• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian mengenai metoda penelitian ini dimulai dari jenis penelitian, jenis pendekatan masalah, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum, dan teknik analisa bahan hukum, yang selanjutnya diuraikan sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini yang berjudul Kepastian Hukum Pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Tanah Adat di Bali, dikualifikasikan sebagai penelitian normatif diskreptif (das sollen) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap norma-norma hukum yang menetapkan pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali, oleh pejabat yang mempunyai kewenangan apa adanya. Sifat penelitian ini juga penelitian normatif perskreptif (das sein) yaitu penelitian yang untuk kedepan futinistis (norma pengaturan pajak bumi dan bangunan) agar peraturannya direvisi (reformulasi) sesuai dengan tujuan reformasi total. Penelitian ini pada hakekatnya berangkat dari adanya norma kabur (unclear of norm) sebagaimana dalam intepretasi gramatikal yaitu mengartikan suatu bagian kalimat menurut bahasa hukum, terkait dengan pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap tanah desa adat di Bali yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan telah diubah dengan Undang-Undang 12 Tahun 1994, khususnya pasal 3 Ayat (1) huruf c.

b. Jenis Pendekatan Masalah

Didalam penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif dan yuridis filosofis berkenaan dengan tinjauan kepastian hukum dan kedudukan hukum dalam pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap tanah adat di Bali. Pendekatan yang digunakan dalam rangka mendiskripsi permasalahan hukum adalah pendekatan perundang-undangan (statute

approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). 48

Terkait dengan pendekatan-pendekatan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), dilakukan untuk memahami berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali. Pendekatan tersebut juga diterapkan atas dua masalah diatas yang didasari pada norma/kaidah yang berlaku sesuai dengan wewenang penetapan pajak bumi dan bangunan., selain itu juga digunakan pendekatan kasus (case approach) yaitu untuk mengetahui adanya penetapan objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah desa adat di Bali oleh pemerintah daerah. Pendekatan historis (historical approach) yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap kedudukan tanah adat di Bali pada jaman penjajahan/kolonial, sedangkan pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu pendekatan yang diterapkan untuk mencari pengertian dari subjek tanah adat di Bali dari desa pakraman/desa adat.

c. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum bagi penelitian hukum normatif terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Terkait dengan bahan hukum, C.F.G. Sunaryati Hartono mengatakan perbedaan sebagai berikut “Bahan hukum (primary sources of authorities), seperti undang- undang, dan bahan hukum sekunder (secondary sources of authorities) misalnya makalah dan buku-buku yang ditulis oleh para ahli, karangan berbagai panitia pembentukan hukum (law reform organization), dan lain-lain”. 49

Dalam penelitian ini, digunakan bahan hukum primer meliputi peraturan perundang- undangan yang berlaku terkait dengan pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah

48

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 93 49

Sunaryati Hartono C.F.G, 2006, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, hal.134

adat di Bali seperti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dengan peraturan pelaksanaannya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sampai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 dan diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman, serta Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan bahan hukum sekunder yang mencakup buku-buku, penjelasan Undang-Undang, hasil penelitian, pendapat pakar yang berkaitan dengan kepastian hukum, perpajakan,tanah adat dan desa pakraman.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Mengenai teknik yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum primer dan sekunder dikumpulkan dan disistematisasi dengan Pengumpulan bahan hukum juga dilakukan dengan pencarian bahan hukum dari Perpustakaan, Instansi pemerintah dan dari sumber-sumber yang dapat menunjang penulisan penelitian ini. Dari bahan-bahan yang terkumpul, kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan bahan hukum primer, sekunder serta tersier dengan metoda sistimatis, maksudnya mengkaitkan bahan hukum yang satu dengan bahan hukum lainnya sehingga merupakan satu kesatuan. Bahan-bahn hukum ini dikumpulkan dengan sistem kartu (card system)

Dalam sistem kartu, bahan hukum primer dicatat mengenai peraturan perundang- undangan bersangkutan beserta substansinya yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya dalam kartu juga dicatat bahan hukum sekunder seperti pendapat

para ahli yang dikemukakan dalam kepustakaan yang dibahas beserta komentar atas pendapatnya.

