• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta-peta dan data-data yang digunakan dalam analisis ini meliputi :

• Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala 1:50.000 sebagai peta dasar • Peta Penggunaan Lahan

• Peta Jenis Tanah • Peta Curah Hujan

• Peta Kemampuan Lahan

• Peta Lereng

Semua peta dan data tersebut dibangun basis data spasialnya ke dalam format coverage yang rinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Daftar tema dan coverage

No Tema/Layer Nama Coverage

1 Administrasi ADM

2 Ibukota CITY

3 Jalan ROAD

4 Sungai RIVER

5 Pantai COAST

6 Penggunaan lahan LANDUSE

7 Lereng SLOPE

8 Jenis tanah SOIL

9 Curah hujan RAIN

10 Kedalaman solum tanah SOILDEP

11 Tekstur tanah TEXTURE

12 Topografi TOPO

Metode Analisis

Di dalam modul akan dicoba dipraktekkan dua metode analisis, yaitu metode analisis dengan sistem pembobotan dan metode analisis dengan menggunakan model wilayah potensi.

Metode Analisis dengan Pembobotan

Keluaran dari proses ini akan menghasilkan peta tingkat kesesuaian lahan untuk perikanan tambak, yang kemudian dilakukan penampalan dengan peta sarana jalan yang akan menghasilkan peta potensi pengembangannya.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan di dalam modul ini merupakan kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability), di mana kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan hanya didasarkan pada data yang tersedia, belum mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan serta tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor-faktor penghambat yang ada. Pendekatan evaluasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah metode pendekatan matematis melalui cara perkalian dan penjumlahan parameter, sedangkan penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan pada tingkat kelas. Pada tingkat kelas, lahan dibedakan menjadi kelas S1, S2 dan N.

Kelas S1, yaitu tingkat Sesuai, di mana lahan sesuai untuk penggunaan perikanan tambak tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkelanjutan, atau memiliki faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan

MODUL 9, Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

menurunkan produktivitasnya secara nyata. Kelas S2, yaitu tingkat Cukup Sesuai, di mana lahan memiliki faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktivitasnya. Di dalam pengelolaannya diperlukan tambahan input (masukan) teknologi. Kelas N, yaitu Tidak Sesuai, di mana lahan tidak sesuai untuk diusahakan bagi perikanan tambak karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat, baik yang permanen maupun tidak permanen.

Parameter yang digunakan di dalam evaluasi meliputi : penggunaan lahan, jenis tanah, curah hujan, tekstur tanah, kedalaman solum, kemiringan lahan, topografi, jarak dari sumber air tawar (sungai) dan jarak dari laut. Tabel 1 berikut menyajikan parameter-parameter yang digunakan di dalam penilaian klasifikasi dengan masing-masing faktor pembobot dan nilai (scoring) pada setiap tingkat kelas.

Tabel 2. Parameter, Faktor Pembobot dan Nilai Berdasarkan Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

No Parameter Faktor Pembobot

3 2 1

1 Tekstur tanah Halus Sedang Kasar

2 Kedalaman solum (m) > 90 60 - 90 < 60

3 Jenis tanah - aluvial - mediteran

- regosol - latosol

- grumosol

4 Curah hujan (mm/th) < 1500 1500-2250 2250-3000

5 Topografi datar berombak berbukit

6 Kemiringan lahan (%) 0 - 3 3 - 10 >10

7 Penggunaan lahan - sawah

- tegalan - tambak - belukar

- perkebunan - permukiman

- hutan

8 Jarak dari sungai (m) < 500 500-2000 >2000

9 Jarak dari laut (m) < 2000 2000-4000 >4000

catatan: klasifikasi yang digunakan tergantung dari ketersediaan data

Analisis secara kuantitatif terhadap parameter-parameter tersebut akan menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan melalui pendekatan :

Y = Σ ai . Xn dimana :

Y : nilai bobot total ai : faktor pembobot

Xn : score pada tingkat kesesuaian lahan Nilai total untuk - Kelas S1 = 27

- Kelas S2 = 18 - Kelas N = 9

MODUL 9, Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

Modul Praktikum SIG 83

Metode Analisis dengan Model Wilayah Potensi

Pembangunan model ini adalah membuat model prosedur analisis keruangan dengan memanfaatkan teknologi SIG. Melalui analisis ini penentuan wilayah potensi lahan mudah dilakukan. Kendala dalam penerapan model ini adalah penentuan kriteria dan parameter untuk menentukan wilayah potensi sesuai dengan tujuannya. Dalam penentuan kriteria dan parameter tersebut harus melibatkan tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya. Kriteria yang digunakan dalam pemodelan ini adalah kriteria umum dan parameternya masih bersifat sementara yang merupakan hasil studi pustaka. Model yang digunakan dapat diformulasikan sebagai berikut :

Px = f (kondisi fisik) + f(kondisi sosek) + (kebijakan pemerintah)

dimana, Px = daerah potensial untuk pengembangan usaha x.

