• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5.1 Analisis Multidimensional Scaling (MDS)

Analisis keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling (MDS) yang disebut dengan pendekatan Rap-AGROSAPOT (Rapid Appraisal Agropolitan Sapi Potong). Metode ini adalah pengembangan dari metode Rapfish yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap (Kavanagh 2001). Penggunaan teknis MDS mempunyai berbagai keunggulan seperti sederhana, mudah dinilai, cepat dan berbiaya murah (Pitcher 1999). Hasil analisis keberlanjutan dengan menggunakan teknik multidimensional scaling dinyatakan dalam Indeks Keberlanjutan Agropollitan Sapi Potong (ikb-AGROSAPOT). Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Penentuan atribut kawasan peternakan sapi potong secara berkelanjutan yang mencakup lima dimensi, yaitu: ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi/infrastruktur, serta hukum/kelembagaan (Lampiran 1). Atribut- atribut yang dikaji ditentukan melalui diskusi dengan para pakar dan informasi dari berbagai sumber terkait.

b. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi.

c. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan kawasan berbasis peternakan sapi potong baik secara multidimensi maupun pada setiap dimensi.

d. Analisis kepekaan (leverage analysis) untuk menentukan peubah sensitif mempengaruhi keberlanjutan.

e. Analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian.

Pendekatan MDS dalam Rapfish memberikan hasil yang stabil (Pitcher and Preikshot 2001 dalam Fauzi dan Anna 2005) dibandingkan dengan metode analisis peubah ganda yang lain (misal Analisis Faktor). Seluruh data dari atribut keberlanjutan selanjutnya dianalisis secara multidimensional untuk menentukan titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan relatif terhadap dua titik acuan, yaitu titik “baik” (good) dan “buruk” (bad). Posisi titik keberlanjutan pembangunan ini secara visual sulit dipetakan. Oleh karena itu, untuk

memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi dengan metode

muldimensional scaling (MDS). Menurut Fauzi dan Anna (2002), MDS pada

Rapfish diterapkan dengan menghitung jarak terdekat dari Euclidean distance pada persamaan (1.1) berikut:

Jarak Euclidean multidimensi antara dua titik tersebut (d12) kemudian

diproyeksikan ke dalam jarak Euclidean dua dimensi (D12) berdasarkan rumus

regresi pada persamaan (1.2) berikut:

Regresi tersebut menerapkan algoritma ALSCAL yang prinsipnya membuat pengulangan (iterasi) proses regresi di atas sedemikian sehingga menghasilkan nilai error terkecil. Algoritma ALSCAL yang diterapkan untuk Rapfish menurut Kavanagh (2001) memaksa nilai intercept pada persamaan (1.2) bernilai nol sehingga persamaan regresi berubah menjadi persamaan (1.3) berikut:

Proses iterasi berhenti jika nilai stress < 0.25 (Fauzi dan Anna 2002). Nilai

Stress dirumuskan dalam persamaan (1.4) berikut:

Kavanagh (2001) menyatakan bahwa iterasi berhenti jika S-stress < 0.005. Nilai S-stress merupakan akar kuadrat nilai stress sehingga nilai stress juga bisa diperoleh dengan rumus berikut:

………...……… …(1.1) ………...……… …(1.2) ………...………..…...…… (1.3) …...……….………… …(1.4) Str ess = …...……….……….…… …(1.4)

Metode MDS merupakan salah satu metode ordinasi pada ruang (dimensi) yang diperkecil. Ordinasi objek pengamatan diukur dengan menggunakan banyak variabel sehingga sulit dilihat secara visual mengingat objek di dalam ruang berdimensi lebih dari 3 tidak mungkin digambarkan. Metode MDS memiliki tahapan sebagai berikut:

1 Standarisasi variabel yang memiliki unit dan besaran yang berbeda harus distandarisasi terlebih dahulu.

2 Pengukuran jarak multidimensi. 3 Analisis reduksi dimensi. 4 Pengukuran jarak dua dimensi. 5 Pengukuran nilai stress.

Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai stress dan R2 (Malhotra 2006). Model yang baik ditunjukkan dengan nilai stress yang lebih kecil dari 0.25 atau S < 0.25 dan R2 yang mendekati 1. Skala indeks keberlanjutan sistem yang dikaji mempunyai selang 0 persen - 100 persen. Dalam penelitian ini ada empat kategori status keberlanjutan seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori status keberlanjutan pengembangan kawasan berdasarkan nilai indeks hasil analisis Rap-AGROSAPOT

