi SKS otonom, sehingga pembangunanpun secara bertahap tetapi pasti beralih ke ruang SKE. Dilihat dari sudut ini, penyerahan sebagian kewenangan negara (pusat) kepada masyarakat (daerah) dapat diartikan sebagai sebuah strategi privatisasi dari badan publik kepada badan privat.

Gambar 11 menunjukkan Hubungan Pemerintahan, yaitu hubungan antara fihak Pemerintah (SKK, masyarakat pemangku kekuasaan) dengan fihak Yang Diperintah (SKE dan SKS). SKE adalah masyarakat dalam perannya sebagai Pekerja, sedangkan SKS adalah masyarakat dalam perannya selaku Pelanggan dan Konstituen. Hubungan (rute) antar tiga terminal (dalam Gambar 9 terlihat empat) diperjelas (diurai) menjadi enam rute berkesinambungan. Gambar 12 merupakan

2

janji (kebi- 3 5

jakan/rencana mandat, kuasa monev terhadap & penepatan- (trust, hope) kinerja SKK

---nya) berda- -- ----tuntutan,--- ----rute 2 & 4--- | sarkan etika | | (UU, Perda) | | via rute 2 |

| otonom di hulu | | di hulu | | di hilir | | | | | | |

| | | - SKE--- SKK--- SKS--- SKK--

| | | | | | | | | redistribusi | | | | | | | | nilai via pe- | | pertanggung- | | | | nilai berke- | | lay civil,pe- | | jawaban etik | | | --lanjutan utk--- --lay publik &-- ---menurut--- | | hidup pemberd masy etika otonom | | 1 di tengah di hilir | | 4 6 | | | | | ---pemerintahan (governance)---

(16)

rekonstruksi Gambar 7-1 Kybernologi (2003, 106) tentang hubungan antara Janji

(commitment) dengan Percaya (trust) dan Harapan (hope). Dengan argumentasi tertentu, misalnya untuk rezim yang sedang berjalan, peneliti bebas menentukan rute awal penelitiannya dan menandainya dengan angka 1 (pada Gambar 12, rute Nilai Berkelanjutan Untuk Hidup), sehingga prosesnya berjalan dari 1 ke, 4, 5 dan 6, berlanjut ke 3, kembali ke 2, 1, demikian terus-menerus. Tetapi untuk rezim yang baru terpilih, angka 1 itu diletakkan pada rute Mandat (Gambar 12 pada rute 3), sehingga rutenya menjadi 3, 2, 1, 4, 5, 6, kembali ke 3.

Referensi: Bab I Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan (2005); Bagian Pertama Bab 8 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab V dan Bab XIV Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab VI dan Bab VII Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab I Kybernologi dan

Pembangunan, 2009

7

SESI ENAM

Epistemologi Pemerintahan: Teori Kinerja. Kosakata “kinerja” tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata itu berasal dari kata “kerja” ditambah sisipan “in” antara “k-” dengan “-e” menjadi “kinerja.” Hal itu terjadi misalnya pada kata “kanti” menjadi “kinanti,” “ganjar” menjadi “ginanjar,” “reka” menjadi “rineka,” “rakit” menjadi “rinakit,” dan sebagainya. Lingua franca ini terbentuk sebagai

padanan kata Inggris performance yang sebenarnya berarti tampilan atau penampilan,

--->LINGKUNGAN---membentuk--->GOVERNANCE--- | 7 faktor 3 subkultur | | |

| keselarasan | keseimbangan

| keserasian

feedback MASYARAKAT dinamika | keberlanjutan | interaksi antar | tiga subkultur | |

| GOOD GOVERNANCE evaluasi oleh KINERJA | ----BAD GOVERNANCE<---pelanggan---GOVERNANCE<---

Lingkungan Governance: 4 sistem ekonomi 1 sejarah 5 sistem sosialbudaya

2 lokalitas 6 kondisi dan posisi geografik

3 sistem politik 7 Weltanschauung masyarakat

(17)

perilaku atau acting. Dalam hubungan ini, performance terlihat lebih sebagai proses ketimbang sebagai output. Walaupun output atau outcomenya mengecewakan, tetapi jika prosesnya dapat dipertanggungjawabkan, kinerja governance bisa dikualifikasi good (Tabel 2). Jika kinerja interaksi antar tiga subkultur governance berkualitas good, maka governance itu disebut goodgovernance. Apa yang dimaksud dengan good governance, bagaimana supaya kinerja governance itu good,

diterangkan melalui Teori Kinerja. Teori ini terkait dengan Teori Governance dan Implementasi Kebijakan. Perlu diingat bahwa PIP IPDN/IIP terletak di sini. Kinerja harus distandardisasi (ref. Bab III Kybernologi Sebuah Profesi, 2007). Grafik kinerja bisa turun (NT, fluktuatif), turun dan maju-mundur (NT-MM), dan naik-turun, maju-mundur, dan timbul-tenggelam (NT, MM dan TT). Kinerja pemerintahan merupakan proses dan hasil keseluruhan interaksi antar tiga subkultur sebagaimana ditunjukkan oleh angka 1 sd 6 pada Gambar 9 dan Gambar 12, dengan catatan sebagai berikut:

1. Keselarasan adalah tingkat ketepatan waktu dan arah tiga subkultur pada tujuan bersama jangka panjang, agar keberhasilan yang satu tidak merusak tetapi sebaliknya mendukung keberhasilan yang lainnya

2. Keseimbangan adalah tingkat bargaining power dan keluasan pengambilan kesempatan berperan yang relatif sama antar tiga

subkultur apada suatu saat, sesuai dengan hukum rantai yang menyatakan bahwa kekuatan sebuah rantai sama dengan kekuatan matarantainya yang terlemah

3. Keserasian adalah tingkat empati (empathicability?) sikap dan harmoni kinerja tiga subkultur yang berbeda-beda, pada suatu saat 4. Dinamika adalah tingkat kecepatan dan ketepatan perubahan (adaptabilitas) hubungan antar subkultur dari kondisi heterostasis ke homeostasis dan sebaliknya/selanjutnya

5. Keberlanjutan (kelestarian, kesinambungan, keterusberlangsungan),

adalah tingkat kelancaran proses jangka panjang interaksi antar tiga subkultur sesuai dengan norma (standar) yang (telah) disepakati bersama

(18)
(19)

pengetahuan dan hubungannya dengan objek lainnya, baik objek forma maupun objek materia (known, knowable, dan unknown), sedangkan Metodologi memusatkan perhatian pada proses bagaimana mengetahui (knower dan knowing process).

