• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

6. Metode Analisis Data

Dalam analisis data pada masing-masing variable konteks, input, proses, dan produk, diarahkan pada aplikasi kurva normal. Data yang berbeda di atas atau di sebelah kanan daerah penerimaan diberi tanda positif (+), sebaliknya data yang berada di sebelah kiri atau di bawah daerah penerimaan diberi tanda negative (-). Untuk menentukan skor pada masing-masing variabel, dihitung dengan menggunakan T-skor, jika T ≥ 50 arahnya adalah positif atau tinggi (+) dan jika T < 50

97 Arikunto, Prosedur Penelitia, 123.

arahnya adalah negatif atau rendah (-). Sedangkan untuk mengetahui hasil akhir masing-masing variable konteks, input, proses, dan produk, dihitung dengan menjumlahkan skor positif (+) dan skor negative (-). Jika jumlah skor positifnya lebih banyak berarti atau sama hasilnya positif (+), begitu sebaliknya, jika jumlah skor positifnya lebih kecil dari jumlah skor negatifnya maka hasilnya (-). Dalam menjawab permasalahan efektivitas evaluasi program pembelajaran bahasa Inggris komunikatif di ma’had IAIN STS Jambi dipergunakan rumus deskriminatif kualitatif dengan menggunakan kriteria ideal teoritik.99

a. Analisis statistik deskriptif kuantitatif dengan rumus univariat

Mi + 1,5 SDi ≤ skor <Mi + 3 SDi = Sangat Baik Mi + 0,5 SDi ≤ skor <Mi + 1,5 SDi = Baik

Mi –0,5 SDi ≤ skor < Mi + 0,5 SDi = Cukup Baik Mi – 1,5 SDi ≤ skor < Mi – 0,5 SDi = Kurang Baik

Mi – 3 SDi ≤ skor < Mi – 1,5 SDi = Sangat Kurang Baik Keterangan:

Mi = ½ (Skor max ideal + Skor min ideal) SDi = 1/6 (Skor max ideal – Skor min ideal)

Mi = Rerata ideal

SDi = Standar Deviasi Ideal

Max = Maximum

Min = Minimum

99Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 235-237. Lihat juga, Dantes, Analisis

Varian, Model Mata Kuliah Metode Statistik Multivariat (Singaraja: Universitas

b. Konversi Klasifikasi Sesuai Dengan Tipe Glickman

1) Mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi z-skor dengan rumus sebagai berikut:100

z =

SD

M

X 

Keterangan: z = Skor baku

X = Skor mentah yang diperoleh responden

M=X = Rerata

Menurut Djaali dkk, Salah satu bentuk skor standar yang paling populer adalah skor-z.101 Konversi skor mentah X menjadi skor standar z dilakukan dengan menggunakan rumusan konversi z.102 Kemudian Ia menjelaskan, agar skor item dalam instrumen lebih mempunyai arti dalam kaitannya dengan posisi atau kedudukan relative (relative standing) secara keseluruhan, diperlukan adanya skor yang dapat dibandingkan (comparable) satu sama lain yang disebut skor standar.103

Terkait skor standar, Djaali mendefinisikan skor standar adalah skor mentah (raw scores) yang telah diubah atau ditransformasikan secara linier ke dalam bentuk lain berdasarkan rata-rata hitung (mean) dan deviasi standar

(standard of deviation) distribusinya.104

Pendapat lain tentang skor-z, Arifin mengatakan bahwa z-scores adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya simpangan baku seseorang berada di bawah atau di atas

100Ibid, 244. Lihat juga Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), 346. Baca Norman E.Gronlund,

Measurement and Assessment in Teaching, 454-455. Menurut Gronlund T=

True/Tulen. Z= Zone.

