• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM PERIHAL IMPEACHMENT

D. Metode Impeachment di Beberapa Negara

Impeachment di Amerika Serikat sebenarnya diadopsi dari praktik yang berlaku di Inggris sebagai ungkapan yang menunjuk pada pengadilan politik yang digunakan untuk menjangkau para pelanggar yang mungkin lepas dari tuntutan. Impeachment diperlukan untuk melindungi negara sekaligus menghukum pelaku.

10 National Constitution Centre, The Constitution of The United States. E-Pdf, Diakses Pada

30 Mei 2016 dari: http://constitutioncenter.org/media/files/constitution.pdf, atau lihat juga Merrill McLoughlin (ed.), The Impeachment and Trial of President Clinton. The Official Transcript, from House Judiciary Committe Hearings to the Senate Trial, (US: Time Books Random House, 1999), h. v

25

Proses impeachment terhadap Presiden di Amerika Serikat pertama kali terjadi pada tahun 1868 yang menimpa Presiden Andrew Johnson. Secara garis besar tuduhan terhadap Presiden Andrew Johnson ini adalah

telah melakukan “high crimes and misdemeanor” dengan rincian pelanggaran meliputi:

a. Pelanggaran sumpah jabatan. Presiden Andrew Johnson dipandang tidak menghiraukan kewajiban sesuai sumpah jabatannya. Presiden melakukan pemberhentian kepada Edwin M. Santon sebagai Menteri Pertahanan dan menggantinya dengan pejabat yang lain tanpa persetujuan senat Amerika Serikat. Padahal dalam Act Regulating the Tenure of Civil Officer ditentukan harus dengan persetujuan senat. b. Melanggar Undang-Undang Federal Amerika Serikat, yaitu “the

Command of Act” yang disahkan pada tanggal 2 Maret 1867, yaitu

memberikan perintah kepada Commander in Chief Willam H. Emory yang seharusnya melalui The General of The Army.11

Proses impeachment ini, dalam perjalanannya meskipun pelanggaran yang dituduhkan kepada Presiden, Andrew Johnson tetap menjabat sebagai Presiden karena suara di Senat yang menghendaki diberhentikannya Presiden Andrew Johnson kalah dengan suara anggota

11 Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden, Alasan-Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD 1945, h. 107-108

Senat yang mendukung Andrew Johnson tetap sebagai Presiden meskipun hanya berbeda satu suara.12

Upaya impeachment terhadap Pesiden yang terjadi kedua kali adalah pada tahun 1974 terhadap Presiden Richard Nixon yang dituduh

melakukan “high crimes and misdemeanors” berupa:

a. Obstuction of justice (menghambat peradilan); b. Abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan); c. Contemp of congress (penghinaan terhadap kongres)

Ketiga tuduhan tersebut berkaitan dengan kasus “Watergate” yang

terjadi pada tanggal 17 Juni 1972, yaitu masuk secara tidak sah (burglary) beberapa orang di kantor pusat Komite Nasional Demokrat di Watergate Washington DC. Namun, proses impeachment ini gugur karena Presiden Richard Nixon mengundurkan diri.13

Hal ini dapat disimpulkan bahwa suatu proses impeachment dapat berakhir ketika yang terkena impeachment lebih memilih megundurkan diri daripada melayani persidangan baik di House of Representative maupun di Senat.

Pada tahun 1988, terjadi kembali proses impeachment terhadap Presiden di Amerika Serikat yaitu menimpa kepada Presiden Bill Clinton.

12 Soimin, Impeachment Presiden dan Wak il Presiden di Indonesia, h. 66 13 Soimin, Impeachment Presiden dan Wak il Presiden di Indonesia, h. 67

27

Kasus impeachment Presiden Amerika Bill Clinton ini bermula dari tuduhan bahwa Clinton telah melakukan perbuatan yang tidak bermoral terhadap karyawan Gedung Putih Monika Lewinsky. Clinton membantah telah melakukan perbuatan yang tidak wajar itu dengan karyawannya. Akan tetapi dalam perkembangan penyelidikannya Clinton mengakui telah melakukan perbuatannya yang disiarkan melalui televisi nasional. Oleh karena itu tuduhan terhadap Clinton beralih dari perbuatan yang tidak wajar pada tuduhan bahwa Clinton telah menghalangi penyidikan dengan berbohong di bawah sumpah. Oleh Commite of Judiciary House of Representative, Clinton dikenai 4 Pasal impeachment yaitu;

a. Melakukan sumpah palsu di hadapan grand jury (perjury in grand jury);

b. Melakukan sumpah palsu (perjury);

c. Menghambat peradilan (abstruction of justice);

d. Memberikan respon yang tidak layak atas pertanyaan tertulis dari

Committe of Judiciary.