Hubungan lebih rinci antar ketiga spesi Metodologi ditunjukkan melalui Gambar 15. Dari uraian di atas terlihat bahwa objek materia Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) bukan negara tetapi masyarakat. Negara adalah objek materia Ilmu Politik. Penemuan objek materia ini melalui pendekatan metadisiplin (Gambar 5 dan Gambar 6). Dilihat dari sisi ini, penempatan Ilmu Pemerintahan dalam Ilmu-Ilmu Sosial oleh Universitas Padjadjaran, dan tidak dalam Ilmu Politik, dipandang tepat. Objek formanya adalah interaksi antar tiga subkultur masyarakat (governance,

layanan publik dan layanan civil, Gambar 7, dan Gambar 10) yang disebut juga hubungan pemerintahan dengan pelanggan sebagai titiktolak utama pembelajaran (SKS, Gambar 11). Objek forma inilah yang membedakan sekaligus menghubungkan Kybernologi dengan disiplin (ilmu) lainnya.

Setiap penelitian Ilmu Pemerintahan dari berbagai segi (aspek, arah) didaratkan pada beachhead ini, dan sebaliknya dari sini ke segala segi (aspek) kemasyarakatan,

bahkan ruang eksakta dan humaniora. Pernyataan masalah penelitian (problem

statement) “Implementasi kebijakan (di bidang) kesehatan masyarakat tidak efektif,” belum mendarat pada Ilmu Pemerintahan, masih di angkasa Ilmu Politik, karena yang dinyatakan adalah perihal kebijakan negara (politik) dan implementasinya.

Pernyataan “Tingkat kesehatan masyarakat masih rendah,” mendarat pada Ilmu Pemerintahan, karena yang dinyatakan adalah apa yang dialami oleh masyarakat sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut disusul dengan pertanyaan penelitian: “Mengapa tingkat kesehatan masyarakat masih rendah?” Melalui analisis teoretik diperoleh jawaban (hipotesis): “Tingkat kesehatan masyarakat masih rendah, karena kebijakan (bidang) kesehatan tidak

diimplementasikan dengan baik.” Dengan perkataan lain, “Tingkat kesehatan

masyarakat bergantung pada (dipengaruhi oleh) implementasi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.” Quod erat demonstrandum. Pendekatan yang digunakan adalah monodisiplin, multidisiplin, interdisiplin, dan lintasdisiplin.

Referensi: Bab 36 dan 35 Kybernologi 2003; Bab IV dan Bab V Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bagian Kedua Bab 14 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab II Kybernologi Sebuah Scientific

(20)

dan Bab XVII Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab VII, Bab VIII, Bab IX, Bab X, dan Bab XIII Kybernologi dan Pembangunan, 2009

9

SESI DELAPAN

UTS. Ujian klasikal terdiri dari 5 soal. Kelas dibagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok membuat tugas terstruktur tentang suatu sesi berupa sebuah makalah.

10

SESI SEMBILAN

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Teori Nilai. Konstruksi tiga komponen: kualitas, nilai, dan norma, Gambar 16. Nilai dan asas, asas-asas pemerintahan, Gambar 17. Visi pemerintahan Gambar 18. Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18 menunjukkan model identifikasi (terbentuknya) nilai secara induktif, deduktif, dan visionary. Setiap pemenuh kebutuhan, bernilai. Nilai intrinsik, nilai ekstrinsik, dan nilai ideal. Nilai sebagai inti budaya. Ilmu itu amaliah dan amal itu ilmiah. Dalam governance SKE berfungsi (Gambar 10) menambah, merawat, atau membentuk nilai dari sumberdaya yang ada, dan menciptakan sumberdaya baru.

perilaku ditimbang disepakati

-->ENTITAS--->KUALITAS--->NILAI--->NORMA | bisa dipaksakan (N) | | | | | feedback N<H dievaluasi ditegakkan | ---N=H<---HASIL--- N>H (H)

Gambar 16 Identifikasi Nilai Secara Induktif

(21)

Konstruksi visi menurut Teori Visi seperti Gambar 18. Envisioning dimulai juga dari Fakta tetapi bukan sisi “keberhasilan” sesaat (jangka pendek) tetapi sisi kecenderungan yang sedang berjalan (trend), “kondisi yang given” (takdir) dan relatif tidak dapat ber-(di-) ubah. Mengenvision (“melihat” dengan matahati dan mataiman) apa yang akan atau dapat terjadi 20 tahun ke depan, jika kondisi dan kecenderungan (arah perubahan) yang ada sekarang (Fakta, Gambar 18, 1 kiri) terus berlanjut, sebagaimana adanya. Apapun yang terlihat melalui pendekatan ini, apakah baik apakah buruk, itulah Visi (Gambar 18, angka 2). Visi itu objektif, berisi nilai intrinsik. Pasal 1 butir 12 UU 25/04 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mendefinisikan visi sebagai “Rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.” Visi yang dibuat berdasarkan definisi itu selalu diberi nilai superlatif, “ter-,” “paling-,” “satu-satunya,” “tiada banding, tiada tanding,” dan sebangsanya. Iklan pemikat. Apakah yang dimaksud