101 Djaali.et al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta, 2000), 137.

102Ibid. 103Ibid. 104Ibid.

rata dalam kelompok tersebut.105 Ditambahkan oleh Sudijono bahwa Nilai standar z atau z-scores umumnya dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda.106 Selain itu, mengutip dari J.Nitko mengatakan bahwa Normalized z-scores (zn) atau normalisasi skor-z, “when the z-scores have

percentile ranks corresponding to what we would expect in a normal distribution, they are called normalized z-scores.”Dengan demikian dapat diilustrasikan, jika distribusi

tidak normal, maka tingkat persentil dari skor z tidak sama dengan apa yang diharapkan dengan distribusi normal.107 2) Mengubah skor baku z menjadi T-skor dengan rumus

sebagai berikut:108

T = 50 + 10 (X-M)/s atau

T = 50 + 10 z

Di antara bentuk skor standar yang cukup populer menurut Djaali adalah skor-T. Sebagaimana halnya dengan skor-z, skor standar T didasarkan atas penyimpangan skor mentah X dari mean distribusinya. Perbedaannya dengan skor-z adalah dalam besarnya mean dan deviasi standar skor-T setelah diadakan konversi. Skor-T mempunyai mean sebesar 50 dan deviasi standar sebesar 10. Jadi rumus skor-T seperti ditampilkan di atas.109

Sudijono mengatakan bahwa T-scores dicari atau dihitung dengan maksud untuk meniadakan tanda minus yang terdapat

105Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, cetakan pertama (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2009), 239.

106Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), 345.

107Anthony J. Nitko, Education Tests and Measurement an Introduction (New York: Harcourt Brace Jovanovich Publisher, 1983). 367.

108Ibid, lihat juga Sudijono, 350.

di depan nilai standar z, sehingga lebih mudah dipahami oleh mereka yang masih asing atau awam terhadap ukuran-ukuran statistik.110

Hal yang sama dinyatakan J.Nitko bahwa untuk memperbaiki beberapa kelemahan dari z-skor beberapa pengguna menerapkan modifikasi (transformasi) yang dirancang untuk menghilangkan kedua skor negatif dan bagian pecahan dari nilai.Nama lain dari T-scores adalah SS-scores.111 Pernyataan di atas memiliki pertalian yang erat dengan kutipan diambil dari pernyataan Nitko.

Normalisasi T-skor (McCall’T)112 dinormalisasi menjadi T-score, merupakan mitra untuk SS-skor yang linear. Dengan demikian, T = 10zn + 50. Normalisasi T-skor memiliki faedah yang sama terhadap z-skor dinormalisasi karena SS-skor memiliki paedah terhadap z-cores yang linear, dengan paedah tambahan yangmana T-skor memiliki interpretasi persentil peringkat dari kurva normal. 113

3) Menandai T-skor menjadi positif (+) dan negatif (-) dengan cara:

a) Bila T-skor ≥ 50 = positf (+) b) Bila T-skor < 50 = negative (-)

4) Menginterpretasikan Skor–T tiap komponen dalam kategori tingkat efektivitas. Menentukan arah positif (+), negatif (-) ke kuadran Glickman

a) Menentukan % Skor-T (+) dan Skor-T (-)

110Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 350.

111 Anthony J. Nitko, Education Tests and Measurement an Introduction, 367.

112 Ibid. Invented by William. A.McCall (1922). McCall named it “T” after Terman and Thorndike.

b) Memasukkan hasil dari Skor-T (+) dan Skor-T (-) kedalam paradigma.

Selanjutnya, untuk menentukan tingkat efektivitas evaluasi program pembelajaran basaha Inggris komunikatif dilakukan analisis terhadap variable Konteks, Input, Proses, dan Produk melalui analisis kuadran model “Glickman” yang terbagi dalam empat kuadran.114Apabila hasil data menunjukkan hasilnya semua positif (+) berada pada kuadran I yang artinya “sangat efektif”, sebaliknya apabila hasil data menunjukkan hasilnya semua negatif (-) berada pada kuadran IV yang artinya “sangat tidak efektif”. Apabila hasil analisis data, tiga variable menunjukkan hasil positif (+), maka berada pada kuadran II yang artinya “efektif”. Sementara jika dua variabel atau tiga variable menunjukkan hasil negatif, maka berada pada kuadran III yang artinya “tidak efektif”.

Dokumen terkait