Nilai Indeks Kategori

0-25 26-50 51-74 75-100 Buruk Kurang Cukup Baik Sumber: Kavanagh 2001

Hasil lain yang diperoleh dalam analisis MDS adalah penentuan faktor pengungkit (leverage factors) untuk pegembangan kawasan agropolitan sapi potong yang merupakan faktor-faktor strategis dalam pengelolaan kawasan agropolitan sapi potong di masa depan. Analisis leverage bertujuan melihat perubahan nilai keberlanjutan apabila satu atribut dikeluarkan dari analisis. Menurut Pitcher et al. (2002), analisis sensitivitas atau analisis leverage dilakukan terhadap seluruh atribut masing-masing dimensi. Perhitungan dilakukan dengan metode stepwise yaitu dengan membuang setiap atribut secara berurutan satu persatu kemudian menghitung nilai error atau root mean square (RMS) dibandingkan dengan nilai RMS yang dihasilkan pada saat seluruh atribut

dianalisis. Penerapan metode ini dalam statistika dikenal sebagai metode Jackknife

(Kavanagh 2001).

Evaluasi pengaruh galat (error) pada proses pendugaan nilai ordinasi analisis status keberlanjutan wilayah agropolitan berbasiskan peternakan sapi potong dilakukan dengan menggunakan analisis ”Monte Carlo”. Menurut

Kavanagh (2001) dan Fauzi dan Anna (2005) analisis ”Monte Carlo” berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini.

1 Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut.

2 Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti berbeda.

3 Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi).

4 Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data).

4.5.2 Analisis Prospektif

Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa depan. Hasil analisis akan memberikan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengembangan sistem budidaya sapi potong berkelanjutan di Kabupaten Bondowoso sesuai dengan kebutuhan para pelaku dalam sistem budidaya tersebut. Faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan kemungkinan masa depan bagi pengembangan kawasan agropolitan berbasiskan peternakan sapi potong di Kabupaten Bondowoso. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut sangat penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari para pihak yang berkompeten (expert) sebagai ahli dalam bidang agribisnis sapi potong.

Penentuan faktor kunci keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan sapi potong dilakukan dengan analisis prospektif. Pada tahapan ini faktor penting yang diperoleh dari faktor pengungkit hasil analisis MDS dikumpulkan untuk kemudian dinilai oleh pakar terpilih. Penilaian faktor penting dilakukan dengan mempertimbangkan dampak langsung faktor pengungkit terhadap faktor

pengungkit lainnya. Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar terpilih dengan menggunakan pedoman penilaian analisis prospektif (Tabel 4).

Tabel 4 Pedoman penilaian prospektif dalam pengembangan kawasan agropolitan berbasiskan peternakan sapi potong

Skor Keterangan Skor Keterangan

0 1

Tidak ada pengaruh Berpengaruh kecil

2 3

Berpengaruh sedang Berpengaruh sangat kuat

Adapun pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor berdasarkan pedoman penilaian dalam analisis prospektif adalah sebagai berikut:

a Mengidentifikasi faktor-faktor yang memiliki kemungkinan menjadi faktor kunci dalam keberlanjutan wilayah berbasiskan peternakan sapi potong. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari hasil analisis leverage.

b Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika benar maka diberi nilai 0.

c Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruh faktor tersebut sangat kuat, jika ya diberi nilai 3.

d Jika tidak, dipertimbangkan apakah berpengaruh faktor tersebut tergolong kecil (1), atau tergolong berpengaruh sedang (2).

Penilaian langsung dalam pengaruh antar faktor, selanjutnya disusun dengan menggunakan matriks seperti Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Pengaruh antar faktor dalam pengembangan kawasan agropolitan Dari Terhadap A B C A B C Sumber: Hartrisari 2002 Sumber: Hartrisari 2002

Kemungkinan-kemungkinan masa depan terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasil penentuan elemen kunci masa depan dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan yang menuntut untuk segera dilaksanakan tindakan. Adapun cara menemukan elemen kunci dapat dilihat seperti Gambar 4 berikut ini.

Penentuan Elemen Kunci

Gambar 4 Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Hasil analisis berbagai faktor atau variabel seperti pada Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor atau variabel-variabel yang berada pada:

a Kuadran I (input), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dengan tingkat ketergantungan yang kurang kuat. Faktor pada kuadran ini merupakan faktor penentu atau penggerak (driving variabels) yang paling kuat dalam sistem.

b Kuadran II (stakes), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat (leverage variables). Faktor pada kuadran ini dianggap peubah yang kuat.

c Kuadran III (output), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kecil, namun ketergantungannya tinggi.

d Kuadran IV (unused), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan kecil (rendah).

Ketergantungan Faktor Penentu (Input) Faktor Terikat (Output) Faktor Penghubung (Stake) Fakor Bebas (Unused) P enga ruh Sumber: Hartrisari 2002

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Bondowoso

Dokumen terkait