--->FILSAFAT PEMERINTAHAN | |

| |

| ASAS-ASAS (YANG ADA) | |

| deduksi | |

| --- | | | | | | | NORMA NILAI | TERTULIS TIDAKTERTULIS | | | | | | | --- | | | | | | | | | | -->CUKUP TIDAK CUKUP | | | | | | | DIPERLUKAN | | | NILAI BARU | | ---DITEMUKAN<----UNTUK DIJA- <--- | JADIKAN

| NORMA | |

| |

| TIDAK DITEMUKAN | |

| |

---DIPERLUKAN ASAS BARU

(22)

dengan “yang diinginkan” dalam definisi itu? Mimpi? Angan-angan? Simbol belaka? Atau sesuatu yang mengikat (formal), yang harus dicapai? Jika yang terakhir itu artinya, apa bedanya visi dengan tujuan? Gambar 18 menunjukkan perbedaan itu. Goal (tujuan) adalah rumusan formal yang ditetapkan sebagai respons terhadap visi yang terlihat (penglihatan) jauh di depan. Misi itu adalah jalan dan upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pentingnya misi itu sehingga mendapat julukan mission sacre. Dari teori ini bersumber pokok-pokok bahasan berikut (sesi 10 dan seterusnya).

KE DEPAN tujuan jangka panjang cita-cita, obsesi masy. yg ditetapkan secara

kearifan lokal sadar dan formal berda- | sarkan idea dan visi 4 3

IDEA---C--->GOAL | S4R4 | b HARAPAN | | S3R3 | D 20 tahun E arah B MISI | S2R2 | | a MASALAH | | S1R1 | FAKTA SEKARANG---A--->VISI 1 dua puluh tahun 2

kecenderungan internal apa yg terlihat bila & eksternal, kondisi yg keadaan berjalan menu- takberubah dan takbisa rut fakta sekarang diubah (takdir) (terminal 1)

Gambar 18 Teori Visi

Tujuan Jangka Panjang Berisi Nilai Ideal Melalui Envisioning Pemerintahan (Menggunakan Pola UU 25/04 dan UU 17/07)

Kebijakan Jangka Panjang 20 Tahun (S strategi, R rezim 5 tahunan)

Referensi: Bab VII M. J. Langeveld, Menuju Ke Pemikiran Filsafat, 1957; Bab 37 Kybernologi 2003; Bagian Tiga Bab VIII Kybernologi SebuahScientific Enterprise (2006) dan Bab I Kybernologi Sebuah Profesi (2007); Bab III Teori Budaya

Organisasi, 2005

11

SESI SEPULUH

(23)

didirikan untuk membentuk tenaga-tenaga pemerintahan yang berkualitas

(24)

tentang penguasaan perusahaan-perusahaan partikelir ini setidak- tidaknya untuk sebagian merupakan syarat bagi adanya ilmu

pengetahuan yang lebih tinggi daripadanya, ialah Ilmu Pemerintahan (Bestuurskunde, Bestuurswetenschap)

yang aksiologi utamanya di Indonesia adalah Kepamongprajaan (Gambar 19).

Referensi: Bab XIII Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007;

Bab XX Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab VI Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 1, Bab 2, Bab 4, Bab 5, dan Bab 6 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab 1 dan Bab 7 Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab XIV Kybernologi dan Pengharapan, 2009.

12

SESI SEBELAS

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Kebijakan (dalam bahasa UU 32/04:

Penyelenggaraan) Pemerintahan. Konsep-konsep terkait: Filsafat, Kearifan

(Kebijaksanaan, Wisdom), Asas (Principles, Beginselen), Nilai, Kebijakan (Policy), dan “Kebijaksanaan” (“Bijak sana, Bijak sini,” Korupsi). Kebijakan dalam ruang governance sebagai penyelenggaraan otonomi masyarakat (daerah). Lihat juga Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18. Berbeda dengan konstruksi kebijakan menurut Ilmu Politik, konstruksi kebijakan dalam Kybernologi terlihat melalui Gambar 20. Ia diletakkan di dalam bingkai (frame) invention dengan

scientific policy policy im-

--->RESEARCH--->INVENTION--->POLICY--- | enterprise making (input) plementation | | | | | |---with or without---| | | | | | I<O moni- scientific | ---FEEDBACK<---I=O----EVALUATION<---INNOVATION<--- I>O toring (output) movement

Gambar 20 Model Axiologi Kybernologi Melalui Kebijakan

(25)

Policy implementation diberi kekuatan lanjutan research sebagai scientific movement. Diharapkan dengan demikian, bukan kekuasaan politik tetapi premises

ilmupengetahuan dan teknologi yang memegang peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Referensi: Bab 6 dan Bab 37 Kybernologi 2003; Bagian Pertama Bab 5 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab III, Bab VI, dan Bab VII Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab 12 Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab 7 dan Bab 8 Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008

13

SESI DUABELAS

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Manajemen Pemerintahan. Birokrasi, Administrasi Publik, dan Manajemen, merupakan tiga sisi atau dimensi Implementasi Kebijakan dari berbagai sudut pandang.. Jika pada aras statal pertimbangan politik yang dominan, semakin ke bawah (masyarakat, daerah), (seharusnya) pertimbangan manajemen semakin dominan.

1 a 2 b 3 c 4 d 5

---> LK ---> IP ---> TP ---> OP ---> LK --- | info kebijakan implementasi “marketing” | | distribusi | | | j -- komunikasi penggunaan -- e | | | | | b<g pembandingan pantauan manfaat, guna | ---- FB <----b=g---- HEV <--- EV ---MON <---OC --- 10 b>g 9 h 8 g 7 f 6

i

Gambar 21 Manajemen Pemerintahan

1LK lingkungan sebagai sumber, IP input, TP throughput, proses OP output, 5LK lingkungan sebagai pelanggan, OC outcome, MON monitor, EV evaluasi, HEV hasil evaluasi, FB feedback

Di dalam Manajemen Pemerintahan terletak Manajemen Pembangunan. Lihat Gambar 10. Manajemen Pemerintahan tidak linier atau terpotong-potong mengikuti rezim politik, tetapi siklik (cyclic, berulang) atau sirkuler (circular, lingkaran) sesuai dengan hukum sistem. Jika dilihat dari pendekatan sistem, Manajemen Pemerintahan seperti Gambar 21. Terminal dan rute sepanjang siklus atau sirkel pemerintahan bersifat kritikal. Oleh sebab itu seluruh terminal dan rute manajemen terkait (planning, organizing, actuating, dan controlling) diatur setara (jangan seperti

