• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDA ZUHAIROH B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDA ZUHAIROH B"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK BERAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL

COSTING PADA USAHATANI BERAS DI KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS

PADA MUSIM PANEN BULAN JULI 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Dian Nuswantoro

Disusun Oleh :

IDA ZUHAIROH B12.2012.02260

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2016

(2)

PERSETUJUAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ida Zuhairoh

NIM : B12.2012.02260

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi – S1

Judul Skripsi : ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK BERAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA USAHATANI BERAS DI KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS PADA MUSIM PANEN BULAN JULI 2015

Dosen Pembimbing : Natalistyo TAH, M.Si.,Ak.,CA

Semarang, 07 Maret 2016

Dosen Pembimbing

(Natalistyo TAH,M.Si.,Ak.,CA) NPP. 0686.11.1999.175

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ida Zuhairoh

NIM : B12.2012.02260

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi – S1

Judul : Analisis Penentuan Harga Pokok Beras Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada

Usahatani Beras di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Pada Musim Panen Bulan Juli 2015

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemusian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Semarang,07 Maret 2016

(Ida Zuhairoh)

(4)

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Ida Zuhairoh

NIM : B12.2012.02260

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi – S1

Judul : Analisis Penentuan Harga Pokok Beras Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Usahatani Beras di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Pada Musim Panen Bulan Juli 2015

Dosen Pembimbing : Natalistyo T.A.H, M.Si., AK., CA

Semarang, 7 Maret 2016

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing

( Dr.Agus Prayitno,MM ) (Natalistyo T.A.H, M.Si., Akt., CA)

(5)

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Ida Zuhairoh

NIM : B12.2012.02260

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi – S1

Judul Skripsi :Analisis Penentuan Harga Pokok Beras Dengan

Menggunakan Metode Full Costing Pada Usahatani Beras di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Pada Musim Panen Bulan Juli 2015

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 03 Maret 2016

Tim penguji :

1. Natalistyo TAH, M.SI, AK, CA ( )

2. Juli Ratnawati, SE.,M.SI ( )

3. Enny Susilowati M, M.SI., AKT., CA ( )

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Seimbangkan Usaha dan Do’a dalam Menggapai Cita 2. Man Jadda Wajadda

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu ku tercinta dan tersayang yang selalu mencintai kedua anaknya

2. Kakakku dan kakak iparku yang tersayang

3. Teman-teman yang pernah satu kos dengan saya di Nakula Raya No 20 dan Sadewa 1 No 1

4. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

(7)

ABSTRAKSI

Metode full costing penting digunakan karena memasukkan semua kompone-komponen biaya yang dikeluarkan dalam produksi. Metode full costing membantu dalam menentukan harga pokok yang benar dari suatu produk sehingga mengurangi ketidak pastian dalam menentukan harga jual. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan harga beras yang ditetapkan oleh pemerintah dengan petani di kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dan untuk mengetahui tingkat kelayakan pendapatan pada usaha tani padi di Kecamatan undaan Kabupaten Kudus.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa wates dan Desa Undaan Kidul pada musim panen bulan juli 2015. Sampel petani setiap desa diambil 5(lima) petani. Penelitian ini menggunakan data primer dan sakunder. Data primer diperoleh observasi dan wawancara langsung dengan petani di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul sedangkan data sekunder diperoleh tidak secara langsung pada sumber datanya melainkan didapat dari sumber yang telah ada. Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya rata-rata harga pokok beras di Kecamatan Undaan adalah Rp. 3.005.

Berdasarkan kelurahan sampel penelitian harga pokok beras di Desa Wates lebih kecil dibandingkan dengan. Desa Undaan Kidul karena biaya tenaga kerja di Desa Undaaan Kidul lebih tinggi. Berdasarkan perhitungan harga pokok di daerah sampel, besarnya harga pokok berada di bawah harga pokok pemerintah yang telah di tetapkan sebesar Rp 7.300. Jadi perhitungan laba dengan menggunakan metode full costing penetapan harga pokok pemerintah sudah layak bagi petani.

Kata kunci: Beras, harga beras, keuntungan.

(8)

ABSTRACT

Full costing method used for entering all important components costs incurred in the production. Full costing method helps in determining the true cost of a product thus reducing the uncertainty in determining the price. The purpose of this research was to determine differences in rice prices set by the government to farmers in the district Undaan Kudus and to determine income eligibility levels in rice farming in the District Undaan. This research was conducted in the village of Wates and Undaan Kidul village during the harvest season in July 2015. Samples were taken every village farmers 5 (five) farmers. This study uses primary and secondary data. Primary data obtained by direct observation and interviews with farmers in the village wates and the village Undaan Kidul while secondary data obtained is not directly on the data source, but derived from existing resources. This research shows that the average cost of rice in District Undaan is Rp. 3.005. Based on the cost of the study sample villages rice in Wates village smaller than Undaan Kidul village because of labor costs in the Village Undaan Kidul higher . Based on the calculation of the cost in the sample area, the magnitude of the cost is below the cost of government that has been set at Rp 7,300. So the profit calculation using the full costing method, the principal government pricing is feasible for farmers.

Keywords: Rice,cost of rice, profitability

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb,

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK BERAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA USAHATANI BERAS DI KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS PADA MUSIM PANEN BULAN JULI 2015”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi serta meraih gelar Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Study Akuntansi-S1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Penulisan ini terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung atau tidak langsung. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Sukirno dan Ibu Sholihatun yang selalu mencintai dan menyanyangi anak-anaknya.

2. Kakak kandungku Nafiatul Amalia dan kakak iparku Kiki yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan.

3. Bapak Natalistyo T.A.H, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang meluangkan banyak waktunya dengan sabar memberikan bimbingan dan arahannya, serta banyak membantu meringankan penulis dalam penyusunan skripsi.

(10)

4. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

5. Bapak Dr. Agus Prayitno selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

6. Ibu Ririh Dian Pratiwi,SE,Msi,AK, CA selaku Dosen Wali yang dengan sabar memberikan bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah di Universitas Dian Nuawantoro.

8. Para petani di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus beserta perangkat desa 9. Sahabat keluarga cemara, Depita, Ayu, Amel, Gadis, Sasmita, Tyas, Zumala,

Karunia yang selalu menyemangati dan mendo’akan saya dalam pembuatan skripsi ini .

10. Sahabat-sahabatku Devi, Febri, Mila, Johan, Syaiful dkk, Linda, Eni dan teman-teman lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

11. Sahabat-sahabatku Tata, Dyah, Olif, Nita, Kristina, Sanam, Ekha, Sanam, Kinanti, Giyan, Reza, Ihda dan Tika yang pernah satu kos dengan saya di Nakula Raya No.20 Tata dan Keluarga besar kos sadewa 1 No. 1 yang senantiasa mendukung dalam proses studi ini khususnya Mbak Vivi yang sering membantu dalam penyusunan skripsi ini.

