• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.6 Metode Analisis Data

1. Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian

Pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan berdasarkan penilaian

persepsi pegawai PD Kebersihan dan Masyarakat Kota Bandung melalui 5 (lima)

pilihan jawaban yang memiliki skor 1 sampai 5. Hasil penilaian berdasarkan

persepsi responden penelitian ini kemudian diolah untuk memperoleh prosentase

berdasarkan pilihan jawaban, sehingga diperoleh prosentase terbanyak yang

dijadikan acuan dalam menetapkan hasil pengukuran terhadap variabel penelitian.

2. Factor Analysis

Pada tahap analisis, data diolah dan diproses menjadi kelompok-

kelompok, diklasifikasikan, dikategorikan dan dimanfaatkan untuk memperoleh

kebenaran sebagai jawaban dari masalah dalam hipotesis penelitian yang diajukan

dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk mengungkapkan

faktor utama yang merupakan variabel penyebab atau independentvariable yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah

dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Bandung. Dalam

statistika, metode analisis yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah

analisis faktor berkaitan dengan komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur

birokrasi yang merupakan faktor penentu kebijakan berdasarkan teori Edward III

(1980) yang diterapkan pada pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah.

Prinsip kerja analisis faktor digunakan dalam pengolahan data penelitian

yang bertujuan untuk mengelompokkan dan mereduksi suatu varibel penelitian.

Hasil analisis faktor yang berbentuk kelompok faktor berdasarkan variabel

penelitian yang lebih sederhana dengan informasi yang lebih baik yang diberikan

oleh variabel penelitian. Analisis faktor adalah model matematik yang berfungsi

menjelaskan hubungan antara kumpulan besar variabel menjadi bentuk kumpulan

yang kecil berdasarkan faktor-faktor yang terbentuk. Gambar 2 menjelaskan

prinsip kerja analisis faktor.

Solusi Empat Faktor

Gambar 2 Ilustrasi Solusi Empat Faktor Hasil Reduksi, Pengelompokkan dan Pengurutan Sumber: Hasil Kajian Kesesuaian dengan

Penelitian yang Dilakukan (modifikasi Dillon, 1984)

Keterangan:

X1 = Komunikasi

X1.1 = Kejelasan Penerimaan Informasi Kebijakan Pengelolaan Sampah

X1.2 = Pengetahuan Melaksanakan Tugas dalam Kebijakan Pengelolaan Sampah X1.3 = Kecepatan Menerima Informasi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah X1.4 = Frekuensi Penerimaan Informasi Kebijakan Pengelolaan Sampah

X1.5 = Kesesuaian Pelaksanaan dengan Pedoman Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah

X1.6 = Kecepatan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah

X2 = Sumberdaya

X2.1 = Kemudahan Perolehan Informasi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah X2.2 = Ketersediaan Peralatan Pendukung Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan

Sampah

X2.3 = Kemampuan Sumberdaya Pengelola Persampahan

X3 = Disposisi atau Sikap Pelaksana Pengelola Persampahan

X3.1 = Pemahaman Pengelola dalam Kebijakan Pengelolaan Sampah X3.2 = Pengetahuan Pengelola dalam Pekerjaannya

X3.3 = Penerapan Pengelola dalam Melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Sampah X3.4 = Kesopanan dan Kejujuran Pengelola Persampahan

X3.5 = Komitmen Pengelola Persampahan dalam Menjalankan Tugas X3.6 = Prioritas Keberhasilan Kebijakan Pengelolaan Sampah

X4 = Struktur Birokrasi Pengelolaan Persampahan

X4.1 = Kejelasan Pembagian Tugas Pengelolaan X4.2 = Tanggung Jawab Pelaksana Persampahan X4.3 = Kejelasan Wewenang Pelaksana Persampahan X4.4 = Kejelasan Koordinasi Pelaksana Persampahan

Analisis Faktor digunakan dengan melakukan validasi. Metoda ini berguna

untuk menghitung keterkaitan (korelasi) antar variabel-variabel penyebab yang

membentuk variabel akibatnya.

