• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Data

Dalam dokumen IDA ZUHAIROH B (Halaman 39-0)

Bab III Metodologi Penelitian

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis metode deskriptif kuantitatif.

Deskriptif kuantitatif yaitu menganalisis suatu keadaan kemudian dipaparkan dalam bentuk angka. Hal ini untuk menegtahui biaya dalam produksi beras, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kemudian data tersebut dianalisis untuk membandingkan harga pokok produksi antara petani dan harga pokok produksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penulisan skripsi ini metode deskriptif kuantatif yang diperlukan adalah menggunakan metode full costing. Metode full costing menggunakan unsur biaya produksi sebagai berikut:

Biaya bahan baku XXX

Biaya tenaga kerja XXX

Biaya overhead tetap XXX

Biaya overhead pabrik variabel XXX

Harga pokok produksi XXX

BAB IV ANALISIS DATA

4. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1 Letak Geografis

4.1.1 Kabupaten Kudus

Kabupaten Kudus merupakan wilayah terkecil di jawa tengah, dengan luas wilayah 42.515,64Ha yang terdiri dari 9 kecamatan dan 123 kelurahan.

Gambar 4.1.

Peta Provinsi Jawa Tengah

Kabupaten kudus terletak diantara 4 (empat) kabupaten, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Demak dan Kabupaten Jepara.

23

Luas wilayah menurut kecamatan yaitu Kecamatan Kaliwungu (3.271,28 Ha), Kecamatan Kota (1.047,32 Ha), Kecamatan Jati(2.629 Ha), Kecamatan Undaan (7.177,03 Ha), Kecamatan Mejobo (3.676,57 Ha), Kecamatan Jekulo (8.291,67 Ha), Kecamatan Bae(2.332,27 Ha), Kecamatan Gebog(5.505,97 Ha) dan Kecamatan Dawe(8.583,73 Ha).(sumber:BPS Kabupaten Kudus 2015)

Gambar 4.2.

Peta Kabupaten Kudus

Luas Kabupaten Kudus sebesar 42.516 Ha, Penggunaan lahan terbagi menjadi lahan kering, lahan persawahan, dan peruntukan lahan lainnya. Lahan persawahan di Kabupaten Kudus seluas 21.704 ha, yaitu terbagi sawah pengairan teknis, sawah pengairan setengah teknis, sawah

pengairan sederhana, sawah tadah hujan, dan lainnya yang berupa rawa dan sungai. Lahan kering di Kabupaten Kudus seluas 18.552 Ha

4.1.2 Kecamatan Undaan

Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kudus. Wilayah Kecamatan Undaaan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jati dan Kecamatan Mejobo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Grobogan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak.

Kecamatan undaan terletak di Kabupaten Kudus bagian selatan. Jarak ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten adalah 13 Km, sedangakn jarak ibukota kecamatan ke ibukota propinsi yaitu 60Km. Kecamatan Undaan merupakan wilayah yang beriklim tropis dan temperatur sedang.

Gambar 4.3.

Peta Kecamatan Undaan

Kecamatan Undaan merupakan kecamatan terbesar ketiga setelah Kecematan Jekulo, yaitu dengan luas 7.177,03 Ha dengan perincian 5.805,02 Ha untuk tanah sawah dan 1.372,01 Ha tanah kering (sumber:Undaan dalam Angka 2014).

Luas wilayah kecamatan Undaan menurut rincian desa yaitu Desa Wonosoco (542,42 Ha), Desa Lambangan (282,06 Ha), Desa Kalirejo (343,13 Ha), Desa Medini (342,00 Ha), Desa Sambung (234,20 Ha), Desa Glagahwaru (263,70 Ha), Desa Kutuk (624,61 Ha), Desa Undaan Kidul (655,75 Ha), Desa Undaan Tengah (622,00 Ha), Desa Karangrowo (1.100,26 Ha), Desa Larikrejo (222,26 Ha), Desa Undaan lor (578,90 Ha), Desa Wates (476,06 Ha), Desa Ngemplak (507,94 Ha), Desa Terangmas (155,00 Ha), dan Desa Berugenjang (226,75 Ha) (sumber:Undaan Dalam Angka,2015)

4.1.3 Desa Wates

Desa yang terdapat di Kecamatan Undaan kabupaten Kudus ini, sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngemplak, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Undaan Lor, sebelah timur berbatsan dengan Desa Larek Rejo, sedangankan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ketanjung Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak.

