• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN / KAJIAN TEORITIK

2.1. Kajian Teoritik

2.1.5. Teori Keadilan

Keadilan mempunyai arti yang umum, tergantung dengan pemberlakuan bagaimana dan dimana keadilan tersebut. Menurut pendapat Achmad Ali bahwa tujuan hukum dititik beratkan pada segi “keadilan”. 77 Sehubungan dengan anasir keadilan menurut Gustav Radbrukch (Filosof Jerman) mengkonsepsi salah satu tujuan hukum atau cita hukum adalah “keadilan”, di samping kemanfaatan, dan kepastian. 78 Secara umum uraian tidak adil ditujukan kepada seseorang yang telah mengambil haknya lebih dari sebenarnya atau kepada orang yang telah melanggar hukum, begitu sebaliknya jika seorang tidak mengambil hak orang lain dan tidak melanggar hukum disebut orang yang adil. Jhon Rawls dengan konsep keadilan sebagai fairnesss, dalam satu aspeknya menunnjuk kepada nilai yang mengarahkan setiap pihak untuk memberikan perlindungan atas hak-hak yang dijamin oleh hukum (unsur hak). Sedangkan disisi

77

Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis Sosiologis, PT. Toko Gunung Agung Tbk, Jakarta, h. 72

78

lain, perlindungan ini pada akhirnya harus memberikan manfaat kepada setiap individu (unsur manfaat). 79

Persoalan keadilan merupakan masalah yang telah ada sejak zaman Yunani kuno dan Romawi, keadilan dianggap salah satu dari kebijakan utama (cardinal virtue). Dalam konsep ini keadilan merupakan kewajiban moral yang mengikat para anggota dari suatu masyarakat dalam hubungan satu dengan yang lainnya. Pada zaman ini dipelopori oleh filosuf Plato dimana dalam tulisan dibukunya berjudul republic mengemukakan ada empat kebijakan pokok yaitu : kearifan (wisdom), ketabahan (courage), pengendalian diri (discipline), dan keadilan (justice). Filosof lainnya ada yang mengatakan bahwa keadilan bukan berada dalam tingkatan yang sejajar dengan kejujuran, kesetiaan, atau kedermawanan melainkan sebuah kebajikan yang mencakup seluruhnya (all-embraching virtue). Dalam pengertian keadilan mendekati pengertian kebenaran- kebaikan (righteousness).80

Pandangan filosuf di atas, ruang lingkup keberadaan keadilan ada pada pengertian kebenaran dan kebaikan untuk ketertiban dalam masyarakat. Filosuf Stanly mengemukakan pandangan bahwa keadilan mendekati kebenaran dan kebaikan, yang berarti merupakan suatu hal yang ideal, suatu cita atau sebuah ide yang terdapat dalam hukum, sebab dalam hukumpun bicara tentang tujuan yang harus dicapai dalam hubungan-hubungan hukum, antara perorangan dengan perorangan, perorangan dengan pemerintah dan diantara negara-negara yang berdaulat. Dengan memandang keadilan adalah suatu yang akan dicapai, melahirkan konsep keadilan sebagai hasil atau keputusan yang diperoleh dari penerapan atau pelaksanaan sepatutnya asas-asas dan perlengkapan hukum. Keadilan dalam pengertian ini disebut keadilan prosedural (procedural

79 John Ralws, 1971,

A Theory of Justice, The Belknap Pres of Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts

80

Stanley I. Benn, 1979, Justice dalam Paul Edwards, ed, dalam The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, Penerbit Super, Yogyakarta, h. 9

justice) dan konsep ini akhirnya dikenal dengan lambang dewi keadilan, pedang, timbangan, dan penutup mata untuk menjamin pertimbangan yang tidak memihak dan tidak memandang orang. 81

Menurut The Liang Gie, konsep keadilan dewasa ini adalah keadilan sebagai suatu nilai (value). Nilai dari sisi keadilan menurut Richard Bender adalah :

A value is an experience which provides a recognized integrated, coherent need sanstifantion, or which contributes to such satisfaction. Worthwhile living, then is the achievement of an increasing amount of value experience. (suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian tersatupadukan, atau yang menyumbang pada pemuasan demikian itu. Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat adalah pencapaian sebuah pengalaman nilai yang senantiasa bertambah). 82

Princip keadilan ini merupakan patokan dari apa yang benar, baik, dan tepat dalam hidup dan karenanya mengikat semua orang baik masyarakat maupun penguasa. Bahwa keadilan dapat dipandang dari nilai merupakan keadilan yang tergolong sebagai nilai sosial, dimana pada suatu segi menyangkut aneka perserikatan manusia dalam suatu kelompok apapun (keluarga, masyarakat adat, bangsa, atau persekutuan internasional).