(26)

R1 R2 R3 R4

O---5---|---5---|---5---|---5-->20 rel (runway) jangka panjang | | | |

R1 O---|---|---|--->20 | | | |

R2 O---|---|---|--->20 | | | |

R3 O---|---|---|--->20 | | | |

R4 O---K1---K2---K3--->20 | K4

R rezim 5 tahunan; O orientasi 20 ke depan

K1234 = kinerja R1R2R3R4 selama 20 tahun (expected output, bulat) 0 – 20 rel (landasan) jangka panjang

Gambar 22 Manajemen Pemerintahan Berskala Jangka Panjang (20 Tahun)

UU 25/04 dan UU 17/07

Referensi: Bab 10, Bab 13, dan Bab 14 Kybernologi 2003; Bagian Pertama Bab 5 KybernologiBeberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab X Kybernologi Sebuah ScientificMovement, 2007; Bab 12, Bab 13, dan Bab 17 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab II Kybernologi dan Pembangunan, 2008

14

SESI TIGABELAS

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Seni Pemerintahan dan Teknologi Pemerintahan. Pentingnya Seni (dan Teknologi) diungkapkan oleh Will Durant dalam The Story of Philosophy (1956, xxvi): “Every science begins as philosophy and ends as art.” Proposisi Durant ini menerangkan mandulnya suatu ilmu dan pincangnya hubungan antara teori dengan praktik. “Ah, itu sih teori,” demikian keluhan berbagai kalangan. Penyebab kemandulan dan kepincangan itu terletak di hulu (keringnya Filsafat dan lemahnya teori) dan di hilir (miskinnya Seni praktik atau implementasi: “Benar, tetapi. . . . ,” “Setuju, namun. . . .” Seni Pemerintahan menunjukkan upaya

penumbuhkembangkan kreativitas dan efektivitas. Ruangnya dalam Model 1 Gambar 23. Dalam hubungan itu, kepemimpinan adalah seni, “how to get things done through the leader him- (her-) self.”

Selanjutnya Teknik dan Teknologi Pemerintahan menunjukkan kemahiran,

(27)

kreativitas efektivitas |

|

Ikons---1---->Omaks<--- | | --->3--- |

|

---Imin---2---->Okons |

|

kemahiran kehematan efisiensi

Gambar 23 Seni Pemerintahan dan Teknik Pemerintahan I input, O output, kons konstan (seadanya),

maks maksimum, min minimum

Referensi: Bab 12, Bab 19, Bab 30, dan 34 Kybernologi 2003; Bab I Kybernologi dan Pengharapan (2009).

15

SESI EMPATBELAS

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Etika Pemerintahan. Perbedaan dan kaitan antara Etika dengan Moral: Pertimbangan Moral berlangsung dalam masyarakat,

sedangkan pertimbangan Etik berlangsung di dalam kalbu (lubuk hati, hati nurani, hati sanubari, insan kamil) sendiri. Etika Pemerintahan adalah Etika Otonom, sanksi pelanggaran dan reward penaatannya bersumber dari diri sendiri, sementara sanksi dan reward Moral dari masyarakat. Dengan pegangan Moral saja, Iblis bisa

bercahaya seperti Malaikat, Serigala berbulu Domba, dan Musang berbulu Ayam, Jadi bukan “disumpah,” tetapi “bersumpah.” Kode Etik Profesional, dan Etiket Pergaulan Politik/Diplomatik adalah aplikasi Etika Pemerintahan. Tetangga Etika Pemerintahan adalah Teologi Pemerintahan. Seperti telah dikemukakan, ada Hak Asasi dalam arti bawaan, yang terbentuk sejak dalam kandungan, tetapi tidak ada Kewajiban Asasi dalam arti itu; kewajiban tumbuh sejajar dengan

pertanggungjawaban (kemampuan bertanggungjawab). Teori Tanggungjawab menurut Herbert J. Spiro dalam Responsibility inGovernment (1969). Kunci Etika Pemerintahan terletak pada pertimbangan etik dan pertanggungjawaban etik

(28)

1 2 3 4 5 6

Referensi: Bab 15 dan Bab 16 Kybernologi 2003; Bagian Pertama Bab 7 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Dua Bab II dan Bab III, dan Bagian Tiga Bab XVI Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab XV Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab 2, Bab 3, Bab 4, dan Bab 5 Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab III dan IV Kybernologi dan Pengharapan (2009)

16

SESI LIMABELAS

(29)

POLITIK (NEGARA) | |

public choice

waktu | ruang |

SUMBER-SUMBER----nilai----PEMERINTAHAN----informasi----ILMUPENGTAHUAN teknologi |

sumberdaya |

kontrol di hulu dan kontrol di hilir |

|

MASYARAKAT PELANGGAN

Gambar 25 Lingkungan Pemerintahan

Pemerintahan yang sehat dengan mencegah sejauh mungkin pemerintahan yang sakit. Dalam hubungan itu fenomena birokrasi tidak cukup diterangkan hanya oleh Teori Kebijakan Publik, Teori Politik, Sosiologi dan Ilmu Hukum. Diperlukan bangunan teori yang lebih tinggi, yaitu grand theory yang mencakup semuanya. Grand theory yang dimaksud adalah Teori Hubungan antara Negara dengan Manusia (Gambar 4). Menurut teori itu terjadi hubungan timbal-balik antara keduanya. Hubungan itu berturut-turut berisi public choice, nilai, info, dan kontrol di hulu dan di hilir. Oleh sebab itu, pada aras makro, Reformasi Pemerintahan berarti reformasi lingkungan pemerintahan yang terdiri dari Politik (Negara), Sumber-sumber, Ilmu Pengetahuan, dan Masyarakat (Gambar 25), dan inovasi Birokrasi itu sendiri. Birokrasi itu ibarat sebuah mobil. Manfaatnya bergantung pada penggunanya. Sesehat dan sekuat apapun Birokrasi, jika pengguna (politik, politisi) menyalahgunakannya, ia menjadi

biropatologik. Secerdas apapun sebuah temuan ilmiah, kalau tidak digunakan, tidak berguna. Memang, “power tends to corrupt.”

