METODE PENELITIAN
3.2 Metode Analisis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan data-data yang akurat untuk membahas dan menganalisis hasil penelitian. Data untuk penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) dari tahun 1990-2013. Data yang digunakan meliputi data produksi, kapasitas produksi, jumlah penjualan masing-masing perusahaan, nilai tambah, nilai barang yang dihasilkan, nilai input tenaga kerja, serta nilai input. Data sekunder diambil dari data-data yang sudah diolah pada instansi-instansi terkait yaitu Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementerian Perindustrian. Pengumpulan data juga dilakukan dengan mengambil data-data dari buku, skripsi, dan berbagai sumber yang menunjang penelitian ini.
3.2 Metode Analisis
Model analisis data yang digunakan untuk meneliti industri semen di Indonesia adalah dengan pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja.
3.2.1 Struktur Pasar
Elemen utama dalam struktur pasar yaitu :
Setiap perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda yaitu berkisar antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.
Msi = X 100
Dimana : ms
i : Pangsa pasar perusahaan i (%) s
i : Penjualan perusahaan i s
tot : Penjualan total seluruh perusahaan
b. Konsentrasi Industri
Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan dua cara yaitu Concentration
Ratio (CR) dan Hirschman–Herfindahl Index (HHI). Dimana CR menggambarkan
struktur pasar sedangkan penggunaan HHI untuk mengetahui industri semen berada pada struktur pasar yang bagaimana berdasarkan interval indeksnya. Pada penelitian ini yang digunakan dalam regresi adalah konsentrasi rasio empat perusahaan (CR4).
Untuk mengetahui konsentrasi rasio, terlebih dulu menghitung pangsa pasar. Pangsa pasar merupakan perbandingan jumlah penjualan dari perusahaan semen terbesar terhadap penjualan total industri semen. Konsentrasi rasio yang dipakai adalah konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika konsentrasi rasio suatu industri mencapai 100 persen berarti bentuk pasarnya adalah monopoli.
Keterangan :
CR4 : Konsentrasi rasio empat perusahaan semen terbesar di Indonesia
MSi : Persentase pangsa pasar dari perusahaan ke-i
Pengukuran Hirschman–Herfindahl Index (HHI) didasarkan pada jumlah
total dan distribusi ukuran dari perusahaan-perusahaan dalam industri, yang dihitung dengan penjumlahan kuadrat pangsa pasar perusahaan dalam suatu industri.
HHI = ∑ 2
Menurut Federal Trade Commision Agency, konsentrasi pasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. HHI di bawah 1.000 berarti tidak ada konsentrasi.
2. HHI antara 1.000 dan 1.800 berarti terjadi konsentrasi moderat. 3. HHI diatas 1.800 berarti pasar mempunyai konsentrasi yang tinggi.
c. Hambatan Masuk Pasar
Hambatan masuk pasar dapat disebabkan oleh banyaknya pesaing yang bermunculan dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan mengukur skala ekonomis yang dilihat melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).
MES =
3.2.2 Perilaku Pasar
Perilaku industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri. Perilaku
industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Menurut Greer dalam Hasibuan (1993), perilaku diklasifikasikan dalam tiga jenis strategi, yaitu strategi harga, strategi produk, dan strategi promosi.
3.2.3 Kinerja Pasar
Analisis kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Price Cost
Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan harga di atas biaya produksi. PCM juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung.
PCM = =
Pengukuran efisiensi juga termasuk kedalam kinerja industri. Efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio nilai tambah dengan nilai input industri ataupun dengan cara mengukur atau melihat tingkat utilitas kapasitas produksi di industri tersebut.
X – eff =
Utilitas =
3.2.4 Hubungan Struktur dan Kinerja
Struktur suatu pasar dapat menjelaskan bagaimana kinerja setiap industri memiliki struktur dan kinerja yang berbeda-beda. Struktur pasar yang optimal dapat memberikan atau menciptakan suatu kombinasi yang baik bagi suatu kinerja. Untuk melihat hubungan struktur dan kinerja dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model regresi berganda (Ordinary Least Square). Variabel dependen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan industri yaitu PCM. Variabel independen yang digunakan adalah konsentrasi rasio, pertumbuhan output industri, utilitas kapasitas produksi, dan efisiensi-X.
Penggunaan variabel Price Cost Margin (PCM) sebagai proksi keuntungan telah dilakukan oleh Collins-Preston (1966), lalu kemudian digunakan pula oleh Shepherd (1972) dan kini PCM semakin banyak digunakan dalam penelitian-penelitian ilmiah. Konsentrasi rasio (CR) juga telah banyak digunakan sebagai variabel struktur yang akan mempengaruhi profitabilitas, antara lain digunakan oleh Shepherd (1972) dan Katrak dalam Alistair (2004) sebagai variabel bebas utama yang menentukan keuntungan pasar.
Penggunaan variabel efisiensi-X juga didasarkan pada pendapat Shepherd (1972) yang mengatakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari pangsa pasar, konsentrasi, hambatan masuk, efisiensi internal, dan kondisi eksternal. Efisiensi-X dan produktivitas juga digunakan oleh Robert (1996) dan Alistair (2004) dalam model PCM.
Model ekonometrika yang digunakan untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini yaitu model yang digunakan oleh Collins-Preston untuk melihat hubungan antara struktur pasar dengan kinerja (Price Cost Margin). Model tersebut adalah :
PCMt = β0 + β1 CR4t+ β2 GRt + β3 IDXt + β4 CORt + εt Dimana :
PCM : Price Cost Margin (%)
CR4 : Rasio Konsentrasi empat perusahaan terbesar (%)
GR : Pertumbuhan Output Industri (%) IDX : Index Regional Dispersion COR : Capital Output Ratio
Dalam penelitian, peneliti melakukan beberapa penyesuaian terhadap model yang digunakan oleh Collins-Preston. Penyesuaian tersebut adalah menghilangkan variabel index regional dispersion dan capital output ratio karena tidak tersedianya data tersebut. Selain itu peneliti menambahkan variabel utilitas kapasitas produksi dan efisiensi-X, karena menurut peneliti kedua variabel tersebut mencerminkan kinerja dari tiap perusahaan dan signifikan dalam mempengaruhi PCM. Oleh karena itu model persamaan yang akan digunakan menjadi :
PCMt = β0 + β1 CR4t + β2 GRt + β3 Utilityt + β4 Xefft + εt
Dimana :
PCM = Price Cost Margin (%)
CR4 = ∑ Rasio Konsentrasi empat perusahaan terbesar (%) GR =
Pertumbuhan Output Industri (%)
Utilitas =
Utilitas Kapasitas Produksi (%)
X – eff = Efisiensi-X (%) ε : terma galat