4.1.4 Desa Undaan Kidul

Desa yang memiliki luah lahan terbesar di Kecamatan Undaan sebelah utara berbatasan dengan Desa Undaan Kidul, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutuk, Desa Glagahwaru dan Desa Sambung, sebelah barat Desa Undaan Kidul berbatasan dengan Kabupaten Demak.

4.2 Luas Penggunaan Lahan 4.2.1 Kabupaten Kudus

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah kabupaten Kuds tercatat sebesar 42.515,64 Ha atau sekitar 1,31 persen dari luas propinsi Jawa Tengah, luas wilayah tersebut terdiri dari 20.620 Ha (48,50 persen) merupakan lahan pertanian sawah dan 7.549 Ha (17,76 persen) adalah lahan pertanian bukan swah. Sedangkan sisanya adalah lahan bukan pertanian sebesar 14.347 Ha (33,74 persen). Untuk lahan pertanian bukan sawah, sebagian besar digunakan untuk tegal/kebun sebesar 75,80 persen, untuk ladang/huma sebesar 3,55 persen dan sisanya untuk perkebunan, hutan rakyat, tambak, kolam dan lainnya. (sumber: Kudus Dalam Angka 2015)

4.2.2 Kecamatan Undaan

Luas wilayah Kecamatan Undaan pada tahun 2014 tercatat 7.177,03 hektar atau sekitar 16,88 persen dari luas Kabupaten Kudus.

Luas wilayah menurut jenis tanah dan desa/kelurahan di Kecamatan Undaan 5.805,02 Ha sebagai lahan sawah dan 1.372,01 Ha sebagai lahan bukan sawah. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dan desa di Kecamatan Undaan, sawah irigrasi teknis (4.840,13 Ha), dan sawah irigrasi setengah teknis (964,89 Ha)

4.2.3 Daerah Sample

Desa wates merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 476,055 Ha. Luas yang digunakan untuk persawahan yaitu 385,05 dan

lahan bukan sawah 91,01. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan, sawah irigrasi teknis di Desa Wates 385,05 Ha.

Desa Undaan Kidul yang mempunyai luas wilayah 655,751 Ha.

Luas wilayah menurut jenis tanah, Desa Undaan Kidul luas sawah 530,39 Ha, sedangkan lahan bukan sawah 125,36 Ha. Berbeda dengan daerah sample pertama, Desa Undaan Kidul mempunyai dua jenis sawah irigrasi, yaitu sawah irigrasi teknis dan sawah irigrasi setengah teknis yang masing-masing mempunyai luas 516,41 Ha dan 13,98 Ha.

4.3 Aktivitas Dalam Proses Produksi Beras

Proses produksi beras dimulai dengan aktivitas persemaian sampai proses gabah kering giling dan menjadi beras pada lahan sawah irigrasi teknis. Lahan sawah irigrasi teknis yaitu lahan yang perairannya tersedia secara terus menerus dan hanya terhenti ketika ada perbaikan saluran yang dilakukan oleh Pemerintah. Aktivitas lainnya dalam proses produksi beras yaitu persiapan benih, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Aktivitas persiapan tanam meliputi persemaian dan pengolahan tanah. Out put yang dihasilkan dari proses persiapan tanam yaitu berupa benih siap tanam dan lahan yang siap untuk ditanami. Dalam menghasilkan benih yang siap untuk ditanam diperlukan sumber daya yang berupa tenaga kerja, air irigrasi, benih, tanah, dan pupuk. Pupuk yang digunkan dalam proses pembuatan benih yaitu pupuk urea dan SP36. Sedangkan yang diperlukan dalam pengolahan lahan siap tanam yaitu tenaga kerja, tanah, traktor, cangkul,dan air irigrasi. Pengolahan lahan berfungsi untuk

mengembalikan dan meratakan tanah. Setelah pengolahan tanah menggunkan traktor, aktivitas selanjutnya dengan penataaan pematang dan perataan pinggirian sawah yang tidak terjangkau oleh traktor yang dilakukan tenaga kerja manusia menggunakan cangkul.