Dari keempat dakwaan tersebut hanya dua yang dibawa ke senat. Akhir dari proses impeachment ini adalah Clinton dibebaskan (acquited) oleh Senat dengan Suara mutlak dan tetap menduduki jabatan Presiden Amerika Serikat.14

14 Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden, Alasan-Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD 1945, Cet.I, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), h. 110-111

2. Fhilipina

Negara Fhilipina memberikan kekuasaan penuh kepada House of Representative untuk melakukan impeachment. Proses impeachment

tersebut bukan hanya terhadap Presiden, melainkan terhadap Wakil Presiden, Mahkamah Agung, anggota komisi-komisi yang dibentuk oleh konstitusi, serta Ombudsman. Hal ini terdapat dalam Konstitusi Fhilipina

Article XI Section 2.

Hamdan Zoelva mengungkapkan bahwa mekanisme impeachment

Presiden dalam masa jabatannya sebagaimana diatur dalam Konstitusi Fhilipina menerapkan model peradilan dua tingkat layaknya di Amerika Serikat. Peradilan pertama yaitu pendakwaan yang dilakukan oleh Ang Kapulungan ng nga Kintawan (House of Representatif), selanjutnya barulah dakwaan tersebut disidang dan diputuskan oleh Ang Senado

(Senate). Persidangan dilakukan oleh Ang Senado tersebut dipimpin oleh ketua Mahkamah Agung Fhilipina, sama halnya dengan persidangan

impeachment Presiden Amerika Serikat oleh Senate yang dipimpin oleh ketua Supreme Court.15

3. Jerman

Presiden Federasi Jerman dapat diajukan impeachment baik oleh

Bundestag maupun Bundesrat karena alasan secara sengaja melaggar hukum Jerman. Impeachment tersebut diajukan dan akan diputus oleh Mahkamah Konstitusi Jerman apakah Presiden bersalah atau tidak serta

29

apakah akan diberhentikan atau tidak. Dalam Pasal 61 ayat (1) Konstitusi Jerman ditentukan bahwa impeachment terhadap Presiden dapat diajukan oleh ¼ anggota Bundestag (lembaga perwakilan rakyat) atau ¼ jumlah suara dalam Bundesrat (Senat). Selanjutnya dalam Pasal 61 ayat (2) Konstitusi Jerman diberikan kewenangan untuk memutuskan Presiden bersalah telah melanggar konstutusi atau undang-undang federal lainnya, Mahkamah Konstitusi dapat menyatakan Presiden telah dipecat dari jabatannya. Setelah impeachment, Mahkamah Konstitusi dapat mengeluarkan perintah pengadilan interim untuk mencegah Presiden menjalankan fungsi kepresidenannya.16

Pandangan Abdul Rasyid Thalib sebagaimana yang dikutip oleh M. Saleh dan Mukhlish adanya instrumen hukum yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memerintahkan adanya instrumen hukum yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memerintahkan pengadilan interim untuk mencegah Presiden menjalankan fungsi kepresidenannya bertujuan untuk mempertegas status hukum dari keputusan Mahkamah Konstitusi.17 Hal ini mengandung makna jika parlemen memutuskan hal yang sebaliknya dengan keputusan Mahkamah Konstitusi maka keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut tetap memiiki

16 Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahk amah Konstitusi dan Implik asinya dala m Sistem Ketatanegaraan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), h. 259-260

17 M. Saleh dan Mukhlish, Impeachment Presiden dan/atau Wak il Presiden, (Sebuah Tinjauan Konstitusional), (Surabaya: Bina Ilmu, 2010), h. 40

akibat hukum berupa impeachment Presiden secara administratif, dan bukan hanya suatu keputusan yang terkesan sia-sia.