Keadilan dalam hukum merupakan sesuatu yang didambakan dalam negara hukum, keadilan menjadi sangat mahal manakala berkaitan dengan hak dan kewajiban dalam hubungan bernegara. Pemerintah dalam arti luas akan melaksanakan kebijakan negara mulai dari membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan hingga mengawasi dari produk hukum tersebut. Istilah keadilan dalam kehidupan bernegara dinyatakan dalam dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila, dimana pada sila kedua menyatakan “Kemanusiaan yang adil dan beradab,” dan pada sila kelima menyatakan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Kata adil dan

81

Ibid, h. 12

82

keadilan sekilas mengandung makna sama, yakni setiap warga negara diberlakukan secara adil dan menghargai antar manusia. makna keadilan secara khusus dan terinci tidak didapatkan dengan jelas, hanya berupa pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum saja. Jadi faktor keadilan dalam kehidupan bernegara hukum merupakan sesuatu yang sangat penting yakni dengan mewujudkan keadilan di segala bidang, maka tujuan bernegara yakni kesejahteraan dapat terwujud jika keadilan itu dapat ditegakkan.

Keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari suatu masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil tercipta setiap manusia menjalankan pekerjaan yang menurutnya paling cocok baginya, hal ini sesuai dengan konsep keadilan moral yang berasal dari keharmonisan. Keadilan ini bisa tercipta, jika penguasa dapat membagikan fungsi masing-masing orang yang berdasarkan asas keserasian tanpa adanya campur tangan satu dengan yang lainnya, sehingga mencegah pertentangan dan menciptakan keserasian, menurutnya intisari keadilan adalah tidak adanya pertentangan dan terselenggaranya keserasian. 83

Pendapat dari Sudikno Mertokusumo tentang keadilan, seperti berikut :

“hakekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya dengan suatu norma menurut pandang subjektif (untuk kepentingan kelompoknya) melebihi norma-norma lain. Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan.”84

Esensi dari perlakuan terhadap kedua belah pihak (antara wajib pajak dan fiskus) dalam konteks hukum pajak mengharuskan keadilan itu bisa terwujud dalam penilaian menjunjung tinggi kepentingan bersama melalui rechtsidee, mensejahterakan rakyat, dan mencerdaskan

83

Putu Gede Arya Sumerta Yasa, 2012, Pengaturan Dana Bagi Hasil Yang Berkeadilan Dalam Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Untuk Kepentingan Rakyat Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Disertasi, Universitas Brawijaya, Malang, h. 31

84

Suharningsih, 2009, Tanah Terlantar Asas dan Pembaruan Konsep Menuju Penertiban, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, h. 43

kehidupan bangsa. Dengan nilai-nilai keadilan yang harus tercermin dalam peraturan perundang- undangan, Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan, seperti berikut : “Keadilan distributif dan keadilan commulatif. Keadilan distributif yaitu keadilan yang memberikan kepada tiap orang jatah menurut jasanya. Sedangkan keadilan commulatif adalah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.” 85

Maksud dari Aristoteles tersebut, bahwa adil artinya memberikan kepada orang lain (setiap orang) apa yang menjadi haknya, maka adil dalam kaitannya dalam pengaturan dan tata cara pemungutan pajak disesuaikan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan dalam masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang tepat, sehingga dapat mempertahankan kepastian hukum guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitannya dengan tata cara pemungutan pajak, dipergunakan teori keadilan sebagaimana dikemukakan oleh Ulpianus dalam bukunya Peter Mahmud Marzuki, seperti berikut : “Justitia est perpetua et constants volunta Jus

suum cuique tribuendi,” yang diterjemahkan secara bebas, keadilan adalah suatu keinginan yang

terus menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya. 86 Maksudnya kepada wajib pajak diberikan perlindungan hukum sebesar hak-hak yang diberikan hukum, yakni wajib pajak diberi hak untuk setuju/tidak setuju dalam proses pemeriksaan pajak, hak untuk mengajukan keberatan sampai pada hak dalam upaya hukum peninjauan penetapan dalam pengaturan pajak.

Selaras dengan kutipan di atas, bila pelaksanaan pemungutan pajak tidak sesuai dengan Undang-undang perpajakan atau peraturan pelaksanaannya akan menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat adat sebagai wajib pajak, sehingga dapat menimbulkan ketidak pastian hukum

85

L.J. Van Apeldorn, 1982, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 13

86

antara masyarakat hukum adat dengan pejabat yang berwenang. Memang harus diakui pajak mempunyai peran penting dan trategis dalam penerimaan negara. Sebagaimana fungsi pajak itu sendiri menurut Subiyakto Indra Kusuma, menyebutkan sebagai berikut :

a. Fungsi Budgeter, pemungutan pajak didasarkan dengan tujuan memenuhi apa yang diperlukan anggaran penerimaan negara.

b. Fungsi Mengatur, pemungutan pajak didasarkan dengan memperhatikan keadaan sosial ekonomi dalam masyarakat.