12. Sahabatku Rina, Retsa, dan Cholidul yang telah membantu dalam pencarian buku-buku.

13. Rekan kerja SDTel Publishing yang telah memberikan waktu untuk menyelesaikan skripsi dan memberikan semangat

(11)

14. Teman-temanku yang ada di Universitas Dian Nuswantoro khusunya teman- teman seperjuangan Progdi Akuntansi

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan berkat serta membalas budi baik bapak, ibu dan saudara sekalian. Kepada para pembaca, walau masih banyak kekurangan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

Semoga dapat memperoleh manfaat dari skripsi ini.

Semarang, 25 Februari 2016

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Judul ... i

Persetujuan Skripsi……… ii

Pernyataan Keaslian Skripsi... iii

Pengesahan Skripsi ... iv

Pengesahan Kelulusan Ujian Skripsi... v

Motto dan Persembahan... . vi

Abstraksi... vii

Abstract... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

Bab II Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Telaah Teori ... 7

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya ... 7

2.1.2 Peranan Akuntansi Biaya ... 7

2.1.3 Pengelompokan Biaya ... 8

2.1.4 Manfaat Harga Pokok Produksi ... 11

2.1.5 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi ... 13

2.1.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi... 14

2.2 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3 Kerangka Konseptual... 18

Bab III Metodologi Penelitian ... 19

3.1 Objek Penelitian... 19

3.2 Sumber Data ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data... 19

3.4 Konsep Pengukuran Variabel ... 20

3.5 Metode Analisis Data... 21

Bab IV Analisis Data ... 22

4.1 Letak Geografis... 22

4.1.1 Kabupaten Kudus... 22

4.1.2 Kecamatan Undaan... 24

4.1.3 Desa Wates... 25

(13)

4.1.4 Desa Undaan Kidul... 25

4.2 Luas Penggunaan Lahan ... 26

4.2.1 Kabupaten Kudus... 26

4.2.2 Kecamatan Undaan... 26

4.2.3 Daerah Sampel... 27

4.3 Aktivitas Dalam Proses Produksi Beras ... 27

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Dengan Metode Full Costing... 29

4.4.1 Luas lahan padi sawah... 29

4.4.2 Biaya Saran Produksi... 30

4.4.3 Biaya Tenaga Kerja... 34

4.4.4 Biaya Overhead... 37

4.4.5 Biaya Angkutan... 38

4.4.6 Pajak... 39

4.4.7 Penyusutan... 40

4.4.8 Bunga Modal... 42

4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan HPP... 42

Bab V Penutupan... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

Daftar Pustaka ... 48

Lampiran-lampiran... 49

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Lahan Sawah Desa Wates ... .... 29

Tabel 4.2 Luas Lahan Sawah Desa Undaan Kidul ... .... 30

Tabel 4.3 Harga Pupuk ... .... 31

Tabel 4.4 Harga Obat-obatan dalam Membasmi Hama dan Penyakit ... .... 33

Tabel 4.5 Biaya Sarana Produksi Desa Wates... ... 33

Tabel 4.6 Biaya Sarana Produksi Desa Undaan Kidul... 33

Tabel 4.7 Tenaga Kerja Persemaian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Wates ... .... 34

Tabel 4.8 Tenaga Kerja Persemaian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Undaan Kidul ... .... 34

Tabel 4.9 Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Wates ... .... 36

Tabel 4.10 Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Undaan Kidul ... .... 36

Tabel 4.11 Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Desa Wates ... .... 36

Tabel 4.12 Biaya Tenaga Kerja Panen Pasca Desa Undaan Kidul ... .... 37

Tabel 4.13 Biaya Overhead Desa Wates ... .... 37

Tabel 4.14 Biaya Overhead Desa Undaan Kidul ... .... 38

Tabel 4.15 Biaya Angkut Desa Wates ... .... 38

Tabel 4.16 Biaya Angkut Desa Undaan Kidul ... .... 39

Tabel 4.17 Pembayaran Pajak Sawah Desa wates ... .... 39

Tabel 4.18 Pembayaran Pajak Sawah Desa Undaan Kidul ... .... 39

Tabel 4.19 Penyusutan Peralatan Desa Wates ... .... 41

Tabel 4.20 Penyusutan Peralatan Desa Undaan Kidul ... .... 41

Tabel 4.21 Bunga Modal Desa Wates ... .... 42

Tabel 4.22 Bunga Modal Desa Undaan Kidul ... .... 42

Tabel 4.23 Perhitungan Harga Pokok Beras dengan Menggunakan Metode Sederhana ... .... 43 Tabel 4.24 Perhitungan Harga Pokok Beras dengan Menggunakan Metode

(15)

Full Costing ... .... 44 Tabel 4.25 Harga Pokok Penjualan Beras di Kecamatan Berdasarkan Metode

Full Costing ... .... 44 Tabel 4.26 Perbandingan Laba Yang Diperoleh Menurut Harga Pokok

Pemerintah dengan Harga Pokok Pasar ... .... 44

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...

...

. 23

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah ... 22

Gambar 4.2 Peta Kabupaten Kudus...………... 23

Gambar 4.3 Peta Kecamatan Undaan ... 29

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 52

Lampiran 2 Proses Wawancara ... 84

Lampiran 3 Proses Produksi Beras ... 87

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah sangat luas. Selain itu tanah yang subur dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan bercocok tanam. Sebagian penduduk Indonesia bermata pencaharian di sektor pertanian khususnya berladang dan bersawah. Berladang dan bersawah dapat menciptakan mata pencaharian bagi masyarakat, terutama masyarakat di desa-desa.

Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Dalam komponen pengeluaran konsumen masyarakat indonesia beras merupakan bobot yang paling tinggi. Beras mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan atau stabilitas politik nasional. Beras bagi bangsa Indonesia bukan hanya komoditas pangan atau ekonomi saja, tapi sudah merupakan komoditas politik dan keamanan.

Rumah tangga di daerah yang sebelumnya mengkonsumsi bahan pokok non beras (jagung, ubi-ubian, sagu), dengan meningkatnya pendapatan, pola konsumsi pangan pokok mulai bergeser ke beras. Oleh karena itu, pemerintah sangat berkepentingan dalam mengendalikan harga dan pasokan gabah dan beras melalui kebijakan perberasan yang bersifat promotif maupun protektif yang mempunyai dampak langsung terhadap kesejahteraan petani. Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga padi bermanfaat untuk

(19)

meningkatkan efisiensi ekonomi agribisnis padi dan sekaligus mengingkatkan produksi padi dan ketaganan pangan nasional (Maulana,2011)

Pemerintahan melalui BULOG dan instansi membuat kebijakan harga dasar (floor price) untuk Gabah Kering Giling (GKG) dan harga tertinggi (celling price) untuk beras yang pada hakekatnya merupakan inventaris terhadap mekanisme pasar. Pemerintah akan melakukan operasi pasar bila harga beras di pasaran dinilai jauh melampui batas harga (Mandei, 2011).

