• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada bulan Mei sampai November 2014 yang meliputi kegiatan mulai dari persiapan, penyusunan proposal, pengumpulan data sekunder dan primer, pengolahan dan analisis data, penulisan laporan, konsultasi dan bimbingan. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014.

Lokasi penelitian adalah KPHP Model Kerinci yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Lokasi wilayah KPHP Model Kerinci tersebar di 13 Kecamatan dari total 16 Kecamatan di Kabupaten Kerinci yang dapat dilihat pada Peta Kawasan Hutan Kabupaten Kerinci di Gambar 2.

17 Adapun luas KPHP Model Kerinci berdasarkan fungsi kawasan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas KPHP Model Kerinci berdasarkan Fungsi Kawasan

Wilayah KPH Luas (ha) Fungsi Kawasan Hutan

Sesuai SK 960/Menhut-II/2013 34.250 Hutan Produksi Tanpa KH di Kota Sungai Penuh 33.309 Hutan Produksi

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dan kuisioner dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka dan data-data dari instansi terkait. Jenis dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, Sumber dan Teknik Analisis Data untuk setiap Tujuan Penelitian

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Analisis Teknik Output

1 Mengkaji peranan KPHP Model Kerinci dalam pengembangan wilayah Kab. Kerinci Data PDRB Kab. Kerinci, Data potensi Sumberdaya Hutan Kab.Kerinci BPS, Dishutbun Kab. Kerinci, Masyarakat Nilai Ekonomi Total Informasi Peranan KPHP Model dalam pengembangan wilayah Kab. Kerinci 2 Menganalisis model kelembagaan KPHP Model Kerinci Rancang bangun KPHP Model Kerinci, RTRW Kab. Kerinci, Renstra Dishutbun Kab. Kerinci, Persepsi Stakeholder Dishutbun Kab. Kerinci, Bappeda Kab. Kerinci, LSM, Masyarakat, Akademisi Analisis Deskriptif Model kelembagaan KPHP Model Kerinci 3 Menganalisis kesiapan daerah dalam pembangunan KPHP Model Kerinci Kuisioner, Persepsi stakeholder Dishutbun Kab. Kerinci, Bappeda Kab. Kerinci, Dinas Pertanian Kab. Kerinci, BBTNKS, BP2HP Wilayah IV Jambi LSM, Masyarakat, Akademisi AHP Informasi tingkat kesiapan daerah dalam pelaksanaan KPHP Model Kerinci

18

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : 1. Studi literatur dan data sekunder

Data sekunder meliputi rancang bangun KPH Provinsi Jambi, data kondisi kawasan hutan, gambaran umum kawasan KPHP Model Kerinci, Peta RTRW Kabupaten Kerinci, Renstra Kehutanan Kabupaten Kerinci, laporan kegiatan, peraturan pendukung KPHP dan data kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar KPHP, dan sebagainya yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Data Primer

Data dan informasi primer diperoleh melalui wawancara secara mendalam dari responden dengan panduan kuisioner untuk mengetahui persepsi daerah tentang kelembagaan KPHP Model Kerinci dan Kesiapan Daerah dalam pembangunan KPHP Model Kerinci. Beberapa pihak yang menjadi responden antara lain Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci, Bappeda Kabupaten Kerinci, kelompok masyarakat, akademisi dan stakeholder lain yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

Metode Analisis Data

Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan antara lain :

Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Hutan pada Wilayah KPHP Model Kerinci

Nilai Ekonomi Total (NET) dalam penelitian ini digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji peranan KPHP Model Kerinci dalam pengembangan wilayah Kabupaten Kerinci. Metode penilaian ekonomi yang digunakan yaitu metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian dengan willingness to pay (WTP).

Nilai Ekonomi Total yang digunakan dalam penelitian ini mengklasifikasikan nilai hutan ke dalam : (1) Nilai guna langsung (direct use values), yaitu nilai ekonomi kayu bulat, nilai ekonomi agroforestri; (2) Nilai guna tidak langsung (indirect use values), yaitu nilai jasa lingkungan sebagai pengatur tata air, penyerap karbon, pengatur iklim, pencegah erosi dan longsor, pencegah banjir.

a. Nilai Ekonomi Kayu Bulat

Penilaian ekonomi kayu bulat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa data potensi kayu dan luas KPHP Model Kerinci. Metode penilaian kayu bulat dilakukan berdasarkan harga pasar.

