• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.4. Metode Analisis Data

Sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik) seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang (Hasan, 2002).

Variabel penelitian yang diukur dengan skala Likert ini dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item – item instrument ini, bisa berbentuk pernyataan maupun pertanyaan. Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban tersebut diberi skor.

a. Sangat setuju, dengan skor 5

b. Setuju, dengan skor 4

c. Kurang setuju, dengar skor 3 d. Tidak setuju, dengan skor 2 e. Sangat tidak setuju, dengan skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau checklist (Hasan, 2002).

Untuk menjawab perumusan masalah, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) dengan keputusan pembelian Pisang Pasir Wais.

Pengujian yang dilakukan peneliti menggunakan program SPSS 24 sebagai alat analisis.

Selain itu, untuk mengetahui gambaran secara umum objek penelitian, khususnya mengenai karakteristik responden dan deskripsi jawaban responden terhadap sejumlah pertanyaan yang disebarkan melalui kuesioner maka dilakukan penelitian deskriptif yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sugiyono,2011).

1. Uji Korelasi

Uji korelasi akan mencari besarnya hubungan dan arah hubungan. Nilai korelasi berkisar dalam rentang 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif menunjukkan arah perubahan yang sama. Jika satu variabel naik, variabel yang lain naik.Demikian pula sebaliknya.Tanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawanan. Jika satu variabel naik, variabel yang lain malah turun. Nilai korelasi yang didapatkan dalam uji adalah nilai korelasi sampel (Situmorang, 2008).

2. Uji Bivariate

Uji Bivariate digunakan untuk menguji hubungan dua variabel bertipe ordinal dan skala.Ada tiga macam Uji Bivariate.Uji Pearson digunakan untuk mengukur hubungan dengan data berdistribusi normal (Parametrik).Uji Kendall dan Spearman mengukur hubungan antarvariabel berdasarkan rangking, tidak memandang distribusi variabel (Non Parametrik) (Situmorang, 2008).

3. Rank Spearman

Korelasi Spearman ini digunakan untuk tipe data yang mempunyai skala ordinal sehingga objek yang diteliti dimungkinkan untuk diberi rangking atau jenjang (Situmorang , 2008).

Spearman digunakan jika kita ingin mengukur kuatnya hubungan di antara dua variabel, dimana data tidak berdasarkan pasangan nilai data yang sebenarnya, tetapi berdasarkan rangkingnya (Sarjono dan Winda, 2011).

Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman di = Selisih skor antara dua variabel n = Jumlah konsumen sampel

Diuji dengan uji signifikansi, dengan rumus sebagai berikut :

t = rs

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika signifikansi ≥ α (0,05); H0 diterima; H1 ditolak (tidak ada hubungan) Jika signifikansi < α (0,05); H0 ditolak; H1 diterima (ada hubungan) (Supriana, 2010)

Untuk mengetahui tingkat hubungan dalam korelasi, maka perhatikan tabel berikut ini:

Tabel 4. Interpretasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sempurna

0,60 – 0,799 Korelasi Sangat Kuat

0,40 – 0,599 Korelasi Kuat

0,20 – 0,399 Korelasi Cukup

0,00 – 0,199 Korelasi Lemah

Sumber: Sarjono dan Winda (2011)

Menurut Sarjono dan Winda (2011) untuk mencari besarnya kekuatan pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan rumus sebagai berikut:

KP = r² x 100%

Dimana:

KP = Kekuatan pengaruh r = Nilai korelasi sampel

Untuk mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X terhadap variabel Y maka dilakukan uji signifikansi sebagai berikut:

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 < Sig. ) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak signifikan.

2. Jika nilai probabilitas lebih besar daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 > Sig. ) maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya signifikan (Sarjono dan Winda, 2011).

Hipotesis:

H0 : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y.

H1 : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y (Sarjono dan Winda, 2011)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat beberapa definisi dan batasan operasional yaitu sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi Operasional

1. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.

2. Produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk dalam peneltian ini adalah Pisang Pasir Wais.

3. Harga adalah beban atau nilai bagi konsumen yang didapatkan dengan memperoleh dan menggunakan suatu produk.

4. Tempat adalah cara-cara penyaluran dan penanganan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen. Lokasi penjualan Pisang Pasir Wais terletak di Kota Medan.

5. Promosi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk memacu tingkat permintaan terhadap produk yang dipasarkan.

6. Keputusan pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Medan.

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019.

3. Sampel penelitian adalah konsumen Pisang Pasir Wais yang secara kebetulan dijumpai oleh peneliti di daerah penelitian

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten / Kota di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km . Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli Kota Medan terletak antara 3º.27º - 3º.47º lintang utara dan 98º .35º - 98º.44º bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km².

Adapun batas – batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Luas Kota Medan tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal setiap kilometer perseginya. Berdasarkan Kecamatannya, Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan yang memiliki luasan wilayah yang sangat beragam. Kecamatan dengan luasan wilayah terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 km², sedangkan kecamatan dengan luasan wilayah terbesar adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 km². Luas Kecamatan di Kota Medan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2017

Sumber : BPS. Kota Medan Dalam Angka 2018

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa luas Kota Medan adalah 265,10 km² dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 km² atau 13,83% dari luas keseluruhan Kota Medan.

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.247.425 jiwa yang tersebar di Kecamatan di Kota Medan. Jumlah dan persentase penduduk Kota Medan diperlihatkan pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis

Total 1.110.000 1.137.465 2.247.425

Sumber : BPS. Kota Medan Dalam Angka 2018.

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan di Kota Medan lebih banyak dibandingkan penduduk yang berjenis kelamin laki – laki yaitu 1.137.465 jiwa disbanding 1.100.000 jiwa.

4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Berikut merupakan komposisi penduduk di Kota Medan beradarkan usia yang digolongkan berdasarkan jenis kelaminnya.

Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Usia Tahun 2017

Total 1.100.000 1.137.425 2.247.425

Sumber : BPS. Kota Medan Dalam Angka 2018

Dari Tabel 7 menunjukkan jumlah usia non produktif (0-14 Tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja sebanyak 582.191 jiwa (25,90%). Jumlah usia produktif yaitu 15-54 tahun sebanyak 1.411.094 jiwa (62,79%). Sedangkan usia manula >55 tahun adalah 254.140 jiwa (11,31%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Konsumen Pisang Pasir Wais di Kota Medan

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen Pisang Pasir wais yang melakukan kegiatan pembelian di tempat yang telah ditentukan dalam penelitian.

Karakteristik sampel ini meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Secara rinci, masing-masing karakteristik konsumen dapat dilihat sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 88 berikut ini:

Tabel 8. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 53 51

2 Perempuan 51 49

Jumlah 104 100%

Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah laki – laki dalam membeli Pisang Pasir Wais lebih besar yaitu 53 jiwa dengan persentase 51% dibandingkan jumlah pembelian yang dilakukan oleh perempuan yang hanya sebesar 51 jiwa dengan persentase 49%.

2. Umur

Karakteristik konsumen berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa umur konsumen yang paling banyak dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais berada pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah sebesar 54 jiwa dimana persentase sebesar 52% dan kelompok umur terkecil dalam melakukan pembelian yaitu kelompok umur 35-39 tahun dengan jumlah 4 jiwa dimana persentasenya sebesar 3,8%.

3. Tingkat Pendidikan

Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 0 0

Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan konsumen yang paling banyak dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais berada pada tingkat SMA dengan jumlah sebesar 40 jiwa dimana persentase sebesar 38,5% dan tingkat

pendidikan dalam melakukan pembelian terkecil yaitu tingkat SMP dengan jumlah 5 jiwa dimana persentasenya sebesar 4,8%.

