3. METODOLOG
3.3. Metode Analisis
Kitosan yang telah dihasilkan pada penelitian pendahuluan diuji mutunya.
Uji mutu kitosan ini meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, derajat
deasetilasi dan uji viskositas. Kitosan yang telah diuji mutunya kemudian
diaplikasikan sebagai matriks penyangga proses imobilisasi enzim pada
penelitian utama. Enzim terimobil dianalisis secara kualitatif yang meliputi uji
aktivitas enzim dan uji protein untuk menentukan aktivitas spesifik enzim
terimobil.
3.3.1.
Kadar air (AOAC 1995)
Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat contoh sebelum dan
sesudah dikeringkan. Cawan porselin kosong dikeringkan pada suhu 105
oC
selama 1 jam, kemudian cawan tersebut didinginkan dalam desikator dan
ditimbang beratnya (A gram). Cawan yang telah ditimbang tersebut diisi
dengan sampel sebanyak 5 gram dan ditimbang beratnya (B gram). Cawan yang
sudah berisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105
oC sampai
beratnya konstan. Kadar air dihitung berdasarkan persamaan:
Kadar air (%) =
(B-A)
×100%
contoh
berat
Keterangan : A = berat cawan + contoh kering (g)
B = berat cawan + contoh basah (g)
3.3.2.
Kadar abu (AOAC 1995)
Cawan dibersihkan dan dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu
105
oC, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 1 g
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan, kemudian dibakar diatas kompor
listrik sampai tidak berasap lagi dan selanjutnya dimasukkan dalam tanur
pengabuan dengan suhu 650
oC selama 5 jam. Cawan didinginkan dalam desikator
dan kemudian ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus:
Kadar abu (%) =
berat abu
×100%
sampel
3.3.3.
Kadar protein (AOAC 1995)
Sampel 0,5 g dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 50 ml, lalu ditambahkan
kjeltab dan 2,5 ml H
2SO
4pekat. Contoh didestruksi sampai cairan berwarna hijau
bening. Campuran tersebut dibiarkan sampai dingin, kemudian dipindahkan ke
alat destilasi. Labu Kjeldal yang telah digunakan dicuci dengan akuades. Air
cucian tersebut dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH
pekat sampai berwarna coklat kehitaman, lalu didestilasi. Hasil destilasi
ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H
3BO
3dan indikator
metilen blue, lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai berubah menjadi
warna pink. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein dihitung
dengan persamaan di bawah ini:
Kadar Nitrogen (%) =
(
−
)×
×14,007×100%
sampel
mg
HCl
N
blanko
ml
HCl
ml
3.3.4.
Derajat deasetilasi (diacu dalam Suptijah et al. 1992)
Kitosan sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 200 ml asam asetat 2%.
Larutan tersebut dikeringkan dalam suhu kamar di atas “glass plate”, kemudian
ditambahkan sodium hidroksida 1 N untuk menetralkan asam asetat yang telah
ditambahkan sebelumnya dan dicuci dengan air bersih. Derajat deasetilasi
diukur dengan spektrofotometer inframerah IR-408.
Pengukuran derajat
deasetilasi berdasarkan kurva yang tergambar oleh spektrofotometer. Puncak
tertinggi (P
o) dan puncak terendah (P) dicatat dan diukur dengan garis dasar
yang dipilih. Nisbah absorbansi dihitung dengan rumus:
A =
P
Po
Log
dimana : P
o= Jarak antara garis dasar dengan garis singgung antara dua
puncak tertinggi dengan panjang gelombang 1.655 cm
-1atau 3.450 cm
-'
P = Jarak antara garis dasar dengan lembah terendah dengan
panjang gelombang 1.655 cm
-1atau 3.450 cm
-1Perbandingan absorbansi pada 1.655 cm
-1dengan absorbansi 3.450 cm
-1digandakan satu per standar N-deasetilasi kitosan (1,33). Pengukuran absorbansi
pada puncak yang berhubungan dengan nilai persen N-deasetilasi dapat dihitung
dengan rumus:
% N-deasetilasi =
×
×
100%
33
.
1
1
450 . 3 655 . 1A
A
3.3.5. Viskositas (Sophanodora, Benjakula 1993)
Kitosan sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 200 ml asam asetat 2 %.
Larutan kitosan ini kemudian diukur nilai viskositasnya dengan menggunakan
viskosimeter rotari model BM. Rotari yang digunakan adalah rotari no 2 dengan
menggunakan kecepatan putaran 60 rpm.
Nilai viskositas dinyatakan dalam satuan centipoise (cps). Viskositas
dihitung dangan menggunakan rumus :
Viskositas (cP) = Nilai terukur x (Konstanta R-2, V 60 rpm)
Nilai konstanta rotari no 2 pada putaran 60 rpm adalah 5.
3.3.6.
Penentuan aktivitas protease (Bergmeyer, Grassl 1983)
Menurut prosedur pengukuran aktivitas enzim ini, pereaksi trikloroasetat
(TCA) digunakan untuk mengendapkan sisa protein substrat yang tidak sempat
terurai. Pereaksi folin digunakan untuk memberikan warna yang dapat dipantau
dengan spektrofotometer sinar tampak.