Presiden Jokowi menerbitkan Inpres Perberasan pada tanggal 17 Maret lalu. Inpres No 5 Tahun 2015 menggantikan inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

Harga gabah kering panen di petani Rp 3.700 per kilogram sebelumnya Rp 3.300 per kilogram, gabah kering giling di gudang Bulog Rp 4.650 per kilogram sebelumnya Rp 4.200 per kilogram, dan beras di gudang Bulog Rp 7.300 per kilogram sebelumnya Rp 6.600 per kilogram (Tempo,2015).

Jika pemerintah salah membuat kebijakan yang menyangkut nasib petani, maka bangsa ini harus mempunyai grand design tentang pembangunan pertanian yang menguntungkan petani dan tidak menyengsarakan rakyat. Sektor pertanian adalah andalan bangsa kita, oleh sebab itu harus diciptakan kemakmuran bangsa melalui pembangunan pertanian yang tepat. Kebijakan pertanian yang tepat adalah kebijakan yangberpihak petani.

Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga gabah ternyata tidak serta merta menambah kesejahteraan petani. Banyak diantara mereka yang terjerat hutang dengan tengkulak, dan akhirnya harga beras pun lebih banyak ditentukan

(20)

para tengkulak. Di satu sisi tengkulak adalah penolong petani, disisi lain tengkulak pula yang memiskinkan petani. Harga beras di tengkulak hanya Rp 7200 per kg, sementara harga pembelian pemerintah (HPP) seharusnya Rp 7300 per kg.

Penekanan biaya produksi dapat dilakukan melalui manajemen biaya produksi seperti menentukan struktur biaya produksi usahatani. Kemudian faktor harga jual juga dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan, sedangkan penentuan harga jual dapat dipedomani pada penentuan harga pokok produksinya (HPP). Dengan demikian melalui penentuan struktur biaya produksi dan harga pokok produksi (HPP) dapat menentukan pula besar kecilnya harga jual produksi, sehingga dapat diketahui besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh (Usman, 2011).

Berdasarkan penentuan harga pokok produk yang benar dari suatu produk akan dapat mengurangi ketidakpastian dalam penentuan harga jual.

Harga pokok produk biasanya terdiri dari dua jenis biaya produksi dan biaya non produksi. Dalam penentuan harga pokok produk harus diperhatikan unsur-unsur biaya tersebut secara tepat sehingga dapat menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi yang sesungguhnya (Slat, 2013).

Menurut Batubara (2013) bahwa penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat informasi harga pokok produksi adalah menentukan harga jual produk serta menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca. Di dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

(21)

biaya overhead pabrik. Ketiga jenis kegiatan ini harus ditentukan secara cermat baik dalam pencatatan maupun penggolongannya. Sehingga informasi harga pokok produksi yang dihasilkan dapat diandalkan baik untuk penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik.

Manfaat informasi harga pokok adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam posisi keuangan. Harga pokok produksi juga berpengaruh dalam perhitungan laba rugi usaha serta memantau realisasi biaya dalam proses produksi. Apabila kurang teliti atau salah dalam penetapan harga pokok produksi, dapat mengakibatkan ketidaktepatan dalam penentuan harga jual serta perolehan laba periodik (Permatasari, 2014).

Perhitungan harga pokok merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha agar dapat mengetahui dengan pasti keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang akan didapat. Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak terdapat perhitungan harga pokok yang belum tepat dan jarang yang belum menganalisis struktur biaya dan harga pokok produksi usaha tani mereka.

(Mandei, 2011) telah melakukan penelitian yang berjudul Penentuan Harga Pokok Beras di Kecamatan Kotabagu Timur Kotamobagu. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya rata-rata harga pokok beras di Kelurahan Moyag lebih tinggi dibandingkan dengan kelurahan Kelurahan Kobo Kecil. Rata-rata harga pokok beras di Kecamatan Kotamobagu Timur lebih rendah dari harga yang ditetepkan pemerintah. Namun jika dilihat menurut kelurahan sampel, harga pokok beras di Kelurahan Kobo Kecil lebih rendah

(22)

daripada yang ditetapkan pemerintah, sedangkan harga pokok beras di Kelurahan Moyag lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

Di kecamatan Undaan Kabupaten Kudus penduduk mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian. Petani di Kecamatan Undaan bercocok tanam dengan tanaman padi, jagung, ketela, tomat, cabai, semangka, dan blewah. Pada umumnya tanaman yang ditanam oleh petani adalah padi, karena padi yang kemudian diproduksi menjadi beras merupakan kebutuhan pokok sehari-hari yang sering dibutuhkan oleh masyarakat.

Pemerintah menetapkan harga beras memalui Inpres No 5 Tahun 2015 tentang Harga Pembelian Pemerintahan sebesar Rp 7.300, ketetapan tersebut menjadi patokan pembelian harga beras. Namun penetapan harga patokan baik dalam bentuk gabah kering maupun beras dinilai petani lebih memanjakan konsumen. Petani di Kecamatan Undaan dalam menentukan harga jual jual masih tergantung dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak sebesar Rp 7.200 tanpa mengetahui terlebih dahulu jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi secara rinci. Petani juga menggunakan perhitungan sederhana dalam menghitung harga produksi, sehingga dalam menentukan tingkat keuntungan mereka belum sepenuhnya sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Dalam menghitung harga produksi masih ada biaya-biaya yang diabaikan atau tidak dimasukkan dalam proses perhitungan. Tanpa adanya perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan benar, maka suatu usaha yang dijalankan tidak akan mengetahui dengan pasti keuntungan yang diperolehnya atau mungkin juga kerugian yang akan didapat. Mengingat pada permasalahan tersebut perlu di

(23)

analisis perhitungan penetapan harga pokok beras di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

Dengan penelitian ini diharapkankan petani dalam menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, menghitung secara rinci agar dapat mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh.

Selain itu, petani agar tidak tertipu dengan harga yang ditetapkan oleh tengkulak.

Metode full costing dapat memebantu petani dalam menentukan harga jual beras dan untuk mengetahui laba yang diperoleh karena metode ini memasukkan semua komponen biaya dalam menentukan harga pokok.