NKB = JKT x L x P Keterangan :

NKB : Nilai ekonomi Kayu Bulat (Rp/tahun) JKT : Jumlah Kayu yang boleh ditebang (m3/ha) L : Luas hutan sekunder (ha)

19 b. Nilai Ekonomi Agroforestri

Nilai ekonomi agroforestri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi jenis-jenis tanaman kehutanan, perkebunan dan pertanian yang dominan ditanam oleh petani pada areal KPHP Model Kerinci. Metode penilaian ekonomi agroforestri dilakukan berdasarkan harga pasar dan dengan asumsi proporsi tanaman yang ditanam setiap hektar.

c. Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan

Penilaian ekonomi jasa lingkungan dilakukan dengan metode analisis

Willingness to Pay (WTP) responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner. Jumlah responden untuk WTP sebanyak 60 responden.

Analisis Kelembagaan KPH

Analisis kelembagaan pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif yang diarahkan untuk mendapatkan gambaran dan situasi kelembagaan KPHP saat ini dan merekomendasikan pengembangan model kelembagaan dalam pengelolaan KPHP Model Kerinci. Analisis kelembagaan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholders yang terlibat dalam Kelembagaan KPHP Model Kerinci, Model Kelembagaan KPHP Model Kerinci saat ini, dan Pengembangan Model Kelembagaan KPHP Model Kerinci. Responden dipilih secara sengaja yaitu stakeholder dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci, Kementerian Kehutanan, Bappeda Kabupaten Kerinci, Dinas Pertanian Kabupaten Kerinci, LSM/Pemerhati Lingkungan, Akademisi, dan Masyarakat.

Analisis Kesiapan Daerah dalam Pembangunan KPHP Model Kerinci

Analisis kesiapan daerah dalam pembangunan KPHP Model Kerinci dilakukan dengan menggunakan alat AHP (Analytical Hierarchy Process). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan variabel yang lain. Dengan berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).

Responden dalam analisis ini dipilih secara sengaja berdasarkan jabatan, profesi, pengetahuan dan pengalaman. Responden yang dipilih adalah para pihak yang memiliki ketertarikan terhadap keberadaan KPHP Model Kerinci.

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan adalah : (1) mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah, (2) membuat struktur hirarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Pendekatan AHP menggunakan skala banding berpasangan menurut Saaty (1993). Skala banding berpasangan tersebut disajikan pada Tabel 3.

20

Tabel 3 Skala banding secara berpasangan Intensitas

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya Sumber peran dua elemen sama besar pada sifat tersebut (dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan.

3 Elemen satu sedikit lebih

penting daripada yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lain.

5 Elemen satu lebih penting

dibanding yang lain Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas yang lain.

7 Elemen satu jelas lebih penting

dari elemen yang lain Satu elemen dengan kuat dominasinya telah terlihat dalam praktek.

9 Elemen satu mutlak lebih

penting dari elemen yang lain Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8

kebalikan Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j

mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Nilai ini diberikan bila dua kompromi di antara dua pilihan.

Sumber: Saaty (1993)

Tahapan pelaksanaan AHP menurut Saaty (1993) sebagai berikut :

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan responden yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang dimulai dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada kriteria paling bawah.

3. Perbandingan berpasangan menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan kriteria setingkat di atasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan

judgement atau pendapat dari responden yang dianggap sebagai key person.

Mereka dapat sebagai : 1) Pengambil keputusan; 2) para pakar; serta 3) orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.

21 Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut :

C1 C2 ... Cn

C1 1 a12 ... a1n

A = (aij) = C2 1/a12 1 ... a2n

... ... ... ... ...

Cn 1/a1n 1/a2n ... 1

Dalam hal ini C1, C2, ..., Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan C1 terhadap Cj.

4. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometri elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat.

5. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden.

6. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.

Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

Dalam AHP dipergunakan skala Saaty mulai dari 1, yang menggambarkan atribut yang satu terhadap yang lain sama penting. Untuk atribut yang sama selalu bernilai 1 sampai 9, yang menggambarkan satu atribut sangat penting terhadap atribut yang lainnya. Jika hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai CR < 0,10 artinya penilaian pada pengisian kuisioner tergolong konsisten, sehingga nilai bobotnya dapat digunakan. Analisis data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak “Expert Choice 2000”.

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Dokumen terkait