Prosedur pengukuran aktivitas enzim protease ini secara berurutan terdiri
atas tiga tahap. Setiap sampel memerlukan tabung reaksi masing-masing untuk
blanko, standar dan sampel. Pembuatan pereaksi yang digunakan pada uji ini
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tahap pertama, ke dalam ketiga tabung reaksi masing-masing dimasukkan
0,25 ml buffer borat 0,01 M dengan pH 8, substrat kasein 0,25 ml. 0,05 ml
campuran enzim dimasukkan ke dalam tabung sampel, sedangkan pada tabung
standar dimasukkan 0,05 ml larutan standar (5mmol/l). Akuades sebanyak 0,05
ml dimasukkan sebagai larutan blanko. Ketiga tabung selanjutnya diinkubasi pada
suhu 50
oC (suhu optimum bromelin) atau 55
oC (suhu optimum papain) selama
10 menit.
Tahap kedua dilakukan setelah inkubasi pertama. Setiap tabung ditambah
dengan 0,5 ml TCA 0,1 M. Tabung blanko dan standar ditambah dengan
campuran enzim sebanyak 0,05 ml, sedangkan pada tabung sampel ditambah
akuades 0,05 ml. Keseluruhan tabung reaksi diinkubasi kembali selama 50
oC
selama 10 menit yang selanjutnya disentrifuse pada 5000 rpm selama 10 menit.
Tahap ketiga dilakukan dengan mengambil 0,375 ml filtrat hasil sentrifuse.
Masing-masing ditambah dengan 1,25 ml larutan Na
2CO
3(0,4 M) dan folin
0,25 ml. Tabung sampel, standar dan blanko diinkubasi kembali pada 50
oC
selama 20 menit, kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang 578 nm. Prosedur dapat dilihat pada Tabel 5. Pengukuran nilai
aktivitas enzim protease dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
T
1
P
A
-
A
A
-
A
U
bl st bl sp×
×
=
Keterangan :
U = unit aktivitas dalam IU (Internasional Unit) per menit
A
sp= nilai absorbansi sampel
A
bl= nilai absorbansi blanko
A
st= nilai absorbansi standar (tirosin)
P = faktor pengenceran
T = waktu inkubasi (menit)
Tabel 5. Prosedur pengukuran aktivitas protease
No
Pereaksi
Sampel
(ml)
Blanko
(ml)
Standar
(ml)
1
Bufer borat (0,01 M pH 8)
0,25
0,25
0,25
2
Substrat kasein 2% pH 8
0,25
0,25
0,25
3
Enzim (2 mmol/l)
0,05
-
-
4
Tirosin standar
-
-
0,05
5
Air suling
-
0,05
-
6
Inkubasi pada suhu 50
oC selama 10 menit
7
TCA (0,2 M)
0,5
0,5
0,5
8
Air suling
0,05
-
-
9
Enzim (2mmol/l)
-
0,05
0,05
10
Inkubasi pada suhu 50
oC selama 10 menit, sentrifuse 10000 rpm
11 Filtrat
0,375
0,375
0,375
12 Na
2CO
31,25
1,25
1,25
13 Pereaksi folin (1:2)
0,25
0,25
0,25
14 Inkubasi pada suhu 50
oC selama 20 menit, baca absorbansi pada panjang
gelombang 578 nm
3.3.7.
Analisis konsentrasi protein protease kasar (Bradford 1976)
Konsentrasi protein ditentukan melalui metode Bradford (1976) dengan
menggunakan Bovine Serum Albumin sebagai larutan standar protein.
Konsentrasi awal larutan Bovine Serum Albumin adalah 2 mg/ml. Konsentrasi
standar protein BSA tersebut kemudian dibuat menjadi 0,01 hingga 0,3 mg/ml.
Komposisi serial konsentrasi standar protein dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi larutan standar metode Bradford
No.
tabung
Volume larutan BSA
(ml)
Volume akuades
(ml)
Konsentrasi protein
(mg/ml)
1
1,5
8,5
0,3
2
1,0
9,0
0,2
3
0,6
9,4
0,1
4
0,4
9,6
0,08
5
0,3
9,7
0,06
6
0,2
9,8
0,04
7
0,15
9,85
0,03
8
0,10
9,9
0,02
9
0,06
9,94
0,01
Sumber : Bradford (1976)Masing-masing konsentrasi standar protein diambil sebanyak 60 ì
l dan
ditempatkan pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 3 ml pereaksi
Bradford. Skema pembuatan larutan Bradford dapat dilihat pada Lampiran 2.
Campuran dihomogenkan selama 5 menit kemudian diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Nilai absorbansi dan
konsentrasi protein dari standar BSA diplotkan pada grafik Cartesius dengan
konsentrasi sebagai absis (sumbu X) dan absorbansi sebagai ordinat (sumbu Y),
kemudian ditentukan persamaan garis regresinya. Kurva tersebut dijadikan
sebagai standar untuk menentukan konsentrasi protein sampel.
Dalam dokumen
Pemanfaatan Kitosan dari Cangkang Udang Sebagai Matriks Penyangga pada Imobilisasi Enzim Protease
(Halaman 36-40)