Variabel yang akan digunakan adalah variabel yang mempunyainilai lebih

besar dari 0,3. Besarnya angka 0,3 tersebut di dasarkan kepada pendapat dillon

dan goldstein (1984) yang menyatakan bahwa variabel yang mempunyai nilai 0,3

dapat digunakan sebagai variabel bermakna.

3. Analisis AHP dan SWOT (AWOT)

Analisis ini merupakan perpaduan antara Analitic Hierarchy Process

(AHP) dan SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, and Threat). Analisis SWOT

menjadi suatu alat kekuatan untuk mencari dan menemukenali potensi dalam

kebijakan pengelolaan sampah sebagai kekuatan yang dimiliki. Hasil analisis ini

dapat dijadikan sebagai landasan strategi untuk mencapai keberlangsungan

pembangunan terutama dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung dengan

menggambarkan pengaruh, tindakan yang diperlukan, untuk mencapai keluaran

yang diinginkan (Moughtin,1990). Tujuan akhir dari analisa ini adalah untuk

memilih strategi yang efektif untuk memaksimalkan keunggulan kekuatan/potensi

dan memanfaatkan peluang serta pada saat yang sama meminimalkan pengaruh

kelemahan dan ancaman yang dihadapi (Diklat Manajemen Perkotaan, 1999).

Analisis SWOT tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengetahuan

mengenai sejarah wilayah studi dan pengetahuan faktor baik eksternal maupun

internal yang ada di perkotaan (Moughtin, 1999). Analisis SWOT di sini akan

mengidentifikasikan faktor internal wilayah sebagai kekuatan dan kelemahan, dan

faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman, matriks SWOT sebagai rangkuman

dari faktor eksternal dan internal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman,

kekuatan dan kelemahan.

Matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor internal dan eksternal yang

dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dimana analisis ini

memungkinkan untuk diformulasikan dan dirumuskan suatu strategi yang sesuai

dengan visi dan misi dari kebijakan pengelolaan sampah yang ditetapkan.

Kerangka Analisis SWOT ditampilkan pada Tabel 3.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk membantu

perumusan strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya sebagai

kerangka acuan logis yang dijadikan pedoman pembahasan sistematik tentang

situasi dan kondisi pengelolaan sampah serta alternatif-alternatif pokok yang

mungkin dipertimbangkan dalam pengelolaan sampah perkotaan. Analisis SWOT

yang sistematik dapat dilakukan untuk semua aspek situasi dalam pengelolaan

sampah. Sebagai hasil analisis ini memberikan kerangka yang dinamik serta

bermanfaat untuk analisis strategik.

Dalam proses pengambilan keputusan publik, seringkali sumber kerumitan

masalah keputusan bukan hanya pada ketidakpastian atau ketidaksempurnaan

informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap

pilihan-pilihan yang ada serta beragamnya kriteria pemilihan tersebut (Saaty dan

Vargas, 1994). Dengan adanya berbagai alternatif pemilihan keputusan tersebut,

masalah mendasar pengambilan keputusan publik adalah bagaimana menentukan

bobot penilaian untuk suatu kriteria yang digunakan menurut kepentingan

tertentu.

Tabel 3 Kerangka Analisis SWOT

Strengths (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)

Kekuatan diukur berdasarkan situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan PD Kebersihan Kota Bandung memenuhi keuntungan stratejik dalam mencapai visi dan misi. Kekuatan dalam pelaksanaan kebijakan

pengelolaan

sampah ini berupa keberadaan sumberdaya, keunggulan pelaksana, dukungan lingkungan, karakteristik kawasan dan letak geografis. Kekuatan ini merupakan kompetensi khusus yang memberikan keunggulan dalam melaksanakan kebijakan

pengelolaan

sampah. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra, sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor- faktor lainnya

