4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Evaluasi Penerapan Program HACCP
4.3.6 Merancang sistem pengukuran strategis
Setelah tercipta keselarasan antara HR deliverable dengan arsitektur SDM, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan ukuran-ukuran strategis (key performance indicator) untuk tiap HR deliverable. Dalam proses penyusunan HR scorecard, HR deliverable merupakan sasaran strategis yang harus dicapai oleh departemen SDM (Becker et al., 2001). Penerapan tahap ini merujuk pada konsep dasar tentang kompetensi yang mengacu pada The Concept of Competence oleh Mc Clelland (1993) dengan tahapan sebagai berikut:
(a). Mengidentifikasi posisi apa yang perlu dibuat model kompetensinya dengan melihat kasus bisnis yang telah dibuat. Posisi yang perlu dibuat model kompetensinya dalam hal ini adalah quality control (QC) pada tahapan yang menjadi CCP (penerimaan bahan baku, pendinginan dengan es curai, dan penyimpanan beku).
(b). Melakukan analisis jabatan (job analysis) dengan menjabarkan tanggung jawab posisi yang telah dipilih. Tanggung jawab masing-masing QC adalah: - QC penerimaan bahan baku bertanggung jawab untuk melakukan
pengukuran suhu pusat ikan dan pengujian organoleptik.
- QC laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan uji histamin.
- QC pendinginan dengan es curai bertanggung jawab untuk melakukan pengukuran suhu kolam.
- QC penyimpanan beku bertanggung jawab untuk menjaga suhu cold storage tetap rendah.
(c). Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan pada posisi yang telah dipilih pada langkah (a) berdasarkan tanggung jawab yang telah dijabarkan. Kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing QC adalah:
- QC penerimaan bahan baku harus dapat menggunakan termometer dan melakukan uji organoleptik.
- QC laboratorium harus dapat melakukan uji histamin.
- QC pendinginan dengan es curai harus dapat menggunakan termometer. - QC penyimpanan beku harus dapat menjaga suhu cold storage tetap rendah. (d). Membuat daftar tentang jenis kompetensi yang diperlukan pada posisi
tertentu. Langkah ini dilakukan dengan membuat tabel daftar kompetensi, dapat dilihat pada Tabel 10.
(e).Menentukan skala tingkat penguasaan kompetensi yang ingin dibuat. Dalam hal ini dipilih skala B (basic), I (intermediet), A (advance) dan E (expert). (f). Membuat penjelasan dari suatu jenis kompetensi ke dalam skala yang dibuat.
Skala tingkat penguasaan kompetensi untuk masing-masing kompetensi adalah:
- Kompetensi dapat menggunakan termometer memiliki tingkat penguasaan, Basic jika dapat membaca hasil pengukuran, Intermediet jika dapat mematikan dan menghidupkan alat dan membaca hasil pengukuran, Advance jika dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, dan membaca hasil pengukuran, dan Expert jika dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan melakukan kalibrasi.
- Kompetensi dapat melakukan uji organoleptik memiliki tingkat penguasaan, Basic jika berkemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan, Intermediet jika mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan tekun, tetapi tingkat kepekaannya tidak terlalu tinggi, Advance jika mempunyai kepekaan spesifik yang sangat tinggi, dan Expert jika mempunyai kepekaan tinggi,
juga mengetahui hal dan penanganan komoditi yang diuji beserta cara penilaian indera modern.
- Kompetensi dapat melakukan uji histamin memiliki tingkat penguasaan, Basic jika dapat menggunakan histamine test kit, Intermediet jika dapat menggunakan histamine test kit dan melakukan sampling, Advance jika dapat menggunakan histamine test kit, melakukan sampling dan menggunakan histamine stat fax, dan Expert jika dapat menggunakan histamine test kit, melakukan sampling, serta menggunakan dan mengkalibrasi histamine stat fax.
- Kompetensi dapat menjaga suhu cold storage memiliki tinggkat penguasaan, Basic jika suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 18 kali/hari, Intermediet jika suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 12 kali/hari, Advance jika suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 6 kali/hari, dan Expert jika tidak ada suhu cold storage yang melebihi -18 0C.