Pemodelan dalam modul ini merupakan contoh model aplikasi sehingga dalam penerapannya untuk model analisis wilayah potensi hanya meliputi parameter-parameter fisik. Aspek-aspek sosial ekonomi dan kebijakan pemerintah dalam penelitian ini tidak dimasukkan.

Sebagai unsur pendukung pengembangan usaha perikanan tambak di pesisir Kabupaten Jeneponto, yang menjadi dasar penilaian adalah :

- Jenis tanahnya merupakan aluvium

- Jenis penggunaan tanah adalah sawah, tegalan, belukar atau tambak - Jarak dari sungai kurang dari 2000 meter

- Jarak dari pantai kurang dari 4000 meter - Lereng datar (0 - 3%)

- Tekstur tanah halus

- Curah hujan 1500 – 2250 mm/th

Model untuk kesesuaian lahan perikanan tambak yang disusun berdasar overlay, dirancang dengan pertimbangan sebagai berikut :

P = L(s,tg,b,t)+ S(A)+ SL(<3)+ T(h)+ R(<2000)+ P(<4000)+ RF(1500-2250)

dimana :

P = Wilayah potensial untuk perikanan tambak

L = Jenis penggunaan tanah sawah (s), tegalan (tg), belukar (b) atau tambak (t) S = Jenis tanah A (Aluvium)

SL = Kelerengan datar (0 - 3%) T = Tekstur tanah h (halus)

R = Jarak dari sungai (0 - 2000 meter) P = Jarak dari pantai (0 - 4000 meter) RF = Curah hujan antara 1500 - 2250 mm/th

PROSES

Pembangunan Basis Data Spasial

Sebagai tahap pertama dalam proses ini adalah pembangunan basis data spasial dimana setiap peta dijital mempunyai informasi seperti terdapat pada tabel di bawah.

MODUL 9, Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

Tabel 3. Daftar nama coverage berikut data atribut

NO TEMA NAMA TIPE ID KETERANGAN

1 Garis pantai Coast Arc 11 Shoreline 2 Sungai River Arc 41 River 3 Jalan Road Arc 211 Road class 1

212 Road class 2 213 Road class 3 214 Road class 4

4 Administrasi Adm Arc 311 Province boundary 312 Kabupaten boundary 313 Kecamatan boundary 314 Kelurahan boundary 5 Kota City Point 311 District centre

312 Subdistrict centre 313 Village centre 6 Penggunaan Tanah Landuse Poly 611 Paddy rice field

612 Rainfed rice field 613 Garden 614 Forest 615 Bush 616 Dryland 617 Brackishwater ponds 618 Settlements 619 Rivers 610 Undefined 7 Jenis Tanah Soil Poly 621 hydromorph alluvial

622 light grey grummosol 623 reddish brown meditteran 624 dark grey grummosol

625 black grummosol 626 greyish brown regosol

627 brown meditteran 628 latosol complex

629 greyish brown alluvial 8 Lereng Slope Poly 631 0-3%

632 3-5% 633 5-10% 634 10-15% 635 15-30% 636 30-70% 637 >70% 9 Tekstur Tanah Texture Poly 6411 Fine/clay

6412 Medium/loam 6413 Coarse/sand 10 Kedalaman Solum Soildept Poly 6421 < 30

6422 30-60 6423 60-90 6424 > 90 11 Curah Hujan Rain Poly 651 0-1500 mm/th

652 1500-2250 mm/th 653 2250-3000 mm/th 12 Topografi Topo Poly 661 Flat

MODUL 9, Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

Modul Praktikum SIG 85

Anda dapat melakukan proses pengisian data atribut dengan menggunakan fasilitas Tables pad ArcView atau ArcInfo, dan untuk membandingkan hasilnya dapat dilihat atribut yang terdapat pada folder :\Hasil.

Proses Buffering

Proses ini diperlukan untuk menghasilkan coverage yang menyatakan jarak dari sungai dan pantai. Lakukan buffer terhadap coverage RIVER dan COAST berdasarkan jarak yang sudah ditentukan (masing-masing coverage di-buffer dua kali). Kemudian buat coverage baru yang menampilkan poligon-poligon sesuai dengan jaraknya.

− Buffer coverage RIVER dua kali dengan jarak 500 dan 2000 − Lakukan proses overlay (UNION) terhadap hasil buffer

− Hasil overlay tersebut dioverlay lagi (IDENTITY) dengan coverage BOUND − Perbaiki tabel atributnya

− Bandingkan dengan coverage RIVDIST pada folder :\Hasil

Lakukan hal yang sama terhadap coverage COAST dengan jarak 2000 dan 4000.

Pengisian Bobot Nilai

Setelah semua basis data disiapkan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengisian bobot nilai sesuai dengan yang terdapat pada Tabel 2. Bobot nilai ditempatkan pada field baru pada setiap coverage. Agar memudahkan proses analisis, field yang memuat bobot nilai diberi nama NCOVER.

