• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia: melihat ke

depan

6 Contoh-contoh dari besaran yang baik di Indonesia maupun negara Asia lainnya, lihat Lee, E (1998) The Asian Crisis: tha Challenge of Social Policy, Geneva, ILO and Vroman, W (1999) “ Unemployment and underemploym ent protection in three groups of countries, Social Protection Dicussion Paper 9911, May, Washington DC, World Bank

• Pembentukan Jamsosnas, penunjukan badan pengawas, sekretariat dan badan pelaksana

• Peraturan khusus yang memungkinkan pengembangan tunjangan dan program-program baru dan untuk mengkoordinasikan badan-badan di bawahnya, pemerintah daerah, LSM dan lembaga donor • Memperkuat badan dan lembaga, Jamsostek dan Askes harus meningkatkan teknologi informasi, layanan, program-program baru, pelatihan staf, dan mengurangi gerai-gerai dalam jaringan pelayanan.

• Mengembangkan strategi jaring pengaman yang komprehensif bagi kaum miskin yang mencakup program daerah, pendanaan, akses, dan lembaga yang akan melaksanakan program tersebut.

• Meningkatkan kepatuhan untuk memperluas cakupan jaminan sosial ke ekonomi formal dan pekerja mandiri.

• Mengembangkan dan menguji program-program serta metodologi untuk memperluas layanan ke ekonomi informal dan pedesaan. Dari studi-studi yang dilakukan ILO dapat dilihat bahwa untuk mencapai suatu program perlindungan sosial yang komprehensif di Indonesia dalam jangka panjang, kita perlu memperluas penyediaan asuransi sosial yang lebih baik ke semua sektor formal dan menyediakan tunjangan jaminan sosial yang lebih berarti yang akan menyediakan dukungan pembiayaan yang wajar untuk seluruh pekerja bila terjadi gangguan kerja (sakit, cedera, cacat, persalinan, melemahnya daya tahan, pensiun, dan sebagainya) Penyediaan asuransi sosial ini juga perlu diperluas dengan cepat ke sektor informal dan disokong mekanisme dukungan yang luas bagi mereka yang miskin dan rentan. Prioritas harus diberikan pada skim-skim wajib (sektor formal, wiraswastawan, dan sebagainya), pengembangan kemampuan lembaga-lembaga dan mendorong skim sektor informal melalui swadaya dan skim sukarela yang didukung pemerintah.

Peringatan perlu diperhatikan. Pengalaman di pelbagai belahan dunia menunjukkan bahwa pendafataran pekerja informal pada skim pembiayaan jaminan sosial wajib bukanlah pekerjaan mudah. Pengalaman di Indonesia sejauh ini memperkuat anggapan ini. Organisasi ekonomi informal melalui pembentukan koperasi atau organisasi terdesentralisasi atas perlindungan sosial lain memungkinkan tercapainya skala ekonomis (economies of scale) sehingga cakupannya bisa diperluas. Namun demikian, penerapan yang tidak konsisten dan setengah hati merupakan masalah sistemik yang terjadi di Indonesia dan tidak terbatas pada sektor perlindungan sosial saja. Studi lanjutan perlu dilakukan untuk menemukan cara-cara untuk memperluas cakupan yang berkesinambungan dengan tujuan membuat basis bagi sistem jaminan sosial nasional.

Rekomendasi Kebijakan Kunci akan berdampak besar terhadap upaya pengentasan dan pencegahan kemiskinan dalam jangka pendek dan menengah seperti didiskusikan di bawah ini.