4. Pekerjaan

Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 55 52,9

2 Ibu Rumah Tangga 7 6,7

3 BUMN/Pegawai Negeri 14 13,5

4 Pegawai Swasta 13 12,5

5 Wiraswasta/Pengusaha 15 14,4

6 Lainnya 0 0

Jumlah 104 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa pekerjaan konsumen yang paling banyak dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais berada pada tingkat pelajar/mahasiswa dengan jumlah sebesar 55 jiwa dimana persentase sebesar 52,9% dan pekerjaan dalam melakukan pembelian terkecil yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 7 jiwa dimana persentasenya sebesar 6,7%.

5.2 Hubungan Antara Bauran Pemasaran Dengan Keputusan Pembelian Pisang Pasir Wais

Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari variabel produk, harga, tempat dan promosi.Bauran Pemasaran yang akan diuji adalah produk , harga , tempat , dan promosi. Bauran Pemasaran ini diukur dalam skala data ordinal. Bauran Pemasaran ini diduga memiliki hubungan dengan keputusan pembelian Pisang pasir Wais. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan

masing-masing bauran pemasaran dengan keputusan pembelian maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman yang diuraikan berikut ini:

5.2.1 Hubungan Produk dengan Keputusan Pembelian

Produk merupakan salah satu bauran pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pembelian dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais. Berdasarkan bauran pemasaran yang ada, variabel produk ini memiliki indikator merek, kualitas, kemasan dan rasa.

Untuk melihat hubungan antara produk dengan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Hubungan Produk dengan Keputusan Pembelian Bauran

Pemasaran

Spearman’s rho Keputusan

Pembelian

Merek Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

,018 ,859 104 Kualitas Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

,228* ,020 104

Produk Kemasan Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

,129 ,193 104

Rasa Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 3 (diolah)

a. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 104 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara indikator produk (merek) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,859 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat

keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,018.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (merek) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

b. Indikator produk (kualitas) dengan keputusan pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,020 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,228.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (kualitas) Pisang Pasir Wais berhubungan dengan keputusan pembelian.

c. Indikator produk (kemasan) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,193 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,129.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (kemasan) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

d. Indikator produk (rasa) dengan keputusan pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,011 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,247.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (rasa) Pisang Pasir Wais berhubungan dengan keputusan pembelian.

5.2.2 Hubungan Harga dengan Keputusan Pembelian

Harga merupakan salah satu bauran pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pembelian dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais. Berdasarkan bauran pemasaran yang ada, variabel harga ini memiliki indikator keterjangkauan harga, dan kesesuaian kualitas dengan harga

Untuk melihat hubungan antara harga dengan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Hubungan Harga dengan Keputusan Pembelian Bauran Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 4 (diolah)

a. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 104 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara indikator harga (keterjangkauan harga) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,148 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,143.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (keterjangkauan harga) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

b. Indikator harga (kesesuaian kualitas dengan harga) dengan keputusan pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,330.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (kesesuaian kualitas dengan harga) Pisang Pasir Wais berhubungan dengan keputusan pembelian.

5.2.3 Hubungan Tempat dengan Keputusan Pembelian

Tempat merupakan salah satu bauran pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pembelian dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais. Berdasarkan bauran pemasaran yang ada, variabel produk ini memiliki indikator lokasi gerai, kenyamanan gerai, suasana dan dekorasi pada gerai, spesialisasi produk pada gerai, persediaan produk pada gerai dan tata letak gerai.

Untuk melihat hubungan antara tempat dengan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Hubungan Tempat dengan Keputusan Pembelian Bauran

Pemasaran

Spearman’s rho Keputusan

Pembelian Lokasi gerai Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

,110 ,266 104 Kenyamanan gerai Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

Suasana dan dekorasi pada gerai Tata letak gerai Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

,012 ,905 ,104 Keputusan pembelian Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

1,000 . 104 Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5 (diolah)

a. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 104 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara indikator tempat (lokasi gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.266 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,110.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (lokasi gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

b. Indikator tempat (kenyamanan gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,116 atau lebih besar

dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,155.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (kenyamanan gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

c. Indikator tempat (suasana dan dekorasi pada gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,058 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,186.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (suasana dan dekorasi pada gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

d. Indikator tempat (spesialisasi produk pada gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,080 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,172.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (spesialisasi produk pada gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

e. Indikator tempat (persediaan produk pada gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,753 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,031.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (persediaan produk pada gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

f. Indikator tempat (tata letak gerai) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,905 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,012.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (tata letak gerai) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

5.2.4 Hubungan Promosi dengan Keputusan Pembelian

Promosi merupakan salah satu bauran pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pembelian dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais.

