• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Afiliasi Responden dalam Kelompok Sosial

Tingkat afiliasi responden dalam kelompok sosial pada penelitian ini hanya diuji kuantitatif berdasarkan lamanya waktu responden tergabung dalam suatu kelompok sosial yang ada di lingkungannya. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil survei di lapang, semua responden hanya mengikuti satu kelompok sosial saja yaitu kelompok pengajian yang ada di lingkungannya dan semua responden berstatuskan sebagai anggota dalam kelompok tersebut.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat afiliasi kelompok sosial di Desa Citapen tahun 2013

No Tingkat afiliasi kelompok sosial Kategori Jumlah (orang)

Persentase (%) 1. Keterlibatan responden dalam

kelompok sosial yang ada di lingkungan tempat tinggalnya

Pengajian 46 100.00 Kelompok tani (Poktan) 0 0.00 Gabungan kelompok tani (Gapoktan) 0 0.00 2. Status responden dalam

kelompok sosial yang diikuti

Anggota 46 100.00

Pengurus 0 0.00

3. Lamanya waktu responden tergabung dalam kelompok sosial yang diikuti Rendah (≤ 21 tahun) 29 63.04 Tinggi (> 21 tahun) 17 36.96 Tabel 18 menunjukkan bahwa sebanyak 100 persen responden hanya mengikuti kelompok sosial pengajian dan berstatuskan sebagai anggota. Hal ini dikarenakan pengajian merupakan kelompok sosial yang memang lebih bersifat non formal dan berhubungan dengan keagamaan sehingga tidak terlalu diutamakan susunan kepengerusannya. Siapapun mempunyai hak untuk ikut bergabung dengan kelompok pengajian tersebut. Sementara itu, lamanya waktu responden tergabung dalam kelompok sosial dikategorikan menjadi dua yaitu rendah (≤ 21 tahun) dan tinggi (> 21 tahun). Pengkategorian berdasarkan rata-rata data yang diperoleh di lapang. Tabel 17 juga menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki lama waktu bergabung dalam kelompok sosial yang diikuti termasuk dalam kategori rendah sebanyak 63.04 persen responden yaitu selama 4- 21 tahun, sedangkan sebanyak 36.96 persen responden memiliki lama waktu tergabung dalam kelompok sosial yang diikuti termasuk dalam kategori tinggi yaitu selama 22-53 tahun.

Meskipun semua responden bekerja sebagai buruh tani, tetapi mereka tidak tertarik untuk bergabung dengan kelompok sosial yang berkaitan dengan pertanian

46

yang ada di lingkungannya seperti kelompok tani ataupun gabungan kelompok tani (Gapoktan). Hal ini diungkapkan oleh salah seorang responden,

“Ya ngapain neng gabung sama kelompok tani atau Gapoktan, kan saya juga cuma buruh aja. Saya gak punya lahan sendiri.jadi gak terlalu penting juga ikut kelompok kaya gitu. Saya mah ya udah, ikut pengajian aja neng di sini lebih enak bisa sambil silaturahim sama tetangga” (Tsm, 70 tahun).

Hubungan Tingkat Afiliasi Kelompok Sosial dengan Motivasi Menonton Program Acara Merajut Asa Trans7

Motivasi menonton khalayak dapat dipengaruhi oleh tingkat afiliasi kelompok sosial (Katz, Gurevitch, dan Haas dalam Effendy 2003). Pada subbab ini akan dibahas hubungan antara tingkat afiliasi kelompok sosial yang dilihat dari lamanya waktu tergabung dalam kelompok sosial yang diikuti dengan motivasi menonton program acara Merajut Asa Trans7. Hubungan kedua variabel tersebut akan dianalisis menggunakan uji Korelasi Rank Spearman.

Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat afiliasi kelompok sosial dengan motivasi menonton program acara Merajut Asa Trans7 baik motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan tidak ada hubungan nyata (p > 0.10). Hasil tersebut menunjukan bahwa perbedaan tingkat afiliasi kelompok sosial tidak menyebabkan perbedaan motivasi menonton program acara Merajut Asa Trans7.

Tabel 19 Hasil uji statistik hubungan antara tingkat afiliasi kelompok sosial dengan motivasi menonton program acara Merajut Asa Trans7 di DesaCitapen tahun 2013

Motivasi menonton Hasil uji statistik

rs p

Motivasi informasi 0.362 0.014*

Motivasi identitas pribadi 0.272 0.067*

Motivasi integrasi dan interaksi sosial -0.020 0.896

Motivasi hiburan 0.896 0.732

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman (koefisien korelasi) p : nilai Sig. (2-tailed)

*: berhubungan nyata pada p < 0.10 (taraf nyata)

Namun, Tabel 19 juga menunjukkan bahwa tingkat afiliasi kelompok sosial ternyata ada hubungan nyata (positif) dengan motivasi informasi (0.014 < 0.10) yang rendah tetapi pasti. Selain itu, tingkat afiliasi kelompok sosial juga ada hubungan nyata (positif) dengan motivasi identitas pribadi (0.067 < 0.10) yang rendah atau lemas tetapi pasti. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi dan motivasi identitas pribadi baik pada responden yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial rendah maupun responden yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial yang tinggi. Semakin tinggi tingkat afiliasi kelompok sosialnya, semakin tinggi pula kebutuhan akan informasi dan pencarian identitas pribadi. Buruh tani yang memiliki tingkat afiliasi kelompok

47 sosial tinggi lebih banyak membutuhkan informasi pertanian dibandingkan buruh tani yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial rendah. Hal ini dinyatakan oleh salah seorang responden,

“walaupun saya cumu buruh neng, tapi kan saya juga perlu tahu tentang pertanian. Siapa tahu nanti saya bisa punya lahan sendiri. Biasanya di sesama kelompok pengajian saya juga suka ngobrol- ngobrol soal pertanian juga. Kan temen-temen saya di pengajian kerjaannya juga buruh tani” (Elj, 34 tahun).

Buruh tani yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial tinggi lebih berusaha mencari identitas pribadi mereka dibandingkan buruh tani yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial rendah. Hal ini dinyatakan oleh salah seorang responden yang memilih pernyataan item ketujuh “ada keinginan agar lebih optimis bahwa pertanian dapat dijadikan sebagai lahan usaha” pada pernyataan motivasi identitas pribadi sebagai motivasi utama,

“walaupun saya cumu buruh neng, tapi kan saya juga perlu tahu tentang pertanian. Siapa tahu nanti saya bisa punya lahan sendiri” (Elj, 34 tahun).

Ringkasan

Pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat afiliasi kelompok sosial hanya berhubungan nyata dengan beberapa motivasi menonton. Responden yang memiliki tingkat afiliasi kelompok sosial yang berbeda memiliki motivasi menonton yang berbeda pula.Tingkat afiliasi kelompok sosial hanya berhubungan nyata dengan motivasi informasi dan motivasi identitas pribadi, tetapi tidak berhubungan nyata dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa “ada hubungan antara tingkat afiliasi kelompok sosial dengan motivasi menonton program acara Merajut Asa Trans7” tidak sepenuhnya diterima. Hal ini dikarenakan variabel tingkat afiliasi kelompok sosial tidak berhubungan dengan semua subvariabel motivasi menonton.

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN MOTIVASI