Referensi: Bab 9 Kybernologi 2003; Bagian Kedua Bab 18 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Dua Bab I dan Bab IX Kybernologi Sebuah

Scientific Enterprise, 2006; Bab IX Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab 2, Bab 12, Bab 13, Bab 14, dan Bab 15 Kybernologi Sebuah Scientific

(30)

17

SESI ENAMBELAS

UAS. Sama seperti UTS, UAS juga terdiri dari ujian klasikal dengan 5 soal, dan tugas struktural bagi tiap kelompok. Untuk itu kelas dibagi menjadi 7 kelompok, tiap

kelompok mambahas satu sesi kuliah. Distribusinya menggunakan undian.

1112081144

1212081427SDGORODTG 1312081506

1912081058 0401091050

0801091014SDGOROTDUSADS 3103090818SDG

(31)

RINGKASAN

--- | SESI | URAIAN HALAMAN | |---| | 1 | Penjelasan Umum . . . 2 | | | Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia |

| ONTOLOGI |

| 2 | Ontologi Ilmu Pemerintahan. . . 5 |

| EPISTEMOLOGI |

| 3 | Teori Kebutuhan . . . 6 | | 4 | Teori Pelayanan . . . 8 | | 5 | Teori Governance. . . 11 | | 6 | Teori Kinerja . . . 16 | | 7 | Metodologi. . . 18 | | 8 | UTS . . . 20 |

| AXIOLOGI |

(32)

GBPP MATAKULIAH

KEPAMONGPRAJAAN

Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

1

LATARBELAKANG

Kompas 11 Oktober 07 h. 15 meluncurkan berita berjudul “Presiden Ubah IPDN Menjadi IIP,” dengan subjudul “Sistem Pengasuhan Dihapuskan, Diubah

Kepamongan.” Di kiri bawah terdapat tulisan: “‘Di IIP ada tambahan ilmu baru sebagai pendukung dalam aspek pemerintahan,’ ujar Mardiyanto” (Menteri Dalam Negeri). Pukul 082337 pagi itu anak saya Pram mengonfirmasi berita itu pada saya seraya menanyakan ilmu apa yang dimaksud. Segera saya melaporkan berita itu via SMS kepada beberapa pejabat yang berkompeten, antara lain Plt Kepala Badan Diklat Dr H. Muh. Marwan, drs, MSi, Plt Rektor IPDN Dr J. Kaloh, SU, Prof. Dr Tjahya Supriatna, SU, dan Prof. Muchlis Hamdi, MPA, PhD. Informasi dari pak Khasan Effendy (IPDN) pukul 112207 tentang ilmu apa yang dimaksud: “Pemahaman saya pembaharuan dan pengembangan Ilmu Pemerintahan salah satunya Kybernologi. . . . .” Dari 08159676440, seorang pejabat Badan Diklat Depdagri tgl 121007 pukul 223338 diperoleh info: “Benar, prof. Yang beliau maksudkan adalah Kybernologi dan Kepamongprajaan,” dilanjutkan pada pukul 224923: “Benar, prof. Kita jadikan proposal yg prof. buat sebagai dasar keilmuan pembentukan IIP Regional.” Apakah ini berita jurnalistik yang setelah dibaca menjadi basi dan dilupakan orang? Atau lanjutan sejarah?

Di dalam sistem kurikulum IPDN terbaru (Peraturan Rektor IPDN tgl 15 September 2007 No. 895.5-273 Tahun 2007, Ilmu Pemerintahan (secara implisit Kybernologi) sebagai core curriculum IPDN pada tingkat institut (dijadikan menu semua fakultas dan jurusan) diajarkan sebelum core curriculum institut lainnya yaitu

Kepamongprajaan. Jika Kybernologi berbentuk body-of-knowledge (BOK, disiplin, ilmu) dan derajat akademiknya bulat (Sarjana S1, Magister S2, dan Doktor S3), bagaimana dengan Kepamongprajaan sebagai matakuliah baru? Apakah hanya seperangkat teori seperti Teori-Teori Pembangunan, sebuah Bidang Kajian (field of study), seperangkat Kebijakan dan Peraturan, atau sebuah topik Seminar?

Yang jelas, Kepamongprajaan yang pamornya timbul tenggelam selama seratus tahun terakhir, dan jejaknya nyaris lenyap disapu perubahan zaman, kembali menarik

(33)

dominan politik dekonsentrasi terhadap desentralisasi, pusat terhadap daerah, semakin melembaga kepamongprajaan. Di zaman berlakunya UU 5/74, semakin otoriter Negara, semakin berkuasa kekepalawilayahan ketimbang kekepaladaerahan. Semakin luas otonomi daerah, kepamongprajaan semakin kehilangan ruang hidupnya. Mungkinkah sebuah lembaga mengadvokasikan otonomi seluas-luasnya dan pada saat yang sama membuka ruangan bagi kepamongprajaan? Bagaimana hal itu bisa terjadi, apa maknanya, dan apa manfaatnya? Apakah hal itu menunjukkan bahwa sesungguhnya di atas panggung yang sama yang satu memerlukan yang lain, tidak saling membunuh seperti disangka orang?