Proses kedua yaitu penanaman yaitu meliputi pencabutan bibit dari pesemaian dan menaman bibit. Aktivitas ini membutuhkan sumber tenaga kerja dan alat penolong berupa tali dan bambu untuk mengatur jarak tanam.

Proses selanjutnya yaitu pemeliharaan. Proses pemeliharaan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan.

Masing-masing tahapan memerlukan sumber daya yang berbeda-beda kecuali tenaga kerja. Tahapan penyemprotan memerlukan sprayer dan bahan pembantu seperti peptisida.

Proses terakhir yaitu panen dan pascapanen. Pada proses panen aktivitas yang dilakukan yaitu pengambilan padi dan perontokan padi.

Aktivitas ini memerlukan bantuan tenaga kerja,karung plastik, tali rafia dan alat perontok padi yang disebut Threser. Padi yang sudah dirontokkan kemudian dibungkus dengan karung plastik kemudian direkatkan dengan tali rafia. Sedangkan tahapan pascapanen meliputi pengeringan dan penggilingan padi menjadi beras.

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras dengan Metode FullCosting Menghitung harga pokok produksi mengakumulasi seluruh biaya yang dibebankan pada produk beras yang telah dipanen. Metode yang digunakan metode full costing. Metode full costing merupakan metode perhitungan harga pokok produksi dengan membebankan seluruh biaya

produksi mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

4.4.1 Luas Lahan padi sawah

Luas areal pertanian/luas di Desa Wates mencapai 385,05 Ha, sedangkan luas areal pertanian/ luas di Desa Undaan Kidul mencapai 530,39 Ha. Masa panen di kedua daerah tersebut yaitu 2 bulan dalam waktu setahun.

Tabel 4.1.

Luas Lahan Sawah Desa Wates

Sumber:Data Olahan 2015

Tabel 4.1 menunjukkan luas wilayah dari hasil penelitian kepada 5 (lima) petani di Desa Wates. Luas wilayah dari daerah sampel yaitu 6200m2 atau 0.62 Ha.

Tabel.4.2.

Luas Lahan Desa Undaan Kidul Nama Petani luas lahan (m2)

Sudari 10000

Nama Petani Luas lahan (m2)

M.Zuhri 7000

Tabel 4.2. menunjukkan luas lahan 5(lima) petani di Desa Undaan Kidul. Jumlah luas dari hasil penelitian yaitu 7040 m2. atau 0,7040 Ha.

Luas lahan akan mempengaruhi jumlah bibit yang akan digunakan dalam pembuatan benih. Selain itu luas lahan akan mempengaruhi banyaknya pupuk yang digunakan dalam perawatan padi.

4.4.2 Biaya Sarana Produksi

Biaya produksi yang digunakan usahatani padi meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya angkutan, pembayaran pajak sawah, biaya sewa lahan, penyusutan peralatan, dan biaya bunga modal.

Dalam melakukan usahatani padi sawah beberapa semua produksi yang digunakan yaitu bibit, pupuk, dan obat. Sarana produksi tersebut digunakan untuk memperoleh hasil panen yang memuaskan.

Biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bibit di kedua objek yaitu sama Rp. 12.000.

Dari hasil penelitian, petani di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul menggunkan pupuk Urea, PHOSKA, SP36. Selain membeli sendiri, petani juga mendapat bantuan pupuk dari pemerintah. Petani mendapatkan bantuan pupuk PHOSKA, UREA, dan Organik.

Tabel 4.3.

Harga Pupuk

Sumber:Data olahan 2016

Dijelaskan dalam Tabel 4.3 harga pupuk setiap karung yang berisi 50 Kg pupuk.