Penelitian yang dilakukan (Mandei, 2011) tentang Penentuan Harga Pokok Beras di Kecamatan Kotabagu Timur Kotamobagu, menurut harga yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarakan Inpres No 7 tahun 2009. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian kembali dengan melakukan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Mandei di daerah Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus yang berdasarkan Inpres No 5 Tahun 2015 dan penelitian ini berjudul

“ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK BERAS DENGAN

MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA USAHATANI BERAS DI KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS PADA MUSIM PANEN BULAN JULI 2015”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a) Apakah terdapat perbedaan harga beras yang ditetapkan pemerintah dengan

(24)

harga jual petani di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus ?

b) Apakah besarnya harga pokok produksi usaha tani padi di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus telah memberikan pendapatan yang layak kepada petani?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui perbedaan harga beras yang ditetapkan oleh pemerintah dengan petani di kecamatan Undaan Kabupaten Kudus

b. Mengetahui tingkat kelayakan pendapatan pada usaha tani padi di Kecamatan undaan Kabupaten Kudus

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapakan dari penelitian ini memberikan manfaaat bagi semua orang dan memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca dan semua pihak yang memebutuhkan. Adapun manfaaat lain yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi petani

Untuk memberikan informasi mengenai penentuan harga pokok produksi yang tepat dan benar dengan menggunakan metode full costing dan memberikan saran dan masukan bagi usaha tani padi

b. Bagi penulis

Menambah pengetahuan di bidang akuntansi khususnya pada akuntansi biaya tentang harga pokok produksi

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Telaah Teori

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (2012) akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Sedangkan Bustami dan Nurlela (2006) menyatakan bahwa akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan. Di samping itu, akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga produk dari suatu produk yang diproduksi dan dijual dipasar, baik guna memenuhi kegiatan pemesanan maupun menjadi persediaan barang dagangan yang akan dijual.

2.1.2 Peranan Akuntansi Biaya

Daljono (2011) peranan akuntansi biaya dalam aktifitas perusahaan adalah :

1. Menetapkan metode perhitungan harga pokok yang menjamin adanya pengendalian biaya, efisiensi biaya, dan perbaikan mutu.

2. Mengendalikan jumlah persediaan dan menentukan harga pokok tiap jenis produk yang diproduksi untuk tujuan

(26)

penentuan harga dan untuk mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen setiap devisi.

3. Menghitung laba rugi perusahaan untuk setiap periode akuntansi, termasuk menentukan harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan.

4. Mengambil keputusan jangka pendek, misalnya perusahaan perlu memutuskan apakah sebaiknya produk tertentu dihentikan saja karea selama ini untuk produk jenis tersebut mengalami kerugian, ataukah tetap harus memproduksi meskipun rugi.

2.1.3 Pengelompokan Biaya

Mulyadi (2012) menyatakan bahwa dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep

“different costs for different purpose”. Biaya dapat digolongkan menurut:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya

(27)

jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok:

a. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

b. Biaya pemasaran

Biaya pemasarn merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

(28)

a. Biaya langsung (direct cost)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langung adalah biaya ynag terjadi tidak hanya disebabkan oleh suatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semi variabel

(29)

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

c. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar angka waktu manfaat.

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:

a. Pengeluaran modal (capital expenditures)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender) .

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.1.4 Manfaat Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2012) dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :

a. Menentukan harga pokok jual produk

Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi persendiri dipersatuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu

(30)

informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.

b. Memantau realisasi biaya produksi

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi mengkkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

c. Menghitung laba atau rugi periodik

Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen meemrlukan ketepatan penentuan laba periodik, sedangkan laba periodik yang tepat harus berdasarkan informasi biaya dan penentuan biaya yang tepat pula.

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban periode, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan biaya produksi yang masih melekat pada produk yang belum dijual pada tanggal neraca serta dapat diketahui biaya produksinya. Biaya yang

(31)

melekat pada produk jadi pada tanggal neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

2.1.5 Unsur –unsur Harga Pokok Produksi

Dalam proses memproduksi suatu produk diperlukan biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

1. Biaya Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2012), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku dibedakan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung disebut juga dengan biaya bahan baku, sedangkan bahan baku tidak langsung disebut juga dengan biaya overhead pabrik.

2. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Mulyadi, 2012). Biaya tenaga kerja dibagi menjadi 2 (dua), yaitu biaya tenaga kerja yang terlibat

(32)

langsung dalam proses produksi dan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi.

3. Biaya Overhead Pabrik

Overhead pabrik juga disebut dengan overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung (Carter,2009). Menurut Hasen dan Mowen (2009), biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan menjadi satu kategori yang disebut ongkos overhead.

2.1.6 Metode penentuan harga pokok produksi

Daljono (2011) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk meperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. perbedaan unsur biaya dalam pendekatan full costing dan variabel costing. Sistem dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Metode full costing

Metode full costing adalah metode penentuan yang melibatkan semua unsur biaya produksi biaya variabel maupun biaya tetap dalam menghitung harga pokok produksi. Dalam perhitungan

(33)

harga pokok produksi yang dengan menggunakan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) dengan menambahkan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi,dan umum).

b. Metode variabel costing

Metode variabel costing hanya memasukkan biaya produksi variabel dalam menetukan harga pokok produksi. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel merupakan bagian dari biaya produksi.

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing yang terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Berikut ini adalah harga pokok produksi menurut metode full costing dan variabel costing yang terdiri dari unsur biaya produksi:

(34)

Unsur Biaya Produksi dan Periode (Non Produksi) Menurut Metode Full costing dan Variabel Costing

FULL COSTING VARIABEL COSTING

Biaya Produksi

Biaya bahan baku Rp.XXX Biaya Tenaga

Kerja Langsung Rp.XXX BOP variabel Rp.XXX BOP tetap Rp.XXX Rp.XXX

Biaya Produksi

Biaya Bahan Baku Rp.XXX Biaya Tenaga Kerja

Langsung Rp.XXX BOP variabel Rp.XXX Rp.XXX

Biaya Periode

Biaya Pemasaran Rp. XXX Biaya Administrasi Rp.XXX Rp.XXX

Biaya Periode

BOP tetap Rp.XXX Biaya Pemasaran Rp.XXX Biaya Admonistrasi Rp.XXX Rp.XXX

2.2.Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang harga pokok telah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu, di antaranya adalah sebagai berikut:

No Peneliti Judul Hasil

+

+

+ +

(35)

1. Mnadei, Julian R 2011

Penentuan Harga Pokok Beras Di Kecamatan

Kotamobagu timur Kota Kotamobagu

Untuk mengetahui harga pokok penjualan beras dan harga beras yang ditetapkan pemerintah sudah sesuai dengan biaya produksi beras.

Setelah diperhitungankan dengan menggunakan metode full costing dapat disimpulkan rata-rata harga pokok beras di kelurahan Moyag lebih tinggi dibandingkan dengan kelurahan Kobo Kecil. Rata-rata harga pokok beras di Kecamatan Kotamobagu lebih rendanh dari harga yang telah ditetapkan pemerintah.

2. Usman,Mustafa 2011

Analisis Sturktur Biaya Dan Harga Pokok Produksi Pada Usaha Jagung Di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar

Untuk menganalisis struktur biaya dan harga pokok produksi serta pendapatan pada usahatani jagung.

Kesimpulan dari penelitian yaitu usahatani jagung memberikan pendapatan yang layak dan harga jual petanni lebih tinggi dari harga produksi jagung.

3. Slat,Andre Herni 2013

Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing Dan Penentuan Harga Jual

Untuk menganalisis harga pokok produk dan penentuan harga jual.

Harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil evaluasi.

4. Permatasari, Andri Eka 2014

Penerapan Full Costing Method Melalui Perhitungan HPP Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada UKM Tahu Pak Dariyo.