4. Korea Selatan

Objek impeachment di Korea Selatan, selain Presiden, juga dapat ditujukan kepada pejabat negara lainnya seperti Wakil Presiden, Perdana Menteri, anggota Dewan Negara, Kepala Eksekutif Departemen, Hakim Mahkamah Konstitusi, anggota Komite Manajemen Pemilihan Pusat, anggota Dewan Audit dan Inspeksi, dan lainnya pejabat publik yang ditunjuk oleh hukum.18

Konstitusi Korea Selatan menyebutkan dua alasan diberlakukannya

impeachment yaitu jika melanggar hukum atau konstitusi dalam pelaksanaan tugas resminya. Hal ini terdapat dalam ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Korea Selatan, namun hanya disebutkan tanpa rinci apa bentuk pelanggaran yang dilakukan.19

Melihat pada praktek impeachment di berbagai negara di atas, terdapat beberapa alasan yang hampir sama terkait dengan dilakukannya

18 Dalam The Constitution of Republic of South Korea Article 65 section 1 dinyatakan

sebagai berikut : “In case the President, the Prime Minister, members of the State Council, heads of Executive Ministries, judges of the Constitutional Court, judges, members of the Central Election Management Committee, members of the Board of Audit and Inspection, and other publik officials designated by law have violated the Constitution or other laws in the performance of official duties, the National Assembly may pass motions for their impeachment”. lihat juga: M. Saleh dan Mukhlish,

Impeachment Presiden dan/atau Wak il Presiden (Sebuah Tinjauan Konstitusional), h. 42, dan Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahk amah Konstitusi dan Implik asinya dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia, h. 270-271

19 UU tentang Mahakamah Konstitusi Korea Selatan Pasal 48 menyebutkan: If a publik official who falls under any of the following violates the Constitution or laws in the course of execution of his or her services, the National Assembly may pass a resolution on the institution of impeachment as prescribed in the Constitution and the National Assembly Act. Lihat juga: Hamdan Zoelva Pemak zulan Presiden di Indonesia, h. 55

31

impeachment yaitu bahwa Presiden sebagai pejabat publik merupakan pemimpin yang dihormati melakukan perbuatan melawan hukum dan melakukan pelanggaran hukum dan/atau melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai moral bangsa dan juga konstitusi.

5. Brasil

Negara Brasil memberikan kekuasaan penuh kepada Majelis Tinggi Senat untuk melakukan impeachment terhadap Presiden dan wakil Presiden. Seperti yang ramai diperbincangkan dunia bahwa telah terjadi impeachment

terhadap Presiden Dilma Rousseff yang merupakan Presiden perempuan pertama di Brasil. Seperti yang diberitakan oleh BBC Indonesia, Rousseff dituduh telah menyembunyikan uang negara dan melakukan korupsi. Selain tuduhan tersebut, Roussef juga dituduh telah memanipulaasi data keuangan negara untuk menutupi defisit anggaran menjelang pemilihan Presiden yang dimenangkannya kembali pada 2014.20

Anggota senat Brasil mengadakan sidang untuk melakukan

impeachment terhadap Roussef. Hasilnya 55 anggota senat pro

impeachment setuju atas ditangguhkannya Rousseff dari jabatannya, sedangkan 22 orang lainnya menolak.21

Mekanisme tentang impeachment di negara Brasil dapat ditemukan pada pasal tentang kewenangan the Federal Senate yaitu pada Chapter I

20 Presiden Brasil Dilma Rossef diberhentikan sementara, Artikel ini diakses pada 08 Juni

2016 dari: http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/05/160512_dunia_brasil_pema kzulan

21 Presiden bakal hadapi sidang impeachment, Artikel ini diakses pada 08 Juni 2016

dari:http://international.sindonews.com/read/1108083/42/presiden -brazil-bakal-hadapi-sidang-impeachment-1463065211

Section IV: The Federal Senate Art 52:

The Federal Senate has exclusive power:

To try the President and Vice-President of the Republic for impeachable offense, as wel as Ministers of the Federal Government and the Commanders of the Navy, the Army and the Air Force for crimes of the same nature connected with them;

Selain pasal tentang kewenangan dari Federal Senate, yang berkaitan dengan pemenuhan atas kewajiban Presiden ada pada Chapter II Section III : Liability of the President of the Republic Art 85 dan Art 86.22

Dokumen terkait