Pupuk UREA digunakan petani untuk menutrisi dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, akar, batang, dan tunas. Manfaat lainnya dari Pupuk UREA adalah:

1. Membuat daun lebih rimbun, segar dan hijau 2. Mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman 3. Memperbanyak jumlah anakan

4. Mempercepat sintesis protein dalam tanaman 5. Meningkatkan laju fotosintesis

6. Memperbaiki sifat kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan nitrogen dalam menunjunjang pertumbuhan tanaman

Petani selalu menggunakan pupuk tersebut dalam usahatani karena manfaatnya yang banyak.

Pupuk Poshka yaitu pupuk yang berupa butiran dan berwarna merah muda yang memiliki fungsi meningkatkan produksi dan kualitas panen

Nama Pupuk Ukuran Harga

UREA 50 Kg Rp 110.000

PHOSKA 50Kg Rp 120.000

NPK 50 Kg Rp 140.000

SP36 50 Kg Rp 115.000

karena Pupuk Poshka dapat meperbesar buah dan memiliki kanduan unsur haranya cukup merata. Pupuk TSP 36 memiliki fungsi merangsang pembuahan, merangsang pembentukan biji, mempercepat pematangan buah dan memperbaiki kualitas tanaman.

Selain menggunakan pupuk untuk mendapatkan hasil tani yang baik, petani menggunakan pestisida dalam pencegahan timbulnya hama dan penyakit. Pestisida yang digunakan seperti Prevathon 50 SC,

Prevathon 50 SC adalah insektisida yang berbentuk cair dan tidak terlalu kental berwarna putih. Manfaat dari prevathon 50 SC yaitu untuk mengendalikan hama belalng, wereng, walang sangit, orong-orong, ulat grayak dan hama perusak daun.

Atonik jika dilarutkan ke dalam air berbentuk air berwarna tua. Atonik bermanfaat untuk menghambat dan menekankan berkembangnya beberapa penyakit tanaman.

Tabel 4.4.

Harga Obat-Obatan dalam Pembasmi Hama dan Penyakit Nama Obat-Obatan Jumlah Harga

Prevathon 1 liter Rp.134.000

Atonik 1 liter Rp. 67.000

Topsin 1 liter Rp. 90.000

Sumber :Data olahan,2016

Tabel 4.4 menunjukkan harga obat-obatan untuk pengendalian hama dan penyakit. Petani menggunakan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tabel 4.5.

Biaya Sarana Produksi Desa Wates

Sumber:Data Olahan,2016

Tabel 4.6.

Biaya Sarana Produksi Desa Undaan Kidul

Nama

Dijelaskan dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 biaya sarana produksi yang untuk persiapan pembuatan bibit padi. Petani sudah mempunyai pedoman dalam pembuatan bibit. Setiap 1400 m2 atau per petak sawah membutuhkan 60 Kg benih

4.4.3 Biaya Tenaga Kerja

Dalam aktivitas usahatani, lancar atau tidaknya dipengaruhi oleh tenaga kerja karena tenagakerja adalah unsur terpenting dalam usahatani.

Nama

Diwilayah penelitian tenagakerja digunakan dalam aktivitas persemaian, pengolahan lahan, panen, hingga pasca panen.

Tabel4.7.

Biaya Tenaga Kerja Persemaian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Wates

Biaya Tenaga Kerja Persemian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Undaan Kidul

Nama

Petani Persemaian Pengolahan

tanah Pemeliharaan Undaan Kidul Rp.50.000 per tenaga kerja. Upah tersebut sudah termasuk makan dan minum. Biaya penanaman padi di Desa Wates menggunakan

sistem borongan, yaitu setiap per petak sawah atau per 1400 m2 membutuhkan biaya Rp.130.000. Namun di Desa Undaan Kidul Rp.45.000 per tenaga kerja dan setiap 1(satu) petak sawah membutuhkan 4(empat) tenaga kerja.

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan bantuan traktor.