Ada perbedaan dari hasil perhitungan harga pokok produksi Pak Dariyo dengan perhitungan menggunakan metode full costing.

Harga pokok produksi Pak Dariyo lebih rendah dibandingkan harga pokok produksi dengan perhitungan metode full costing.

5. Batubara,Helmina 2013

Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing Pada Pembuatan Etalase

Kaca dan

Alumunium di UD.Istana

Alumunium Manado

Perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi memasukkan semua biaya ke dalam biaya produksi. Perolehan harga pokok produksi dengan menggunakan full costing lebih rendah karena pembebanan biaya overhead pabrik pada perusahaan lebih tinggi dari pembebanan biaya overhead pada metode full cosing.

(36)

2.3.Kerangka Konseptual

Berikut ini adalah gambaran kerang pikir untuk menjelaskan alur pemikiran penelitian agar penelitian mudah dipahami :

BAB II

Pengumpulan biaya-biaya uasahatani padi di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul

Perhitungan HPP beras di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul

Menggunakan metode Full Costing

Hasil perhitungan menurut metode Full Costing

Perbedaan perhitungan, dampak pada penghasilan petani

Rekomendasi

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Menggunakan metode yang

dipakai petani

Hasil perhitungan menurut petani

saran

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah usaha tani padi yang berada di Desa Wates dan Desa Undaan kidul yang terletak di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

3.2 Sumber Data

Data merupakan keterangan atau sumber informasi mengenai objek yang akan diteliti dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Jenis data berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat langsung dari sumber datanya.

Pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah data observasi dan wawancara langsung dengan petani di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung pada sumber datanya melainkan didapat dari sumber yang telah ada. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari berbagai literatur-literatur yang ada, seperti buku, yang berkaitan dengan penelitian ini, data dari instansi yang terkait, dan jurnal-jurnal.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penggumpulan data dalam peneilitian ini menggunakan metode seperti berikut ini :

20

(38)

1. Wawancara

Metode pengumpulan data ini, data diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul mengenai tahap-tahap dalam memproduksi beras. Metode pengumpulan data ini memfokuskan pada wawancara mengenai semua biaya yang terlibat dalam perhitungan proses produksi beras di desa tersabut dan kegitan apa saja yang ada dalam proses produksi sampai dihasilkanya beras.

2. Dokumentasi

Metode dalam pengumpulan data dengan melakukan pencatatn mengenai biaya yang terlibat dalam penelitian, seperti biaya produksi, hasil produksi,langkah-langkah dalam memproduksi beras tersebut, dan data- data lainnya.

3. Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu dengan mempelajari data-data tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

3.4 Konsep Pengukuran Variabel

Penelitian ini akan mengukur variabel-variabel seperti berikut ini:

1. Luas lahan padi sawah (ha)

2. Biaya yang akan dikeluarkan mulai dari persemaian, pengolahan sawah, perawatan, panen, dan setelah panen (Rp). Biaya–biaya yang terlibat antara lain:

a. Biaya produksi, seperti pembelian benih, pupuk, obat-obatan untuk mengatasi hama dan penyakit yang menyerang padi tersebut, dan biaya untuk pembelian pupuk pelengkap.

(39)

b. Biaya tenaga kerja

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam persemaian, pengolahan tanah, pemeliharaan, yaitu pemupukkan dan pengendalian hama dan penyakit, panen, dan setelah panen yang terdiri dari perontokan padi, penjemuran padi, dan penggilingan padi sampai menjadi beras.

c. Pajak

d. Biaya penyusutan untuk peralatan e. Bunga Modal

3.5 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis metode deskriptif kuantitatif.

Deskriptif kuantitatif yaitu menganalisis suatu keadaan kemudian dipaparkan dalam bentuk angka. Hal ini untuk menegtahui biaya dalam produksi beras, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kemudian data tersebut dianalisis untuk membandingkan harga pokok produksi antara petani dan harga pokok produksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penulisan skripsi ini metode deskriptif kuantatif yang diperlukan adalah menggunakan metode full costing. Metode full costing menggunakan unsur biaya produksi sebagai berikut:

Biaya bahan baku XXX

Biaya tenaga kerja XXX

Biaya overhead tetap XXX

Biaya overhead pabrik variabel XXX

Harga pokok produksi XXX

(40)

BAB IV ANALISIS DATA

4. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1 Letak Geografis

4.1.1 Kabupaten Kudus

Kabupaten Kudus merupakan wilayah terkecil di jawa tengah, dengan luas wilayah 42.515,64Ha yang terdiri dari 9 kecamatan dan 123 kelurahan.

Gambar 4.1.

Peta Provinsi Jawa Tengah

Kabupaten kudus terletak diantara 4 (empat) kabupaten, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Demak dan Kabupaten Jepara.

23

(41)

Luas wilayah menurut kecamatan yaitu Kecamatan Kaliwungu (3.271,28 Ha), Kecamatan Kota (1.047,32 Ha), Kecamatan Jati(2.629 Ha), Kecamatan Undaan (7.177,03 Ha), Kecamatan Mejobo (3.676,57 Ha), Kecamatan Jekulo (8.291,67 Ha), Kecamatan Bae(2.332,27 Ha), Kecamatan Gebog(5.505,97 Ha) dan Kecamatan Dawe(8.583,73 Ha).(sumber:BPS Kabupaten Kudus 2015)

Gambar 4.2.

Peta Kabupaten Kudus

Luas Kabupaten Kudus sebesar 42.516 Ha, Penggunaan lahan terbagi menjadi lahan kering, lahan persawahan, dan peruntukan lahan lainnya. Lahan persawahan di Kabupaten Kudus seluas 21.704 ha, yaitu terbagi sawah pengairan teknis, sawah pengairan setengah teknis, sawah

(42)

pengairan sederhana, sawah tadah hujan, dan lainnya yang berupa rawa dan sungai. Lahan kering di Kabupaten Kudus seluas 18.552 Ha

4.1.2 Kecamatan Undaan

Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kudus. Wilayah Kecamatan Undaaan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jati dan Kecamatan Mejobo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Grobogan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak.

Kecamatan undaan terletak di Kabupaten Kudus bagian selatan. Jarak ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten adalah 13 Km, sedangakn jarak ibukota kecamatan ke ibukota propinsi yaitu 60Km. Kecamatan Undaan merupakan wilayah yang beriklim tropis dan temperatur sedang.

Gambar 4.3.

Peta Kecamatan Undaan

Kecamatan Undaan merupakan kecamatan terbesar ketiga setelah Kecematan Jekulo, yaitu dengan luas 7.177,03 Ha dengan perincian 5.805,02 Ha untuk tanah sawah dan 1.372,01 Ha tanah kering (sumber:Undaan dalam Angka 2014).