Selanjutnya, untuk penentuan standar kinerja mengacu pada Anderson (1992) yaitu dengan membuat standar penilaian kinerja yang berisikan sasaran atau target dan indikator keberhasilan atau key performance indicator bagi setiap pemegang jabatan. Sasaran dan indikator keberhasilan atau key performance indicator (KPI) bagi setiap QC pada tahap yang menjadi CCP adalah:
- Pada tahap penerimaan bahan baku sasarannya adalah bahan baku yang diterima memiliki kadar kadar histamin yang rendah dan KPI-nya adalah hasil pengujian histamin < 30 ppm.
- Pada tahap pendinginan dengan es curai sasarannya adalah suhu air tetap rendah dan KPI-nya adalah hasil pengujian suhu air < 3 0C.
- Pada tahap penyimpanan beku sasarannya adalah produk memiliki kadar histamin yang rendah dan KPI-nya adalah hasil pengujian histamin produk < 30 ppm.
Rancangan sistem pengukuran strategis yang telah dibuat dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.
Tabel 10. Model rancangan interpretasi standar kompetensi mengacu Mc Clelland (1993)
Siapa Sasaran Kompetensi
yang dibutuhkan Tingkat penguasaan kompetensi Keterangan QC Penerimaan bahan baku mengukur suhu pusat ikan dapat menggunakan termometer
B (basic) dapat membaca hasil pengukuran
I (intermediet) dapat mematikan dan menghidupkan alat dan membaca hasil pengukuran
A (advance) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, dan membaca hasil pengukuran
E (expert) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan melakukan kalibrasi
menguji organoleptik ikan dapat melakukan uji organoleptik
B (basic) berkemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan I (intermediet) mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan tekun, tetapi tingkat kepekaannya tidak terlalu
tinggi
A (advance) mempunyai kepekaan spesifik yang sangat tinggi
E (expert) mempunyai kepekaan tinggi, juga mengetahui hal dan penanganan komoditi yang diuji beserta cara penilaian indera modern
QC laboratorium melakukan pengujian histamin dapat melakukan pengujian histamin
B (basic) dapat menggunakan histamine test kit
I (intermediet) dapat menggunakan histamine test kit dan melakukan sampling
A (advance) dapat menggunakan histamine test kit, melakukan sampling dan menggunakan histamine stat fax E (expert) dapat menggunakan histamine test kit,melakukan sampling,serta menggunakan dan
mengkalibrasi histamine stat fax QC Pendinginan dengan es curai mengukur suhu air dapat menggunakan alat pengukur suhu
B (basic) dapat membaca hasil pengukuran
I (intermediet) dapat mematikan dan menghidupkan alat, dan membaca hasil pengukuran
A (advance) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, dan membaca hasil pengukuran
E (expert) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan melakukan kalibrasi
QC Penyimpanan beku menjaga suhu cold storage tetap rendah dapat menjaga suhu cold storage tetap rendah
B (basic) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 18 kali/hari I (intermediet) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 12 kali/hari A (advance) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 6 kali/hari E (expert) tidak ada suhu cold storage yang melebihi -18 0C
Tabel 11. Model rancangan interpretasi standar kinerja mengacu Anderson (1992)
Tahapan proses Sasaran Indikator kinerja kunci
Penerimaan bahan baku
Bahan baku yang diterima memiliki kadar histamin yang rendah
hasil pengujian histamin bahan baku < 30 ppm
Pendinginan dengan es curai
Suhu air tetap rendah hasil pengujian suhu air < 3 0C Penyimpanan
beku
Produk memiliki kadar histamin yang rendah
hasil pengujian histamin produk < 30 ppm 4.3.7 Mengelola implementasi melalui pengukuran
Setelah HR scorecard dikembangkan dengan ukuran-ukuran strategis, hasilnya menjadi alat ukur yang sangat berguna untuk menjaga skor pengaruh SDM terhadap kinerja organisasi. Hasil pengukuran strategis dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 16.
4.3.7.1 Kompetensi
Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan pada situasi tertentu (Moeheriono, 2009). Rancangan standar kompetensi dan hasil pengukuran kompetensi dapat dilihat pada Tabel 12.