Biaya untuk penyewaan traktor sudah termasuk upah tenaga kerja pengguna traktor. Pembayaran sudah ada pedomannya yaitu untuk per petak sawah atau 1400 m2 untuk Desa Wates Rp.70.000 sedangkan di Desa Undaan Kidul Rp.50.000. Di Desa Wates upah yang telah dipatok sebesar Rp.60.000 per tenaga kerja dan di Desa Undaan Kidul Rp.50.000 per tenaga kerja, upah tersebut sudah termasuk makan dan minum.

Upah tenaga kerja dala proses pemeliharaan yang mencakup pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Upah yang diberikan di daerah penelitian sama seperti upah tenaga kerja lainnya yaitu Rp 60.000 dan Rp 50.000

Tabel .4.9.

Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Wates Narasumber Pengambilan Padi Pengangkutan

(kuli)

M.Zuhri Rp 2.750.000 Rp 175.000 Akhmad K Rp 1.100.000 Rp 66.500 Noor R Rp 1.650.000 Rp 168.000 Sunardi Rp 2.750.000 Rp 159.950 Kusrin Rp 3.850.000 Rp 183.750 Total Rp 12.100.000 Rp 753.200 Rata-rata Rp 2.420.000 Rp 150.640 Sumber: Data Diolah,2016

Tabel. 4.10

Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Undaan Kidul

Narasumber Pengambilan Padi Pengangkutan (kuli) Sudari Rp 4.200.000 Rp 268.000

Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Desa Wates Narasumber Penjemuran Penggilingan M.Zuhri Rp 6 00.000 Rp 2.000.000

Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Dsa Undaan Kidul

Narasumber Penjemuran Penggilingan

Sudari Rp 750.000 Rp 2.680.000 penjemuran dan penggilingan. Kedua derah sampel untuk biaya tenaga kerja penjemuran sama yaitu Rp.75.000. Pedoman di kedua desa untuk biaya penggilingan juga sama yaitu Rp.400 per Kg.

4.4.4 Biaya Overhead

Biaya overhead dalam produksi beras terdiri dari biaya pembelian tali rafia, karung plastik, plastik untuk mengelilngi sawah dalam pembuatan bibit, dan bambu untuk menahan plastik.

Tabel 4.13

Biaya Overhead Desa Wates

Nama Petani

Tali Rafia Karung Plastik Plastik Bambu

M.Zuhri Rp 15.000 Rp 166.000 Rp 45.000 Rp 30.000

Biaya Overhead Desa Undaan Kidul

Nama Petani

Tali Rafia Karung Plastik Plastik Bambu

Sudari Rp 22.500 Rp 224.000 Rp 60.000 Rp 64.000

karung, plastik untuk melindungi bibit dari tikus dibeli dengan harga Rp 15.000 per gulung plastik.

4.4.5 Biaya Angkutan

Biaya Angkut Desa Undaan Kidul Nama petani Angkutan

4.4.6 Pajak

Tabel.4.17.

Pembayaran Pajak Sawah Desa Wates

Nama Petani Pajak

Pembayaran Pajak Sawah Desa Undaan Kidul

Sumber:Data Olahan,2016

Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 menunjukkan besarnya pajak sawah yang dibayarkan setiap tahun. Pajak yang dikenakan berbeda-beda tergantung letak sawah. Ada tiga golongan pada tarif pajak. Golongan A letak sawah yang terdekat dengan jalan dengan tarif pajak Rp.125.000, golongan B letak sawah yang di tengah-tengah dengan tarif pajak Rp.90.000 dan golongan terakhir letaknya jauh dari jalan tarifnya Rp.75.000. Tarif pajak di kedua daerah sample sama.

4.4.7 Penyusutan

Dalam penelitian ini untuk menentukan umur ekonomis penulis menggunakan UU No 36 2008 Pasal 11 ayat 8 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.03/2009. Dalam kegiatan produksi beras petani menggunakan peralatan yang berupa cangkul dan tang semprot mengalami penyusutan dengan nilai sisa 10% dari total harga beli.

Rumus perhitungan penyusutan sebagai berikut :

Beban Penyusutan =(Harga Perolehan − Nilai Sisa) Umur Ekonomis

Tabel.4.19.