(43)

Luas wilayah kecamatan Undaan menurut rincian desa yaitu Desa Wonosoco (542,42 Ha), Desa Lambangan (282,06 Ha), Desa Kalirejo (343,13 Ha), Desa Medini (342,00 Ha), Desa Sambung (234,20 Ha), Desa Glagahwaru (263,70 Ha), Desa Kutuk (624,61 Ha), Desa Undaan Kidul (655,75 Ha), Desa Undaan Tengah (622,00 Ha), Desa Karangrowo (1.100,26 Ha), Desa Larikrejo (222,26 Ha), Desa Undaan lor (578,90 Ha), Desa Wates (476,06 Ha), Desa Ngemplak (507,94 Ha), Desa Terangmas (155,00 Ha), dan Desa Berugenjang (226,75 Ha) (sumber:Undaan Dalam Angka,2015)

4.1.3 Desa Wates

Desa yang terdapat di Kecamatan Undaan kabupaten Kudus ini, sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngemplak, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Undaan Lor, sebelah timur berbatsan dengan Desa Larek Rejo, sedangankan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ketanjung Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak.

4.1.4 Desa Undaan Kidul

Desa yang memiliki luah lahan terbesar di Kecamatan Undaan sebelah utara berbatasan dengan Desa Undaan Kidul, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutuk, Desa Glagahwaru dan Desa Sambung, sebelah barat Desa Undaan Kidul berbatasan dengan Kabupaten Demak.

(44)

4.2 Luas Penggunaan Lahan 4.2.1 Kabupaten Kudus

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah kabupaten Kuds tercatat sebesar 42.515,64 Ha atau sekitar 1,31 persen dari luas propinsi Jawa Tengah, luas wilayah tersebut terdiri dari 20.620 Ha (48,50 persen) merupakan lahan pertanian sawah dan 7.549 Ha (17,76 persen) adalah lahan pertanian bukan swah. Sedangkan sisanya adalah lahan bukan pertanian sebesar 14.347 Ha (33,74 persen). Untuk lahan pertanian bukan sawah, sebagian besar digunakan untuk tegal/kebun sebesar 75,80 persen, untuk ladang/huma sebesar 3,55 persen dan sisanya untuk perkebunan, hutan rakyat, tambak, kolam dan lainnya. (sumber: Kudus Dalam Angka 2015)

4.2.2 Kecamatan Undaan

Luas wilayah Kecamatan Undaan pada tahun 2014 tercatat 7.177,03 hektar atau sekitar 16,88 persen dari luas Kabupaten Kudus.

Luas wilayah menurut jenis tanah dan desa/kelurahan di Kecamatan Undaan 5.805,02 Ha sebagai lahan sawah dan 1.372,01 Ha sebagai lahan bukan sawah. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dan desa di Kecamatan Undaan, sawah irigrasi teknis (4.840,13 Ha), dan sawah irigrasi setengah teknis (964,89 Ha)

4.2.3 Daerah Sample

Desa wates merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 476,055 Ha. Luas yang digunakan untuk persawahan yaitu 385,05 dan

(45)

lahan bukan sawah 91,01. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan, sawah irigrasi teknis di Desa Wates 385,05 Ha.

Desa Undaan Kidul yang mempunyai luas wilayah 655,751 Ha.

Luas wilayah menurut jenis tanah, Desa Undaan Kidul luas sawah 530,39 Ha, sedangkan lahan bukan sawah 125,36 Ha. Berbeda dengan daerah sample pertama, Desa Undaan Kidul mempunyai dua jenis sawah irigrasi, yaitu sawah irigrasi teknis dan sawah irigrasi setengah teknis yang masing- masing mempunyai luas 516,41 Ha dan 13,98 Ha.

4.3 Aktivitas Dalam Proses Produksi Beras

Proses produksi beras dimulai dengan aktivitas persemaian sampai proses gabah kering giling dan menjadi beras pada lahan sawah irigrasi teknis. Lahan sawah irigrasi teknis yaitu lahan yang perairannya tersedia secara terus menerus dan hanya terhenti ketika ada perbaikan saluran yang dilakukan oleh Pemerintah. Aktivitas lainnya dalam proses produksi beras yaitu persiapan benih, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Aktivitas persiapan tanam meliputi persemaian dan pengolahan tanah. Out put yang dihasilkan dari proses persiapan tanam yaitu berupa benih siap tanam dan lahan yang siap untuk ditanami. Dalam menghasilkan benih yang siap untuk ditanam diperlukan sumber daya yang berupa tenaga kerja, air irigrasi, benih, tanah, dan pupuk. Pupuk yang digunkan dalam proses pembuatan benih yaitu pupuk urea dan SP36. Sedangkan yang diperlukan dalam pengolahan lahan siap tanam yaitu tenaga kerja, tanah, traktor, cangkul,dan air irigrasi. Pengolahan lahan berfungsi untuk

(46)

mengembalikan dan meratakan tanah. Setelah pengolahan tanah menggunkan traktor, aktivitas selanjutnya dengan penataaan pematang dan perataan pinggirian sawah yang tidak terjangkau oleh traktor yang dilakukan tenaga kerja manusia menggunakan cangkul.

Proses kedua yaitu penanaman yaitu meliputi pencabutan bibit dari pesemaian dan menaman bibit. Aktivitas ini membutuhkan sumber tenaga kerja dan alat penolong berupa tali dan bambu untuk mengatur jarak tanam.

Proses selanjutnya yaitu pemeliharaan. Proses pemeliharaan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan.

Masing-masing tahapan memerlukan sumber daya yang berbeda-beda kecuali tenaga kerja. Tahapan penyemprotan memerlukan sprayer dan bahan pembantu seperti peptisida.

Proses terakhir yaitu panen dan pascapanen. Pada proses panen aktivitas yang dilakukan yaitu pengambilan padi dan perontokan padi.

Aktivitas ini memerlukan bantuan tenaga kerja,karung plastik, tali rafia dan alat perontok padi yang disebut Threser. Padi yang sudah dirontokkan kemudian dibungkus dengan karung plastik kemudian direkatkan dengan tali rafia. Sedangkan tahapan pascapanen meliputi pengeringan dan penggilingan padi menjadi beras.

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras dengan Metode FullCosting Menghitung harga pokok produksi mengakumulasi seluruh biaya yang dibebankan pada produk beras yang telah dipanen. Metode yang digunakan metode full costing. Metode full costing merupakan metode perhitungan harga pokok produksi dengan membebankan seluruh biaya

(47)

produksi mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

4.4.1 Luas Lahan padi sawah

Luas areal pertanian/luas di Desa Wates mencapai 385,05 Ha, sedangkan luas areal pertanian/ luas di Desa Undaan Kidul mencapai 530,39 Ha. Masa panen di kedua daerah tersebut yaitu 2 bulan dalam waktu setahun.

Tabel 4.1.

Luas Lahan Sawah Desa Wates

Sumber:Data Olahan 2015

Tabel 4.1 menunjukkan luas wilayah dari hasil penelitian kepada 5 (lima) petani di Desa Wates. Luas wilayah dari daerah sampel yaitu 6200m2 atau 0.62 Ha.