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dianalisa dengan langkah-langkah deskripsi, sistematisasi dan eksplanasi. Deskripsi meliputi isi maupun struktur hukum positif dengan tujuan untuk menemukan isi dan makna aturan hukum. Jadi pada tahap ini dilakukan pemaparan aturan hukum, dan pemaparan aturan hukum sangat tergantung pada teori interpretasi yang dianut. 50 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, dilakukan pemaparan segala bentuk aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum yang dikaji dan juga hubungan hierarki antara aturan hukum tersebut jika ternyata terdapat norma kabur, dilakukan interpretasi.

Philipus M. Hadjon mengintrodusir metoda interpretasi hukum sebagai berikut :

1. Interpretasi gramatikal : mengartikan suatu term hukum atau suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum;

2. Interpretasi sistematis : dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum;

3. “west-en rechtshistorische interpretatie” menelusuri maksud pembentukan undang-undang adalah suatu “wetshistorische interpretatie” dalam hal usaha menemukan, menelusuri perkembangan hukum (aturan) disebut “rechtshistorische interpretatie”;

4. Interpretasi perbandingan hukum : mengusahakan penyelesaian suatu isi hukum dengan membandingkan berbagai stelsel hukum;

5. Interpretasi antisipasi : menjawab suatu isu hukum dengan mendasarkan pada suatu aturan yang belum berlaku;

6. Interpretasi teleogis : setiap interpretasi pada dasarnya adalah teleologis. 51

Dalam penelitian ini interpretasi hukum yang dipergunakan adalah interpretasi gramatikan, interpretasi otentik, interpretasi sistematis, dan west en-rechtshistorische

50

Bernard Arief Sidharta, 1999, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, cetakan pertama, Mandar Maju, Bandung, h. 150

51

Philipus M. Hadjon, 1994, Pengkajian Hukum Dogmatik (Normatif), Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, h. 1-2

interpretatie. Langkah sistimatisasi dilakukan untuk memaparkan isi dan struktur hukum atau hubungan hirarkhis antara aturan-aturan hukum yang didasarkan atas dua asumsi, yaitu Pertama,aturan hukum disamakan dengan norma yang isinya adalah an ought or a may, Kedua, sistem hukum terdiri atas kumpulan norma yang diinterpretir oleh ilmuwan hukum sebagai suatu bidang pengertian yang non kontradiktor. 52 Dalam tahapan sistematisasi ini dilakukan koherensi, rasionalisasi dan penyederhanaan aturan-aturan hukum. Koherensi dilakukan antar aturan-aturan hukum yang berkaitan agar dapat dipahami dengan baik, sedangkan rasionalisasi dan penyederhanaan dilakukan dengan mengkonstruksi aturan-aturan hukum umum dan pengertian-pengertian agar bahan hukum tertata lebih baik, lebih masuk akal (logis) dan lebih dapat ditangani (hanteerbaar). 53 Dalam tahap eksplanasi dilakukan penguraian secara jelas dan analisis terhadap makna yang terkandung dalam aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum dalam penelitian ini, sehingga membentuk sutu pengertian yang terintegrasi dan logis. Analisis hukum merupakan suatu open system, 54 artinya aturan hukum dan keputusan harus dipikirkan dalam suatu hubungan dan norma hukum bertumpu pada asas hukum dan dibalik asas hukum dapat disestimasikan gejala-gejala lainnya.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini, dibagi dalam 5 (lima) Bab, yaitu :

1.8.1 BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakangmasalah, rumusan masalah, tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, kajian pustaka dan kerangka berpikir, metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, jenis pendekatan masalah, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik analisis bahan hukum, serta rencana/rancangan sistematika disertasi. Pada penelitian ini sitematika penulisan menguraikan tentang adanya norma hukum dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang nantinya

52

Ibid, h. 6 53

Bernard Arief Sidharta, Loc. Cit.