• Secara bertahap program-program jaminan sosial diperluas sampai ke seluruh pekerja di

—ini akan melindungi lebih dari sepertiga pekerja dari kemungkinan kehilangan pendapatan dan sekaligus memberikan pendapatan rutin secara terus-menerus pada masa pensiun mereka. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri ini akan mengurangi tekanan terhadap sektor informal dengan cara mengurangi perpindahan mereka ke sektor informal pada saat paceklik. Stabilitas pendapatan rumah tangga juga akan mengurangi tingkat kesenjangan dan kemiskinan di kalangan perempuan. Perluasan jangkauan kepada pekerja mandiri tergantung pada identifikasi dan pendaftaran wajib yang merupakan prasyarat masuk skim jaminan sosial.

• Menyediakan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor —pengalaman di tingkat lokal maupun internasional membuktikan pentingnya sektor informal, kerentanan pekerja dan keluarganya, dan sulitnya membentuk skim jaminan sosial yang berkelanjutan. Namun demikian, strategi pengentasan kemiskinan apapun bentuknya harus mencakup sektor informal di mana sebagian besar kaum miskin terkonsentrasi. Pengalaman mengajarkan bahwa rancangan asuransi sosial sukarela harus bersifat fleksibel, dan disesuaikan dengan kebutuhan perorangan dan kelompok, serta berdasarkan pada insentif.

• Mengembangkan untuk orang miskin —

hal ini bisa dilaksanakan dengan mengaitkannya dengan bursa tenaga kerja, pembangunan pedesaan, pendidikan dan program-program berbasis masyarakat. Program-program-program yang ditujukan pada masyarakat yang tidak mampu ini harus disokong oleh sumber daya pemerintah dan didasarkan pada peningkatan praktek pemerintahan yang baik dan pendidikan di tingkat daerah untuk menghindari terjadinya kebocoran. Untuk memberikan bantuan diperlukan upaya pengidentifikasian kaum miskin, mengetahui kebutuhan mereka dan menemukan mekanisme yang tepat di tingkat lokal.

• —Akses ke perawatan kesehatan

menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan penyelenggaraannya diusulkan untuk pekerja formal dan kaum miskin. Skim alternatif harus dikembangkan sehingga mencakup ekonomi sektor informal. Skim-skim ini mencakup asuransi mikro berbasis masyarakat, ketentuan khusus untuk kepesertaan sukarela dalam skim formal, paket skim khusus untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang beraneka ragam di sektor informal.

7 Pekerja mandiri dengan pendapatan tetap pada pekerjaan yang bisa diidentifikasi antara lain dengan tempat usaha yang mapan, termasuk para profesional. dan pekerjaan yang dicakup bisa tercakup dalam peraturan ini.

Pengembangan indikator dan sistem pemantauan untuk PRSP sangat penting untuk mengukur tingkat kemajuan. Sebagai tambahan terhadap kumpulan indikator—pemisahan data berdasarkan jenis kelamin termasuk distrik, provinsi dan nasional—yang secara luas dipaparkan dalam kerangka kerja sasaran pengembangan milennium, ILO mendorong penggunaan indikator spesifik berkenaan dengan agenda pekerjaan yang layak. Dalam hal ini, indikator kunci dari pasar kerja membentuk suatu basis yang kuat bagi pemilihan indikator yang tepat. Indikator kunci pasar kerja (KILM)

20 indikator tersebut meliputi: 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja

2. Rasio lapangan kerja terhadap jumlah penduduk 3. Status pekerjaan

4. Pekerjaan berdasarkan sektor 5. Pekerja paruh waktu

6. Jam kerja

7. Pekerja sektor informal 8. Tingkat pengangguran 9. Pengangguran kaum muda 10. Pengangguran jangka panjang

11. Tingkat pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan 12. Jam kerja bagi setengah pengangguran

13. Tingkat ketidakaktifan

14. Tingkat pendidikan dan buta huruf 15. Tren upah sektor manufaktur 16. Indeks upah dan pendapatan kerja 17. Biaya kompensasi perjam

18. Biaya produktivitas kerja dan tenaga kerja perunit 19. Arus pasar kerja

20. Distribusi pendapatan dan kemiskinan

Lampiran1:

Dokumen terkait