Tabel.4.2.

Luas Lahan Desa Undaan Kidul Nama Petani luas lahan (m2)

Sudari 10000

Harjanto 7000

Kusno 4200

Subarkah 7000

Abdul M 7000

Total 35200

rata-rata 7040 Sumber: Data Olahan 2015

Nama Petani Luas lahan (m2)

M.Zuhri 7000

Akhmad K 2800

Noor R 4200

Sunardi 7000

Kusrin 10000

Total 31000

rata-rata 6200

(48)

Tabel 4.2. menunjukkan luas lahan 5(lima) petani di Desa Undaan Kidul. Jumlah luas dari hasil penelitian yaitu 7040 m2. atau 0,7040 Ha.

Luas lahan akan mempengaruhi jumlah bibit yang akan digunakan dalam pembuatan benih. Selain itu luas lahan akan mempengaruhi banyaknya pupuk yang digunakan dalam perawatan padi.

4.4.2 Biaya Sarana Produksi

Biaya produksi yang digunakan usahatani padi meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya angkutan, pembayaran pajak sawah, biaya sewa lahan, penyusutan peralatan, dan biaya bunga modal.

Dalam melakukan usahatani padi sawah beberapa semua produksi yang digunakan yaitu bibit, pupuk, dan obat. Sarana produksi tersebut digunakan untuk memperoleh hasil panen yang memuaskan.

Biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bibit di kedua objek yaitu sama Rp. 12.000.

Dari hasil penelitian, petani di Desa Wates dan Desa Undaan Kidul menggunkan pupuk Urea, PHOSKA, SP36. Selain membeli sendiri, petani juga mendapat bantuan pupuk dari pemerintah. Petani mendapatkan bantuan pupuk PHOSKA, UREA, dan Organik.

(49)

Tabel 4.3.

Harga Pupuk

Sumber:Data olahan 2016

Dijelaskan dalam Tabel 4.3 harga pupuk setiap karung yang berisi 50 Kg pupuk.

Pupuk UREA digunakan petani untuk menutrisi dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, akar, batang, dan tunas. Manfaat lainnya dari Pupuk UREA adalah:

1. Membuat daun lebih rimbun, segar dan hijau 2. Mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman 3. Memperbanyak jumlah anakan

4. Mempercepat sintesis protein dalam tanaman 5. Meningkatkan laju fotosintesis

6. Memperbaiki sifat kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan nitrogen dalam menunjunjang pertumbuhan tanaman

Petani selalu menggunakan pupuk tersebut dalam usahatani karena manfaatnya yang banyak.

Pupuk Poshka yaitu pupuk yang berupa butiran dan berwarna merah muda yang memiliki fungsi meningkatkan produksi dan kualitas panen

Nama Pupuk Ukuran Harga

UREA 50 Kg Rp 110.000

PHOSKA 50Kg Rp 120.000

NPK 50 Kg Rp 140.000

SP36 50 Kg Rp 115.000

(50)

karena Pupuk Poshka dapat meperbesar buah dan memiliki kanduan unsur haranya cukup merata. Pupuk TSP 36 memiliki fungsi merangsang pembuahan, merangsang pembentukan biji, mempercepat pematangan buah dan memperbaiki kualitas tanaman.

Selain menggunakan pupuk untuk mendapatkan hasil tani yang baik, petani menggunakan pestisida dalam pencegahan timbulnya hama dan penyakit. Pestisida yang digunakan seperti Prevathon 50 SC,

Prevathon 50 SC adalah insektisida yang berbentuk cair dan tidak terlalu kental berwarna putih. Manfaat dari prevathon 50 SC yaitu untuk mengendalikan hama belalng, wereng, walang sangit, orong-orong, ulat grayak dan hama perusak daun.

Atonik jika dilarutkan ke dalam air berbentuk air berwarna tua. Atonik bermanfaat untuk menghambat dan menekankan berkembangnya beberapa penyakit tanaman.

Tabel 4.4.

Harga Obat-Obatan dalam Pembasmi Hama dan Penyakit Nama Obat-Obatan Jumlah Harga

Prevathon 1 liter Rp.134.000

Atonik 1 liter Rp. 67.000

Topsin 1 liter Rp. 90.000

Sumber :Data olahan,2016

Tabel 4.4 menunjukkan harga obat-obatan untuk pengendalian hama dan penyakit. Petani menggunakan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan mereka.

(51)

Tabel 4.5.

Biaya Sarana Produksi Desa Wates

Sumber:Data Olahan,2016

Tabel 4.6.

Biaya Sarana Produksi Desa Undaan Kidul

Nama Petani

luas lahan (m2)

benih (kg)

harga

@Rp12000

pupuk obat-obatan Sudari 10000 45 Rp 540.000 Rp 690.000 Rp 340.000 Harjanto 7000 30 Rp 360.000 Rp 570.000 Rp 268.000 Kusno 4200 20 Rp 240.000 Rp 345.000 Rp 134.000 Subarkah 7000 30 Rp 360.000 Rp 580.000 Rp 287.000 Abdul M 7000 30 Rp 360.000 Rp 575.000 Rp 287.000 total 35200 155 Rp1.860.000 Rp 2.760.000 Rp 1.316.000 rata-rata 7040 31 Rp 372.000 Rp 552.000 Rp 263.200

Sumber:Data Olahan,2015.

Dijelaskan dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 biaya sarana produksi yang untuk persiapan pembuatan bibit padi. Petani sudah mempunyai pedoman dalam pembuatan bibit. Setiap 1400 m2 atau per petak sawah membutuhkan 60 Kg benih

4.4.3 Biaya Tenaga Kerja

Dalam aktivitas usahatani, lancar atau tidaknya dipengaruhi oleh tenaga kerja karena tenagakerja adalah unsur terpenting dalam usahatani.

Nama Petani

luas lahan

(m2)

benih (kg)

harga

@Rp12000

Pupuk obat-obatan

M.Zuhri 7000 30 Rp 360.000 Rp 352.000 Rp 397.000 Akhmad

K

2800 12 Rp 144.000 Rp 460.000 Rp 100.500 Noor R 4200 18 Rp 216.000 Rp 500.000 Rp 67.000 Sunardi 7000 30 Rp 360.000 Rp 610.000 Rp 127.000 Kusrin 10000 45 Rp 540.000 Rp 690.000 Rp 437.000 Total 31000 135 Rp 1.620.000 Rp2.612.000 Rp1.128.500 Rata-

rata

6200 27 Rp 324.000 Rp 522.400 Rp 225.700

(52)

Diwilayah penelitian tenagakerja digunakan dalam aktivitas persemaian, pengolahan lahan, panen, hingga pasca panen.

Tabel4.7.