Kelemahan diukur berdasarkan situasi dan faktor- faktor dalam PD Kebersihan Kota Bandung yang bersifat negatif, yang menghambat PD Kebersihan mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi. Kekuatan dalam pelaksanaan kebijakan

pengelolaan

sampah berupa keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, daya dukung dan kapabilitas yang menghambat kualitas lingkungan yang meliputi fasilitas sumberdaya keuangan, sarana dan prasarana, kemampuan sumberdaya manusia dan budaya yang dapat menghambat pelaksanaan kebijakan

pengelolaan

sampah

Opportunities (Peluang) Threat (Ancaman)

Peluang diukur berdasarkan situasi dan faktor- faktor luar PD Kebersihan Kota Bandung yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi organisasi. Peluang dalam kebijakan

pengelolaan

sampah berupa situasi penting yang menguntungkan dalam melaksanakan kebijakan. Kecenderungan penting merupakan salah satu identifikasi perubahan kualitas lingkungan, peraturan serta kebutuhan masyarakat dan swasta yang dapat memberikan peluang bagi pelaksanaan kebijakan

Ancaman diukur berdasarkan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan PD Kebersihan Kota Bandung gagal mencapai visi dan misinya. Ancaman dalam kebijakan

pengelolaan

sampah berupa situasi yang tidak menguntungkan dalam pelaksanaan kebijakan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi pelaksanaan kebijakan saat ini atau tidak diinginkan dalam melaksanakan kebijakan. Perubahan kualitas lingkungan, perkembangan teknologi, peraturan baru dapat menjadi ancaman bagi

pengelolaan

sampah.

Sumber: Hasil Kajian Peneliti

Pengambilan keputusan penetapan prioritas kriteria, model Analytic

Hierarchy Process (AHP) merupakan model kuantitatif yang cocok untuk

diterapkan dalam rangka pengambilan keputusan penetapan prioritas kriteria

dalam rangka pengambilan keputusan penentuan prioritas dalam pengelolaan

sampah di Kota Bandung. Metode ini merupakan metode perencanaan yang luwes

dan memungkinkan adanya pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan

pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Hal tersebut dimungkinkan

terjadi karena AHP mengandalkan pada intuisi pada input utamanya. Intuisi

tersebut harus datang dari pengambil keputusan yang cukup informasi yang

memahami masalah yang sedang dihadapi dan akan diambil keputusan.

Ada beberapa Variabel yang ditetapkan untuk diterapkan dengan

menggunakan metode AHP, yakni:

1.

Faktor utama/Main Isue (Level 1):

Agar tercapai goal yang dituju, ada isue utama yang diperhatikan, yakni

keterkaitan kriteria terhadap faktor utama, dapat digambarkan sebagai suatu

proses hubungan kausal, yang memberikan pengaruh menguntungkan dan

merugikan terhadap key isue.

2.

Kriteria (Level 2):

Dari faktor-faktor yang berpengaruh di atas ada berbagai kriteria, agar dapat

memaksimalkan pengelolaan sampah yang dilakukan dalam rangka mencapai

tujuan pengendalian sampah.

3.

Alternatif (Level 3):

Alternatif ini merupakan kriteria yang mengacu kepada pendekatan faktor

penting dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah berupa pengelolaan

sampah rumah tangga di Kota Bandung

Penggunaan Model AHP dan SWOT dalam penelitian ini disajikan dalam

Gambar 3 di halaman berikut.

Gambar 3 Model Hirarki AHP dan SWOT

Keterangan:

Red

= Reduce (Mengurangi Sumber).

Reu

= Reuse (Memanfaatkan Kembali)

Rec

= Recycle (Mengolah Kembali)

Emp = Empower (

Memberdayakan

)

K

= Komunikasi

S

= Sumberdaya

D

= Disposisi

B

= Birokrasi

Kebijakan Persampahan

Strengths Weaknesses Opportunities Threats

Red Reu Rec Emp Red Reu Rec Emp Red Reu Rec Emp Red Reu Rec Emp

Dokumen terkait