Penyusutan Peralatan Desa Wates

Nama

Petani Keterangan Total (unit)

Harga

Per Unit Total Harga Beli Nilai Sisa (10%)

Tabel.4.20.

Penyusutan Peralatan Desa Undaan Kidul

Nama besarnya penyusutan per panen di daerah sampel masing-masing besarnyaRp.280.125 dan 324.563. Jikadirata-rata dengan banyak nya sampel petani beban penyusutan per panen di kedua desa

Nama Petani Bunga Modal

M.Zuhri Rp 325.000

Akhmad K Rp 260.000

Noor R Rp 260.000

Sunardi Rp 292.000

Kusrin Rp 357.000

Total Rp1.494.000

Rata-rata Rp 298.800

Sumber: Data olahan,2016 Tabel 4.22

Bunga Modal Desa Undaan Kidul

Narasumber Bunga Modal

Sudari Rp 292.500 Harjanto Rp 325.000 Kusno Rp 325.000 Subarkah Rp 390.000 Abdul M Rp 292.000 Total Rp 1.624.500 Rata-rata Rp 324.900 Sumber: Data olahan,2016

4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan HPP

Setelah diketahui besarnya biaya bahan penolong dan biaya overhead pabrik maka dilakukan perhitungan harga pokok produksi per kilo gram beras. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode sederhana disajikan pada Tabel 4.23 sedangkan metode full costing Tabel 4.24.

Tabel 4.23

Perhitungan Harga Pokok Beras dengan Menggunakan Metode Sederhana

Keterangan Desa Wates Desa Undaan Kidul Biaya pemeblian

Perhitungan Harga Pokok produksi dengan Metode Full Costing Musim Panen Bulan Juli 2015

Keterangan Desa Wates Desa Undaan Kidul

Biaya Bahan Baku Rp 1.072.100 Rp 1.187.200

Dari Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 dapat diketahui bahwa harga pokok penjualan beras per kilo gram dihitung dengan total biaya dibagi dengan jumlah produksi beras. Terdapat perbedaan antara perhitungan sederhana dengan metode full costing. Harga pokok penjualan dengan metode costing karena dalam metode sederhana petani hanya

memasukkan biaya angkutan dan bunga modal dalam perhitungan harga jual sederhana lebih kecil dibandingkan dengan metode full.

Tabel 4.25

Harga Pokok Penjualan Beras di Kecamatan Undaan Berdasarkan Metode Full Costing Kecamatan Undaan lebih rendah dari harga yang ditetapkan pemerintah.

Tabel 4.26

Perbandingan Laba yang Diperoleh Menurut Harga Pokok Pemerintah dengan Harga Pokok Pasar

Keterangan Desa Wates Desa Undaan Kidul Biaya Bahan Baku Rp 1.072.100 Rp 1.187.200

Dari Tabel 4.26 dapat disimpulkan total biaya di Desa Wates Rp.8.129.690 dan di Desa Undaan Kidul Rp.9.356.813. Jumlah produksi beras di Desa wates lebih banyak dari Desa Undaan kidul, yaitu 2969,6 Kg di Desa Wates dan 2849,2 Kg di Desa Undaan Kidul.

Perbedaan jumlah beras yang diproduksi akan mempengaruhi harga pokok penjualan. Harga pokok beras di Desa Wates Rp.2.738 dan di Desa Undaan Kidul Rp.3.284.

Harga Pokok beras yang ditetapkan pemerintah menurut Inpres No 5 Tahun 2015 yaitu Rp.7.300, namun di daerah penelitian beras dibeli dengan harga Rp.7.200. Dengan harga pembelian Rp.7.300 petani Desa Wates memperoleh laba rata-rata setiap panen Rp. 13.251.430 dan di Desa Undaan kidul Rp. 11.157.428. Jadi, laba rata-rata yang di peroleh petani Desa Wates Rp.2.208.572 dan di Desa Undaan Kidul Rp.1.859.571. Laba yang diperoleh di Desa wates lebih banyak dari Desa Undaan Kidul karena Desa Undaan Kidul total biaya untuk memproduksi beras lebih banyak sedangkan beras yang dihasilkan sedikit.