Di samping kegamangan, muncul beberapa kebingungan. Pertama, “Praja” berarti kerajaan, kota, Negara, sedangkan “pamong” berarti pengasuh, penyelenggara. Jadi “pamongpraja” sesungguhnya identik dengan “pemerintah” dan “pemerintahan,” seperti “government” yang dapat diartikan “pemerintah” dan juga “pemerintahan.” Kalau kedua konsep itu mengandung arti yang sama, mengapa dijadikan dua

matakuliah yang berbeda? Kedua, kalau pemerintahan itu identik dengan

pamongpraja, apakah seluruh perangkat eksekutif atau hanya perangkat Departemen Dalam Negeri yang dapat disebut pamongpraja? Ketiga, bagaimana dengan pendapat Bayu Surianingrat dalam Pamong Praja dan KepalaWilayah (1980) yang

membedakan pamongpraja dalam arti luas dan pamongpraja dalam arti sempit? Keempat, adakah dan jika ada di manakah terletak perbedaan signifikan antara Kybernologi dengan Kepamongprajaan? Kelima, bagaimana konstruksi hubungan teoretik antara keduanya?

Maka sambil meraba-raba sini-sana, didorong oleh curiosity seadanya,

walau terundung alergi debu, pilek dan flu, selagi semua orang asyik menikmati tidak kurang dari sepuluh hari libur bersama, di negeri yang menurut ramalan

ulama-pedagang politisi-birokrat buruh-cendekiawan, pada tahun 2030 menjadi nomor lima terbesar sedunia, saya membolak perpustakaan dan menjelajah warisan berbentuk huruf dan kalimat. Saya menemukan Drs S. Pamudji, MPA, “Membina Dinas Pamong Praja ke Arah Dinas Karier Dalam Administrasi Negara,” dalam Berita IIP No. 21 Tahun 1971, yaitu Pidato Ilmiah pada Hari Wisuda Alumni APDN Malang dan Peresmian IIP tgl 25 Mei 1967 di Malang, sebuah dokumen akademik yang 40 tahun kemudian dimuat dalam Kybernologi: Sebuah Profesi, 2007, Bab VI. Pidato itu menunjukkan bahwa pembentukan IIP dijiwai oleh semangat Kepamongprajaan.

Dokumen pemikiran tentang Kepamongprajaan periode 70-80-an diwakili oleh Drs Bayu Surianingrat, Pamong Praja dan Kepala Wilayah, 1980. Sesudah itu,

(34)

menerbitkan Jurnal Pamong Praja. Memang, sejak tahun 80-an IIP menerbitkan majalah Widyapraja, namun “praja” dalam hubungan itu lebih sebagai sukunama ketimbang sebuah makna, Dalam Jurnal Pamong Praja terdapat beberapa artikel yang nadanya sama, berkisar pada masalah pendidikan pamongpraja. Misalnya John R. G. Djopari, “Pendidikan Pamong Praja di Indonesia” (1, 2004), Azis Haily,

“Kepamongprajaan Ditinjau Dari Perubahan Paradigma Pendidikan dan Peranan Pemerintahan Umum” (5-2006), dan Hyronimus Rowa, “Sejarah Pendidikan Pamong Praja di Indonesia” (7-2007).

Dipacu oleh terus digunakannya nama “pamong” oleh STPDN dan kemudian IPDN, dipertegas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 2005 tentang Statuta IPDN, yang menyatakan bahwa IPDN adalah lembaga pendidikan pamongpraja, perhatian terhadap Kepamongprajaan terus mekar. Dr Lexie M. Giroth, SIP, MSi, menulis Pamong Praja, Kybernologi dan Metakontrologi (2005), terbitan Program Pascasarjana IPDN. IPDN sendiri tidak tinggal diam. IPDN menyelenggarakannya Seminar Nasional Dalam Konteks Kepamongprajaan di kampus Jatinangor pada tgl 22 September 2007. Dalam seminar itu Prof. Dr Ateng Syafrudin, SH, menyajikan makalah tentang “Ilmu Pemerintahan Dalam Konteks Kepamongprajaan,” dilengkapi dengan sejumlah bahan yang lebih tua dan otentik mewakili zamannya,

“Pamongpraja Sebagai Golongan Karya Pemerintahan Umum,” Bandung 20 Mei 1963, dan “Jabatan Pamongpraja (Dahulu Pangrehpraja) Dalam Penelitian

Antropologi Budaya dan Hukum Adat,” Bandung, 20 Mei 1963.

Saya juga tergerak untuk menulis beberapa makalah. Guna mengantisipasi

kemungkinan untuk menjadikan Kepamongprajaan sebagai matakulian di IPDN, saya mencoba melengkapi pendekatan deskriptif dan normatif yang digunakan oleh para penulis di atas, dengan mengembangkan sisi teoretik tulisan guru saya S. Pamudji. Maka lahirlah “Memorial Lecture Ilmu Pemerintahan: Kepamongprajaan Dalam Sistem Pemerintahan,” dalam Kybernologi: Sebuah Charta Pembaharuan, 2007, Bab XIII, “Kepamong-prajaan” dalam Kybernologi: Sebuah ScientificMovement, 2007, Bab XX, dan “Kepamongprajaan: Fungsi dan Peran Pamongpraja Dalam “Era

Otonomi Daerah,” disiapkan untuk Seminar di Kabupaten Landak Kalimantan Barat pada tgl 26 Oktober 2007, dari bahan-bahan yang amat sangat terbatas.

(35)

consumer, seperti fitrahnya semula sebagai ciptaan ALLAH, melalui interaksi subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur pelanggan (SKP) suatu governance, Kepamongprajaan mempelajari SKK seperti apa yang diharapkan bersinerji dengan SKE dan SKP sedemikian rupa sehingga kinerja governance yang bersangkutan berkualitas good (good governance). Dilihat dari pendekatan tersebut, Manusia dengan Negara berinterface pada situs SKK bernama Kepamongprajaan. Derajat akademik bahan ajaran (didaktik) Kepamongprajaan berada pada tingkat mezzo (meso-). Lebih padat-nilai (Axiologi) ketimbang

(36)

padat-teori. Jika “pengasuhan” dihapus dari panggung metodik (lihat Bab IX Kybernologi: Sebuah Profesi), maka apapun substitusinya, harus berangkat dari Sistem Nilai Kepamongprajaan ini. Mengingat governance merupakan

Epistemologi Ilmu Pemerintahan, maka Kepamongprajaan sebagai bahan-ajaran merupakan salah satu komponen Kybernologi pada sisi Axiologi. Inilah dasar peletakan Kepamongprajaan dalam sistem kurikulum IPDN, pada semester sesudah Kybernologi diajarkan.