54

dikaitkan dengan pengaturan tentang pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali. Dalam uraian bab ini juga akan dikaitkan dengan otonomi daerah yang mempunyai kewenangan dalam mengatur dan mengurus daerahnya, uraian tentang tanah adat yang dimiliki dalam penguasaan desa pakraman (desa adat). Dengan demikian diperlukan pengkajian dari aspek kepastian hukum dan aspek kedudukan hukum terhadap permasalahan yang ada. Ruang lingkup pembahasan penelitian ini dalam bab ini akan diuraikan mengenai permasalahan hukum karena tanpa adanya permasalahan tidak mungkin akan dilakukan pengkajian selanjutnya.

1.8.2. Dalam BAB II, diuraikan mengenai landasan/kajian teoritik, karena teori-teori atau konsep-konsep yang diuraikan dalam bab ini dipakai sebagai pisau analisis atau pengkajian terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Sebagai grand teori dipergunakan teori negara hukum, teori kepastian hukum, sebagai midle teori digunakan teori perundang-undangan, teori harmonisasi hukum, teori kewenangan, dan teori keadilan , karena penguasaan tanah adat dilakukan oleh desa pakraman. Selanjutnya pengkajian ini diselesaikan dengan apllaid teori seperti asas-asas pembenaran bahwa sistem perpajakan mengarah pada sistem perpajakan yang sederhana, mudah, adil dan memberi kepastian hukum, serta pengertian atau difinisi dan fungsi tentang Pajak, tanah adat dan desa pakraman.

1.8.3. BAB III membahas dan mengkaji permasalahan hukum yang pertama yaitu tentang bagaimanakah kepastian hukum pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali?. Mengingat tanah adat yang ada di Bali dikuasai oleh masyarakat desa adat atau desa pakraman yang merupakan kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu, secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta

berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan mengenai pengaturan pajak bumi dan bangunan ini terkait dengan ketidak jelasan dari Undang-Undang perpajakan, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dalam Pasal 3 Ayat (1) huruf c, mengenai pengaturan tentang objek pajak yang dikecualikan dipungut pajak bumi dan bangunan yaitu “tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa”, sehingga hal ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda atau kabur, ataupun tidak jelas adanya pengaturan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan terhadap tanah adat di Bali.

1.8.4. BAB IV membahas tentang permasalahan hukum yang kedua, yaitu bagaimanakah kedudukan hukum tanah adat di Bali didalam pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan?. Adapun fokus pembahasan dalam bab ini terkait dengan kedudukan hukum tanah adat yang merupakan tanah hak ulayat dikuasai oleh desa pakraman. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan pengakuan terhadap masyarakat hukum adat sebagai suatu kelembagaan tradisional, dalam pasal 18 B ayat (2) yang menyatakan bahwa : “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur oleh undang-undang”

Kedudukan hukum dari tanah adat merupakan kewenangan menurut hukum adat yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warga untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam termasuk tanah diwilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah, turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah

yang bersangkutan. Masyarakat hukum adat (Desa Pakraman) diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman, terakhir diubah dengan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003.

1.8.5. BAB V adalah bab akhir dari pembahasan penulisan penelitian ini yaitu Bab Penutup yang menjadi Kesimpulan dan Saran-saran. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil pembahasan atas permasalahan hukum yang dikaitkan dengan kerangka teoritik sehubungan dengan judul penelitian tersebut yaitu kepastian hukum pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali. Setelah kesimpulan dilajukan pula beberapa saran untuk perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada masa yang akan datang yaitu mengenai kepastian hukum dan kejelasan terhadap kedudukan hukum tanah adat yang ada di Bali dikaitkan dengan pengaturan tentang pajak bumi dan bangunan.

B A B II

Dokumen terkait