Pedoman pembelian beras di pasaran sebesar Rp.7.200. Laba yang dihasilkan setiap panen di Desa Wates Rp. 14.736.230 dan di Desa Undaan Kidul Rp. 12.582.028. Jadi laba rata-rata setiap bulan yang diperoleh petani di Desa Wates Rp. 2.456.038 dan di Desa Undaan Kidul Rp.2.097.005.

Tabel 4.27

Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Petani dan Metode Full Costing

Keterangan

dimasukkan

Rp12.204.429 Rp12.495.369

Rp290.940

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis perhitungan harga pokok beras di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dapat disimpulkan:

1. Harga pokok penjualan dengan metode sederhana lebih kecil dibandingkan dengan metode full costing karena dalam metode sederhana petani hanya memasukkan biaya angkutan dan bunga modal dalam perhitungan harga jual.

2. Besarnya rata-rata harga pokok beras di Kecamatan Undaan adalah Rp. 3.005. Berdasarkan kelurahan sampel penelitian harga pokok beras di Desa Wates lebih kecil dibandingkan dengan Desa Undaan Kidul karena biaya tenaga kerja di Desa Undaaan Kidul lebih tinggi.

3. Berdasarkan perhitungan harga pokok di daerah sampel, besarnya harga pokok berada di bawah harga pokok pemerintah yang telah di tetapkan sebesar Rp 7.300. Jadi perhitungan laba dengan menggunakan metode full costing penetapan harga pokok pemerintah sudah layak bagi petani yaitu pendapatan di Desa Wates Rp 2.208.572 dan pendapatan di Desa Undaan Kidul Rp 1.859.571 setiap bulan.

5.2. Saran

Bedasarkan kesimpulan diatas saran bagi petani adalah:

1. Diharapkan petani di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dalam menghitung biaya produksi agar memasukkan semua biaya yang terlibat dalam proses produksi beras untuk mengetahui laba secara pasti.

2. Petani harus rajin dalam merawat padi. Jika petani rajin dan teliti dalam merawat padi akan menghasilkan beras yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus.2015.Kecamatan Undaan Dalam Angka 2015. http.//kuduskab.bps.go.id. Diakses 1 Februari 2016.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus.2015.Kudus Dalam Angka 2015.

http.//kuduskab.bps.go.id. Diakses 1 Februari 2016.

Batubara,Helmina.2013. Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing Pada Pembuatan Etalase Kaca dan Alumunium di UD.Istana Alumunium Manado. Jurnal EMBA 217 Vol.1 No.3: 217-224 ISSN 2303-1174.

Bustami, B dan Nurlela.2010.Akuntansi Biaya.Edisi pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daljono.2011.Akuntansi Biaya Penentu Harga Pokok & Pengendalian.Edisi ketiga.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hansen, Don R dan Maryanne M.Mowen.2009.Akuntansi Manajerial.Jakarta:Salemba Empat.

Mandei, Julian R dan Theodora katiandagho.2011. Penentuan Harga Pokok Beras Di Kecamatan Kotamobagu timur Kota Kotamobagu.Jurnal ASE Volume 7 Nomor 2: 15-21.

Maulana,Mohamad.2011.Harga pembelian Pemerintah (HPP) Gabah-Beras Tahun 2010:Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog.Analisis Kebijakan Pertanian Volume 9 No 4.

Mulyadi.2012.Akuntansi Biaya.Edisi kelima.Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Permatasari, Andri Eka.2014. Penerapan Full Costing Method Melalui Perhitungan HPP Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada UKM Tahu Pak Dariyo.

Usman, Mustafa. 2011. Analisis Sturktur Biaya Dan Harga Pokok Produksi Pada Usaha Jagung Di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.Jurnal Sains Riset Volume 1-No.2.

Slat, Andre Henri.2013. Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full

Slat, Andre Henri.2013. Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full

Dalam dokumen IDA ZUHAIROH B (Halaman 39-0)

Dokumen terkait