Proses Overlay

Tahap selanjutnya adalah melakukan proses overlay terhadap semua coverage yang sudah memiliki bobot nilai. Proses overlay dilakukan dengan menggunakan perintah UNION. Hasil overlay akhir dapat dilihat pada coverage OVLFIN.

Pada coverage OVLFIN anda dapat menghapus field-field yang sudah tidak dipergunakan lagi, seperti landuse_ , landuse_id , rain_ dll. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi space yang digunakan oleh coverage tersebut.

Penjumlahan Bobot Nilai

Setelah semua coverage dioverlay, langkah selanjutnya menjumlahkan bobot nilai dari setiap parameter. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah melalui fasilitas Tables pada ArcView. Jumlah bobot nilai ditempatkan pada coverage OVLFIN di dalam field baru (Ntotal).

Pengklasifikasian

Langkah selanjutnya adalah membuat klasifikasi terhadap total bobot nilai sesuai dengan klasifikasi yang terdapat pada halaman 3. klasifikasi bobot nolai doletakkan pada field baru juga (Nkelas), dengan ketentuan sebagai berikut :

− Kelas 1, memiliki total bobot nilai lebih dari 22,5; tergolong kelas kesesuaian S1 − Kelas 2, memiliki total bobot nilai antara 13,5 - 22,5; tergolong kelas kesesuaian S2 − Kelas 3, memiliki total bobot nilai kurang dari 13,5; tergolong kelas kesesuaian N

Pembuatan Coverage Tambak

Jika proses analisis yang telah dilakukan berlangsung pada coverage OVLFIN sehingga menghasilkan kelas kesesuaian tambak, maka langkah selanjutnya adalah membuat coverage kesesuaian tambak yang akan diberi nama TAMBAK.

MODUL 9, Kesesuaian Lahan untuk Perikanan Tambak

Untuk melakukan hal tersebut, dapat digunakan perintah DISSOLVE pada ArcInfo.

[ARC] DISSOLVE [in_cover] [out_cover] [begin_item {end_item} / #ALL] [ARC] DISSOLVE ovlfin tambak nkelas

Sekarang anda sudah memiliki coverage yang memuat informasi kesesuaian tambak di Kabupaten Jeneponto.

Penentuan Wilayah Tambak dengan Model

Langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas adalah tahapan mencari wilayah kesesuaian lahan untuk perikanan tambak dengan cara pembobotan. Selanjutnya akan dicoba penentuan wilayah kesesuaian tambak dengan menggunakan model kesesuaian seperti yang terdapat pada persamaan pada halaman 5, yaitu :

P = L(s,w) + S(A) + SL(<2) + T(h) + R(<2000) + P(<4000) + RF(1000-2000)

dimana :

P = Wilayah potensial untuk perikanan tambak

L = Jenis penggunaan tanah sawah (s) atau tambak (t) S = Jenis tanah A (Aluvium)

SL = Kelerengan datar (0 - 3%) T = Tekstur tanah h (halus)

R = Jarak dari sungai (0 - 2000 meter) P = Jarak dari pantai (0 - 4000 meter) RF = Curah hujan antara 1500 - 2250 mm/th

Untuk dapat melakukan hal ini, anda bisa menggunakan coverage hasil overlay (OVLFIN). Proses dilakukan dengan fasilitas Tables pada ArcView, dengan tahapan :

− Buka ArcView

− Panggil theme Ovlfin pada dokumen View

− Panggil tabel atribut Ovlfin dengan mengklik icon Open Theme Table

− Panggil window query builder untuk melakukan perhitungan matematik dengan logical expression sebagai berikut :

((([Lu_type] = "Paddy rice field") or ([Lu_type] = "Dryland") or ([Lu_type] = "Bush") or ([Lu_type] = "Rainfed rice field") or ([Lu_type] = "Brackishwater ponds")) and (([Soil_class] = "hydromorph alluvial") or ([Soil_class] = "greyish brown alluvial")) and ([Slope] = "0-3%") and ([Texture] = "Fine/clay") and (([Riverdist] = "< 500") or ([Riverdist] = "500 - 2000")) and (([Coastdist] = "< 2000") or ([Coastdist] = "2000 - 4000")) and (([Rain_class] = "1500 - 2250 mm") or ([Rain_class] = "2250 – 3000 mm")))

− Ternyata hanya terdapat sebagian kecil wilayah yang memenuhi semua syarat-syarat di atas, yaitu di sekitar Desa Pantai Bahari 1, Pantai Bahari 2, Pallengu, Punagaya dan Bontorannu.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui dua metode dalam melakukan analisis kesesuaian lahan, dimana metode dengan menggunakan model adalah merupakan metode yang

Dalam dokumen Modul Praktikum Sistem Informasi Geografis (Halaman 73-78)

Dokumen terkait