Kebijakan Presiden (Perpres 1/09 tgl 12 Januari), untuk tetap menggunakan nama IPDN dan tidak IIP seperti dijanjikan 15 bulan yang lalu, tidak mengurangi derajat akademiknya, bahkan posisinya sebagai lembaga pendidikan tinggi kepamongprajaan dikukuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, disusunlah 14 butir GBPP KepamongPrajaan (+ UTS dan UAS = 16 sesi) tentatif, modifikasi bahan yang pernah diterbitkan dalam Bab 6

Kybernologi dan Kepamongprajaan (2008), dan pengembangan Bab XIV Kybernologi dan Pengharapan (2009), sebagai berikut.

2

SESI SATU

Pemerintahan. Bahannya diambil dari Sesi Lima GBPP Ilmu Pemerintahan (Kybernologi). Bahan ini didahului dengan pembahasan singkat Teori Nilai (Sesi Sembilan GBPP Ilmu Pemerintahan). Menurut Teori Governance, setiap masyarakat (unit kultur) digerakkan oleh tiga subkultur, yaitu subkultur ekonomi (SKE,

pembangunan itu sendiri berada di dalam policy implementation di ruang SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS). Bagaimana masyarakat melindungi dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi tiga subkultur itu, bagaimana governance terbentuk, bagaimana subkultur bekerja (berinteraksi) dan berkontrol satu terhadap yang lain, diterangkan melalui Teori Governance.

Kebijakan otonomi Daerah berdasarkan UU 32/04, Pasal 1 butir 2, 3 dan 4, sesuai

Tabel 1 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

--- PENGATURAN PENGURUSAN MONEV DAN FEEDBACK

--- 1 DPRD -- DPRD

2 KEPALA DAERAH PEMERINTAH DAERAH -- (PEMERINTAH DAERAH)

(37)

dengan teori ini. Di sana dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah (local government) bersama DPRD adalah penyelenggara pemerintahan Daerah. “Pemerintahan” Daerah dalam hubungan itu setara dengan localgovernance. Penyelenggaraan itu meliputi pengaturan (lebih tepat: pembuatan kebijakan) dan pengurusan (implementasi kebijakan dan monev-nya). Konsep governance lebih luas ketimbang konsep government. Dalam Gambar 1 terlihat juga bahwa konsep pemerintahan lebih luas daripada konsep pembangunan pemerintahan. Di bawah konteks pemerintahan daerah, pemerintahan sama dengan policy making + policy implementation + policy implementation monitoring and evaluation (Tabel 1).

--- | NEGARA | 2 3

---mengontrol--- ---mengontrol---

| memberdayakan | | membayar | | | | | | |

| | | | | mengontrol SKK | | | | | di hulu

| | | constituent

--- SKE---|--->SKK---|--->SKS--- | pemain | | | penonton |

| | | wasit | pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK | | | ---|-|--- di hilir | | pembangunan | | | | | | | meredistribusi | | | membentuk, | | nilai via pela- | | | |----meningkatkan,--- ---yanan civil, ---| |

| | mencipta nilai pelayanan public | | | | 1 (inc.pemberdayaan) | | | | 4 | | | | MASYARAKAT | | | | | | | ---melayani---5---pasar--- | | | | MANUSIA | | |

---feedback---

6

Gambar 2 Teori Pemerintahan (Governance):

Interaksi Antar Tiga Subkultur

Subkultur Ekonomi (SKE), Subkultur Kekuasaan (SKK),

(38)

Gambar 2 berawal pada Teori Ilmu Pemerintahan tentang interface antara konsep Manusia dengan konsep Negara. Interface itu membentuk ruang Masyarakat. Interaksi antar subkultur masyarakat melalui tiga terminal, yaitu SKE, SKK, dan SKS. Lintasan gerak dari terminal ke terminal disebut rute. Gambar 3 menunjukkan 5 rute dasar interaksi. Sepanjang Rute 5 dilakukan pemantauan dan evaluasi

redistribusi nilai (Rute 4) berdasarkan standar yang telah ditetapkan melalui

Rute 3. Hasil evaluasi dijadikan masukan ke dalam Rute 3. Teknik penampilan rute

(39)

feedback tidak terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 melainkan pada Rute 6 Gambar 5 sebagai masukan buat Rute 3. Di sana jelas, hasil evaluasi dijadikan masukan ke dalam Rute 6 melalui terminal SKK, terus ke SKS. Dalam Teori Governance juga termasuk Teori Hubungan Pemerintahan (governance relations). Dengan memasukkan konsep stakeholder (Bab I Kybernologi danPembangunan, 2009), Gambar 2 mengalami modifikasi (Gambar 3):

--- | NEGARA | | |

SKK mengontrol SKS sbg konsti-

---dan memberdaya--- ---tuen mengontrol---

| kan SKE via kebi- | | SKK di hulu via UU | | jakan & impl.nya | | dan PERDA | 2 | | | | 3 | | petaruh, petarung | |

| | | SKS “BANDAR” --- SKE---|--->SKK---|--->STAKEHOLDER--- |pemain” | | | ”penonton” |

| | | ”wasit” | | | | | | | | | | SKS sbg PELANGGAN | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---|-|--- | | | | | | 5 | | | | membentuk, me- | | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusi<-- 4 | | |---cipta nilai se--- ---nilai via pe- | |

| | cara berkelan- layanan civil & ----| | | | jutan pelayanan publik | | | | | | | | | | | | MASYARAKAT (PUBLIK) | | | | | | | ---melayani---pasar--- | | | | MANUSIA | | | ---feedback---

Gambar 4 Stakeholder Pemerintahan (Hubungan Pemerintahan Antara Pemerintah (SKK) dengan Yang Diperintah

(SKE dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, dan 4

(40)