Sekarang ini fungsi pajak adalah mengatur, fungsi budgeter ditempat yang kedua. Fungsi mengatur yang ada pada fiskus biasanya diselenggarakan dengan :

a) Cara-cara umum, yaitu dengan mengadakan perubahan tarif yang bersifat umum. b) Cara-cara memberi pengecualian-pengemuliaan, keringanan-keringanan,

pemberatan-pemberatan yang khusus ditujukan kepada sesuatu tertentu :

1. Pencegahan penggunaan minuman keras dengan cara menaikkan cukai setinggi-tingginya.

2. Keringanan diberikan misalnya dengan memperbolehkan potongan dari keuntungan fiscal dari penanaman yaitu guna memberi dorongan kepada penanam-penanam modal.

3. Pengecualian dapat diberikan, misalnya dengan cara pengecualian jumlah- jumlah uang yang diberikan sebagai derma kepada badan sosial, gereja, mesjid, dari pengenaan pajak. 87

Mewujudkan keadilan dalam pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap objek pajak sebagai pengecualian yang tidak dikenai pungutan pajak, sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c tidak secara jelas pengaturannya terhadap tanah (adat) desa yang dapat berpotensi kekaburan khususnya tanah-tanah adat yang dikuasai oleh desa pakraman di Bali. Peraturan perundang-undangan bidang pajak harus memberikan jaminan hukum (kepastian hukum) yang perlu untuk menjamin keadilan untuk negara maupun untuk masyarakat.

87

Perwujudan keadilan sebagai landasan ideal sistem perpajakan, guru besar ilmu perpajakan H. Mohammad Zain menyebutkan :

Dua prinsip utama yang merupakan prinsip yang fundamental agar tercapai sasaran perpajakan tersebut adalah prinsip keadilan (equity) dan….kepastian hukum (certainty) yang mengacu kepada the four canons of taxation dari Adam Smith (1776) yaitu :

(1) Equity, menyangkut keadilan pendistribusian pajak dari berbagai-bagai kalangan. (2) Certainty, tidak terdapat kesewenangan dan ketidakpastian berkenaan dengan utang

pajak.

(3) Convenience, menyangkut cara pembayaran pajak.

(4) Economy, biaya pemungutan yang kecil dibandingkan secara proposional dengan peningkatan penerimaan dan menghindari efek distorsi perilaku wajib pajak. 88

Pandangan tersebut diatas menekankan tentang pentingnya masalah kepastian hukum, keadilan, efisiensi dan ketepatan waktu dalam pemungutan pajak. Hal ini sesuai dengan tujuan hukum yang pada dasarnya ingin mewujudkan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat. Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum.

Hukum pajak pada dasarnya bertujuan membuat adanya keadilan soal pemungutan. Asas keadilan harus senantiasa dipegang teguh, baik dalam prinsip mengenai perundang-undangan maupun dalam praktek sehari-hari. Atas dasar itu syarat mutlak bagi pembuat undang-undang, juga bagi aparatur pemerintah yang melaksanakannya, adalah pertimbangan-pertimbangan dan perubahan yang adil pula. Istilah adil dalam pemahaman masyarakat umum, adalah :

1. adil mengandung arti menurut hukum;

2. dan apa yang sebanding, yaitu yang semestinya;

3. seorang baru dikatakan adil apabila seseorang mengambil tidak lebih dari bagian yang semestinya diambilnya.

88

Pemikiran ini, sesuai fungsi regulasi dalam perpajakan yang menjadi pegangan dasar untuk melakukan deskrepsi dan analisis yaitu fungsi mengatur (regulasi). Berdasarkan fungsi tersebut Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam memutus peraturan bidang perpajakan bisa melakukan pengaturan secara cermat, sehingga peraturan perundang-undangan bidang perpajakan menciptakan kepastian hukum dan keadilan. Dalam pengaturan/regulasi perpajakan, masyarakat dalam kedudukannya sebagai masyarakat hukum adat diberikan perlindungan hukum sebagai satu kesatuan masyarakat yang diakui dan dihormati beserta hak- hak tradisionalnya (termasuk tanah adat) yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Fungsi pengaturan yang menekankan pada keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, tidak terlepas dari kewenangan yang ada di dalam pembuatan peraturan perundang- undangan baik pemerintah dan legislatif (DPR) untuk membuat peraturan yang baik, adil dan tepat.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa keadilan dapat dipandang dari nilai. Keadilan tergolong sebagai nilai sosial yang pada suatu segi menyangkut aneka perserikatan manusia dalam suatu kelompok apapun (keluarga, masyarakat hukum adat, bangsa, atau persekutuan internasional). Terkait dengan penelitian tentang pengaturan pajak bumi dan bangunan terhadap tanah adat di Bali, akan menjadi sangat penting teori keadilan dipergunakan untuk mengukur apakah pengaturan pajak dalam peraturan perundangan perpajakan telah mencerminkan nilai sosial yang ada dalam masyarakat hukum adat (Desa Pakraman) yang ada di Bali. Nilai sosial masyarakat hukum adat di Bali adalah kebersamaan, kegotong royongan yang dijiwai dengan filosofi Tri Hita Karana yang merupakan keseimbangan lahir dan bathin ditengah-tengah pergaulan di masyarakat hukum adat.

Dokumen terkait