Biaya Tenaga Kerja Persemaian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Wates

Nama

Petani Persemaian

Pengolahan

tanah Pemeliharaan

M.Zuhri Rp 770.000 Rp 590.000 Rp 720.000 Akhmad K Rp 320.000 Rp 200.000 Rp 360.000 Noor R Rp 510.000 Rp 270.000 Rp 540.000 Sunardi Rp 770.000 Rp 470.000 Rp 480.000 Kusrin Rp 1.030.000 Rp 730.000 Rp 600.000 Total Rp 3.400.000 Rp 3.880.000 Rp 2.700.000 Rata-Rata Rp 680.000 Rp 776.000 Rp 540.000 Sumber: Data olahan, 2016

Tabel .4.8.

Biaya Tenaga Kerja Persemian, Pengolahan Lahan, dan Pemeliharaan Desa Undaan Kidul

Nama

Petani Persemaian Pengolahan

tanah Pemeliharaan

Sudari Rp 1.460.000 Rp 640.000 Rp 900.000

Harjanto Rp 1.000.000 Rp 350.000 Rp 750.000

Kusno Rp 640.000 Rp 200.000 Rp 400.000

Subarkah Rp 1.000.000 Rp 300.000 Rp 550.000

Abdul M Rp 1.000.000 Rp 400.000 Rp 900.000 Total Rp 5.100.000 Rp 5.390.000 Rp 3.500.000 Rata-rata Rp 1.020.000 Rp 1.078.000 Rp 700.000 Sumber:Data olahan, 2016

Menurut Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 terjadi perbedaan biaya tenaga kerja kedua daerah sample. Biaya pembuatan benih di Desa Wates Rp.60.000 per tenaga kerja, sedangkan biaya pembuatan benih di Desa Undaan Kidul Rp.50.000 per tenaga kerja. Upah tersebut sudah termasuk makan dan minum. Biaya penanaman padi di Desa Wates menggunakan

(53)

sistem borongan, yaitu setiap per petak sawah atau per 1400 m2 membutuhkan biaya Rp.130.000. Namun di Desa Undaan Kidul Rp.45.000 per tenaga kerja dan setiap 1(satu) petak sawah membutuhkan 4(empat) tenaga kerja.

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan bantuan traktor.

Biaya untuk penyewaan traktor sudah termasuk upah tenaga kerja pengguna traktor. Pembayaran sudah ada pedomannya yaitu untuk per petak sawah atau 1400 m2 untuk Desa Wates Rp.70.000 sedangkan di Desa Undaan Kidul Rp.50.000. Di Desa Wates upah yang telah dipatok sebesar Rp.60.000 per tenaga kerja dan di Desa Undaan Kidul Rp.50.000 per tenaga kerja, upah tersebut sudah termasuk makan dan minum.

Upah tenaga kerja dala proses pemeliharaan yang mencakup pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Upah yang diberikan di daerah penelitian sama seperti upah tenaga kerja lainnya yaitu Rp 60.000 dan Rp 50.000

Tabel .4.9.

Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Wates Narasumber Pengambilan Padi Pengangkutan

(kuli)

M.Zuhri Rp 2.750.000 Rp 175.000 Akhmad K Rp 1.100.000 Rp 66.500 Noor R Rp 1.650.000 Rp 168.000 Sunardi Rp 2.750.000 Rp 159.950 Kusrin Rp 3.850.000 Rp 183.750 Total Rp 12.100.000 Rp 753.200 Rata-rata Rp 2.420.000 Rp 150.640 Sumber: Data Diolah,2016

(54)

Tabel. 4.10

Biaya Tenaga Kerja Panen Desa Undaan Kidul

Narasumber Pengambilan Padi Pengangkutan (kuli) Sudari Rp 4.200.000 Rp 268.000 Harjanto Rp 3.000.000 Rp 194.000 Kusno Rp 1.800.000 Rp 72.000 Subarkah Rp 3.000.000 Rp 140.000 Abdul M Rp 3.000.000 Rp 180.000 Total Rp 15.000.000 Rp 854.000 Rata-rata Rp 3.000.000 Rp 170.800 Sumber: Data olahan,2016

Tabel4.11.

Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Desa Wates Narasumber Penjemuran Penggilingan M.Zuhri Rp 6 00.000 Rp 2.000.000 Akhmad K Rp 300.000 Rp 760.000 Noor R Rp 600.000 Rp 1.920.000 Sunardi Rp 600.000 Rp 1.828.000 Kusrin Rp 600.000 Rp 2.100.000

Total Rp2.700.000 Rp 8.608.000

Rata-rata Rp540.000 Rp 1.721.600 Sumber:Data Olahan,2016

Tabel.4.12.

Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Dsa Undaan Kidul

Narasumber Penjemuran Penggilingan

Sudari Rp 750.000 Rp 2.680.000 Harjanto Rp 600.000 Rp 1.940.000 Kusno Rp 300.000 Rp 720.000 Subarkah Rp 600.000 Rp 1.400.000 Abdul M Rp 600.000 Rp 1.800.000 Total Rp 2.850.000 Rp 8.540.000 Rata-rata Rp 570.000 Rp 1.708.000 Sumber:Data Olahan,2016

Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 menunjukkan biaya tenaga kerja penjemuran dan penggilingan. Kedua derah sampel untuk biaya tenaga kerja penjemuran sama yaitu Rp.75.000. Pedoman di kedua desa untuk biaya penggilingan juga sama yaitu Rp.400 per Kg.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual Menggunakan metode yang
Tabel 4.1 menunjukkan luas wilayah dari hasil penelitian kepada  5  (lima)  petani  di  Desa  Wates
Tabel  4.11  dan  Tabel  4.12  menunjukkan  biaya  tenaga  kerja  penjemuran  dan  penggilingan
Tabel  4.15  dan  Tabel  4.16  menunjukkan  biaya  pengangkutan  di  kedua desa.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari empat hal ini terutama pada poin yang terakhir menunjukkan bahwa agama akan menyegarkan cinta seseorang bukan membatasi cinta seseorang, keunikan inilah yang

Dengan memahami penjelasan dari kedua ayat di atas, maka “ma £ al” dan “uswah” dapat mengarahkan pemikiran kita bahwa dalam upaya membina pribadi

Penelitian dilaksanakan pada April hingga Oktober 2012 dengan mengambil tanaman terinfeksi bulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa

Penyusunan SK Dirjen IUBTT tentang penunjukan surveyor pelaksana verifikasi program Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi, Ramah Lingkungan dan Harga.2. Pengembangan

informasi administrasi pasien rawat jalan, sehingga dapat mengatasi masalah yang ada pada sistem lama; Sistem Informasi ini membantu pihak administrasi dalam

Adapun tujuan worskshop ini yang pertama adalah untuk mendorong hak-hak Penyandang Disabilitas untuk mendapatkan penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan

Pelaksanaan penjelasan tanda dan gejala penyakit di ruang rawat inap RS C, frekuensi tertinggi yaitu berkategori tidak dilakukan sebanyak 58 responden (90,6%) dan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh wanita yang bekerja masih dapat mengikuti kegiatan untuk berkumpul bersama dengan wanita- wanita yang tidak bekerja sebagai buruh