Berdasarkan bauran pemasaran yang ada, variabel produk ini memiliki indikator personal penjualan, dan promosi penjualan.

Untuk melihat hubungan antara promosi dengan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15. Hubungan Promosi dengan Keputusan Pembelian

Personal penjualan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

,294**

,002 104 Promosi penjualan Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 6 (diolah)

a. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 104 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara indikator promosi (personal penjualan) dengan keputusan pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.002 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,294.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (personal penjualan) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

b. Indikator promosi (promosi penjualan) dengan keputusan pembelian adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,097 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,164.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa indikator (promosi penjualan) Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Indikator kualitas dan rasa Pisang Pasir Wais berhubungan nyata dengan keputusan pembelian, sedangkan merek dan kemasan tidak berhubungan nyata dengan keputusan pembelian dan berhubungan positif.

2. Indikator keterjangkauan harga Pisang pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian, sedangkan kesesuaian kualitas dengan harga berhubungan nyata dengan keputusan pembelian dan berhubungan positif.

3. Indikator lokasi gerai, kenyamanan gerai, suasana dan dekorasi pada gerai, spesialisasi produk pada gerai, persediaan produk pada gerai, dan tata letak gerai Pisang Pasir Wais tidak berhubungan dengan keputusan pembelian namun berhubungan positif.

4. Indikator personal penjualan Pisang Pasir wais berhubungan nyata dengan keputusan pembelian, sedangkan promosi penjualan tidak berhubungan nyata dan berhubungan positif.

6.2 Saran

1. Pengusaha Pisang Pasir Wais

Pihak Pisang Pasir Wais perlu meningkatkan kepuasan konsumen dengan terus berinovasi dalam membuat strategi pemasaran khususnya strategi tempat yang memerlukan penanganan khusus agar sesuai dengan keinginan konsumen sehingga akan tercipta kepuasan yang akan berhubungan kepada keputusan konsumen dalam melakukan pembelian Pisang Pasir Wais.

Contoh lainnya yaitu dengan berinovasi dalam menciptakan varian rasa

produk Pisang Pasir Wais lainnya sehingga dengan adanya varian rasa yang berbeda dengan pesaing lainnya maka akan meningkatkan volume pembelian konsumen.

2. Pemerintah

Pemerintah diharapkan membantu dalam melakukan media promosi (brosur) agar usaha ini dapat meluas sehingga mendorong pembelian dalam volume besar oleh konsumen Pisang Pasir Wais.

3. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor lainnya dalam pemasaran yang memiliki hubungan dengan keputusan pembelian baik untuk produk Pisang Pasir wais maupun produk lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2007. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi. Edisi 1.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Assauri, S. 2013. Strategic Marketing: Sustaining Lifetime Customer Value. Edisi 1.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BPPP, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pertanian. Jakarta:

Departemen Pertanian.

Dawood, A. K. 2016. Impact Of Marketing Mix On Consumer Buying Behavior In Organic. Bharathiar University. Tamil Nadu.

Hasan, M. I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.Edisi 1.Ghalia Indonesia. Jakarta.

Herlambang, S. dan Bambang, H. M. 2014.Pengantar Ilmu Bisnis: Cara Mudah Memahami Ilmu Bisnis. Edisi 1. Parama Publishing. Yogyakarta.

Istanto, Y. 2007. Pengaruh Intervensi Pelayanan dan Disain Fasilitas Pelayanan Terhadap Minat Pembelian Ulang.Journal Balance Economics, Business, Management and Accounting.

Kotler P. dan Gary A. 2001.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 8.Erlangga. Jakarta.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Dokumen terkait