Kompetensi dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang efektif dalam melaksanakan pekerjaan. Kompetensi terdiri atas 3 aspek, yaitu skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (sikap kerja). Keterampilan adalah keahlian praktis yang dikuasai oleh seseorang berkenaan dengan hal-hal yang dipelajari selama sekolah. Pengetahuan adalah pemahaman tentang berbagai teori dan konsep yang mendukung keterampilan yang dimiliki. Sikap adalah hal yang menyangkut sifat, karakteristik, ataupun hal-hal yang berupa kecenderungan untuk bertingkah laku (Pusbindiklatren, 2007).
Berdasarkan penilaian yang dilakukan (Tabel 12), QC yang bertugas pada tahapan CCP, baik tahap penerimaan bahan baku, tahap pendinginan dengan es curai, maupun tahap penyimpanan beku memiliki kompetensi yang tergolong expert (E) atau ahli. Namun, dilihat dari pendidikan akhir, para QC merupakan lulusan sekolah menengah atas (SMA). Kompetensi yang dimiliki para QC tersebut dipengaruhi oleh pengalaman kerja dan pelatihan yang mempengaruhi
Tabel 12. Hasil penilaian kompetensi Siapa Sasaran Kompetensi yang dibutuhkan Tingkat penguasaan kompetensi Keterangan Hasil penilaian QC Penerimaan bahan baku mengukur suhu pusat ikan dapat menggunakan termometer
B (basic) dapat membaca hasil pengukuran
E I (intermediet) dapat mematikan dan menghidupkan alat dan membaca hasil pengukuran
A (advance) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, dan membaca hasil pengukuran
E (expert) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan melakukan kalibrasi
menguji organoleptik ikan dapat melakukan uji organoleptik
B (basic) berkemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan
E I (intermediet) mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan tekun, tetapi tingkat kepekaannya tidak terlalu
tinggi
A (advance) mempunyai kepekaan spesifik yang sangat tinggi
E (expert) mempunyai kepekaan tinggi, juga mengetahui hal dan penanganan komoditi yang diuji beserta cara penilaian indera modern
QC laboratorium melakukan pengujian histamin dapat melakukan pengujian histamin
B (basic) dapat menggunakan histamine test kit
E I (intermediet) dapat menggunakan histamine test kit dan melakukan sampling
A (advance) dapat menggunakan histamine test kit, melakukan sampling dan menggunakan histamine stat fax E (expert) dapat menggunakan histamine test kit,melakukan sampling,serta menggunakan dan
mengkalibrasi histamine stat fax QC Pendinginan dengan es curai mengukur suhu air dapat menggunakan alat pengukur suhu
B (basic) dapat membaca hasil pengukuran
E I (intermediet) dapat mematikan dan menghidupkan alat, dan membaca hasil pengukuran
A (advance) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, dan membaca hasil pengukuran
E (expert) dapat mematikan dan menghidupkan alat, melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan melakukan kalibrasi
QC Penyimpanan beku menjaga suhu cold storage tetap rendah dapat menjaga suhu cold storage tetap rendah
B (basic) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 18 kali/hari
E I (intermediet) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 12 kali/hari
A (advance) suhu cold storage yang melebihi -18 0C sebanyak 6 kali/hari E (expert) tidak ada suhu cold storage yang melebihi -18 0C
pengetahuan mereka. Para QC tersebut telah bekerja selama lebih dari 10 tahun dan mereka telah mengikuti pelatihan mengenai HACCP sehingga mereka sudah mengerti tentang penerapan HACCP. Kompetensi mereka juga dipengaruhi oleh sikap kerja yang cenderung patuh akan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan.
Dengan kompetensi pada tingkat kemahiran tertentu, yang sesuai dengan persyaratan jabatan, diharapkan seorang pegawai akan mempunyai perilaku (behavior) yang mendukung tercapainya hasil efektif (effective outcome) (Pusbindiklatren, 2007).
4.3.7.2 Kinerja
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi (Thi dan Swierczek, 2007).