(SKE dan SKS). SKE adalah masyarakat dalam perannya sebagai Pekerja, sedangkan SKS adalah masyarakat dalam perannya selaku Pelanggan dan Konstituen. Hubungan (rute) antar tiga terminal (dalam Gambar 2 terlihat empat) diperjelas (diurai) menjadi enam rute berkesinambungan. Gambar 5 merupakan rekonstruksi Gambar 7-1 Kybernologi (2003, 106) tentang hubungan antara Janji (commitment) dengan Percaya (trust) dan Harapan (hope). Dengan argumentasi tertentu, misalnya untuk rezim yang sedang berjalan, peneliti bebas menentukan rute awal penelitiannya dan menandainya dengan angka 1 (pada Gambar 4, rute Nilai Berkelanjutan Untuk Hidup), sehingga prosesnya berjalan dari 1 ke, 4, 5 dan 6, berlanjut ke 3, kembali ke 2, 1, demikian terus-menerus.

2

janji (kebi- 3 5

jakan/rencana mandat, kuasa monev thd & penepatan- (trust, hope) kinerja SKK

---nya) berda- -- ----tuntutan,--- ---rute 2 & 4 --- | sarkan etika | | (UU, Perda) | | via rute 1 |

| otonom di hulu | | di hulu | | di hilir | | | | | | |

| | | - SKE--- SKK--- SKS--- SKK--

| | | | | | | | | redistribusi | | | | | | | | nilai via pe- | | pertanggung- | | | | nilai berke- | | lay civil, | | jawaban etik | | | --lanjutan utk--- --pelay publik-- ---menurut--- | | hidup & pemberday etika otonom | | 1 masyarakat di hilir | | di tengah | | 4 | | | ---pemerintahan (governance)---

Gambar 5 Hubungan Pemerintahan Pemerintahan sebagai Sistem dan Proses

Via Rute 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Tetapi untuk rezim yang baru terpilih, angka 1 itu diletakkan pada rute Mandat (Gambar 5 pada rute 3), sehingga rutenya menjadi 3, 2, 1, 4, 5, 6, kembali ke 3. Pemerintahan mengandung (bekerja pada) duabelas nilai dasar. Duabelas nilai dasar itu disebut Kepamongprajaan.

(41)

Bab VI dan Bab VII Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab I Kybernologi dan Pembangunan, 2009

3 SESI DUA

Nilai Satu VOORUITZIEN (lengkapnya Besturen is vooruit zien; Gouverner c’est prevoir; To govern is to foresee). Mengamong adalah memandang (envision) sejauh mungkin ke depan, tidak hanya sebatas masa jabatan masakerja, dan masahidup. Berdasarkan UU 25/04 dan UU 17/07, kendatipun masajabatan seseorang hanya lima tahun, ia wajib memperhitungkan dan mengantisipasi apa yang harus, akan, dan dapat terjadi minimal 20 tahun ke depan agar terjamin kesinambungan kinerja rezim yang berbeda-beda melalui rel atau runway yang sama. Visi Bangsa Indonesia di tengah dunia yang sedang berubah. Diuraikan posisi Indonesia di tengah perubahan global dan bagaimana visi Bangsa Indonesia dahulu dan sekarang. Teori tentang visi, lihat “TOR Talkshow Visi Indonesia 2045” dalam Kybernologi: Sebuah Profesi, 2007, Bab I, bandingkan dengan Dadang Solihin, “Visi Indonesia, Karakteristik Bangsa, dan Tantangan Ilmu Pemerintahan,” dalam Kybernologi: Jurnal Ilmu Pemerintahan Baru, edisi perdana Agustus 2007. Lihat juga Bab II Kybernologi dan Pembangunan

KE DEPAN tujuan jangka panjang cita-cita, obsesi yg ditetapkan secara

sistem nilai, ke- sadar dan formal berda- arifan masy. ybs sarkan idea dan visi

4 3

IDEA--->GOAL

R7 | | 7 HARAPAN R6 | | R5 | 38 tahun R4 6 MISSION | R3 | | R2 5 MASALAH | | R1 | FAKTA SEKARANG--->VISION

1 tigapuluhdelapan tahun 2

kondisi yg takbisa apa yg terlihat bila diubah (takdir), keadaan berjalan menu- dan atau takbisa rut kondisi yg tak (sulit) berubah R = rezim berubah (fakta, 1)

Gambar 6 Fakta, Visi, Idea, Goal, Masalah, Misi, dan Harapan

Gambar

Gambar 9 Teori Pemerintahan (Governance):
Tabel  4  Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Gambar 11 Stakeholder Pemerintahan (Hubungan Pemerintahan  Antara Pemerintah (SKK) dengan Yang Diperintah  (SKE dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, dan 4
Gambar 12 Sistem dan Proses Pemerintahan Melalui Rute 1, 3, 4, 5, 6, 3, dan 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

(B) Hadirin yang terhormat perkenankanlah saya menyampaikan pidato dengan tema Peranan Pelajar dalam kehidupan masyarakat.. (C) Hadirin yang terhormat Pidato ini disampaikan

Restrukturisasi juga menyangkut penyusunan skim asuransi deposito, perbaikan teknik dan prosedur Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), penguatan pengawasan bank, dan

Responden yang diperlukan untuk kebutuhan kuesiner ini terdiri dari 100 orang dengan perhitungan menggunakan rumus pada sub bab III.3 dimana terdapat jumlah populasi

Logika Proses User memasukan data password, jika data password benar, status user akan berubah menjadi administrator, dengan segala kebebasan yang diberikan untuk mengelola

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan mengetahui perbedaan hasil belajar

Ang pag-aaral na ito na may paksang ANG EPEKTO NG SOCIAL MEDIA SA MGA MAG-AARAL SA UNANG ANTAS NG PNTC COLLEGES ay tumatalakay sa kalagayan ng wikang Filipino sa panahon ng

Kegiatan Bedah Buku, Sharing dan Digitalisasi merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka menerapkan Manajemen Pengetahuan pada Perpustakaan.. Untuk lembaga STAIN