• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Pemikiran

Profil petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah tidak terlepas dengan permasalahan besar seperti masih melekatnya dengan pola pertanian subsisten. Petani tersebut selalu terkait dengan keterbatasan sarana penunjang aktivitas pertanian (infrastruktur) di samping sangat sederhana dalam aplikasi teknologi tepatguna. Akibatnya kegiatan tidak berkembang dengan baik, rendahnya produktifitas sehingga sulit berkembang pasar yang lebih luas. Rendahnya pendapatan, terbatasnya akses kepada sumber modal dan rendahnya SDM, mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan.

Permasalahan sosial adalah kalangan petani lahan kering belum terjalin kerjasama petani secara maksimal maupun hubungan dengan pihak lain luar desa yang dapat menggalang kreativitas petani. Tujuan penggalangan petani ialah guna memotivasi terbentuknya kelembagaan yang tangguh berkompetisi sehingga mendapat kepercayaan institusi luar. Modal sosial tersebut dapat diusahakan melalui jejaring sosial namun belum terjadi dengan sempurna sehingga akses kerjasama masih terbatas, malah belum mendapat kepercayaan (trust) dari sumber modal sekitarnya.

Permasalahan di atas sangat mempengaruhi kelancaran seluruh kegiatan petani lahan kering yang bergerak dalam penanaman kopi dan dan kelapa serta yang bergerak dalam penggembalaan kerbau dan lembu. Dalam kegiatannya usahatani di lahan kering memang tidak terlepas dari unsur kelemahan dan ancaman, di samping memiliki unsur kekuatan dan peluang. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki akan diinventarisir dalam faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman akan digolongkan dalam faktor eksternal.

Tujuan akhir kajian adalah merumuskan program pengembangan masyarakat setelah mengetahui indikator-indikator yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan. Guna lebih terfokus alur pemikiran dan analisis data dimaksud, perlu disusun dalam suatu gambaran kerangka berpikir yang sistematis, sehingga memudahkan pengambilan data dari responden, mempercepat proses kajian analisis SWOT

(Strengths, Weaknessess, Oprtunities dan Threats), serta dalam tahapan pelaksanaan

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Keterangan :

Mempengaruhi, memerlukan

Permasalahan Petani Lahan Kering

1. Pola pertanian subsisten;

ƒ Ketergantungan pada musim

hujan (rainfed).

ƒ Ketidaktepatan cara

pengolahan tanah.

ƒ Belum diaplikasi teknologi

pertanian tepatguna.

ƒ Terbatasnya permodalan.

ƒ Tidak tersedia infrastruktur

penunjang kegiatan pertanian yang baik.

ƒ Belum terjadi interaksi pasar

yang lebih luas.

2. Pola agribisnis terkendala;

ƒPola produksi pertanian

ter-pencar/belum mengelompok.

ƒSarara/prasarana ekonomi

belum memadai.

ƒBiaya trasportasi tinggi akibat

kondisi geografis daerah.

ƒPola agroindustri terpusat di

kota sehingga mahal bahan baku hasil pertanian.

ƒSistem kelembagaan

pedesa-an (pasar & keupedesa-angpedesa-an) lemah.

Faktor Internal Petani Lahan Kering

ƒ Ketersediaan lahan kering.

ƒ jejaring sosial/ Kerjasama

petani lahan kering.

ƒ Ketersediaan modal usaha.

ƒ Ketersediaan SDM.

ƒ Aplikasi terknologi dalam

kegiatan pertanian.

ƒ Ketersediaan infrastruktur.

Faktor Eksternal Petani Lahan Kering

ƒ Peran kelembagaan lokal.

ƒ Peranan musrenbang.

ƒ Peranan pasar dan

pemasaran hasil tani.

ƒ Peran dinas teknis melalui

pendamping teknis.

ƒ Peran swasta/pengusaha.

ƒ Peran ORNOP dalam

pemberdayaan petani. USAHATANI LAHAN KERING Strategi Rancangan Program Pembangunan sektor pertanian secara partisipatif dalam rangka penguatan ekonomi petani lahan kering. Hasil Yang Diharapkan Petani lahan kering ƒ Pemanfaatan lahan kering secara efektif dan efesien.

ƒ Berjalannya pola kegiatan agribisnis ƒ Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani lahan kering.

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM) ini dilaksanakan di Gampong Lampisang Dayah Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lokasi ini merupakan kelanjutan dari Pemetaan Sosial dan evaluasi kegiatan. Menjadi sasaran kajian yakni terhadap masyarakat petani lahan kering yang tidak mempunyai akses tetap terhadap 105 hektar lahan sawah irigasi.

Alasan pemilihan komunitas petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah yakni mempertimbangkan bahwa desa ini memiliki lahan kering relatif terluas dalam Kecamatan Seulimeum. Kemudian, di desa ini pernah dilaksanakan suatu program pengembangan ekonomi masyarakat yang bersumber dari dana Program Inpres Desa Tertinggal tahun 1994. Sasaran program dimaksud diarahkan kepada petani lahan kering, tetapi terkendala disebabkan terjadinya konflik bersenjata di Provinsi NAD, sehingga ketersediaan potensi sumber daya alam tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Lahan kering desa ini meliputi lahan ladang, kebun, dataran dan hutan yang seluruhnya memiliki luas 524 hektar, sebenarnya pernah dimanfaatkan untuk pertanian dan pengembalaan sebelum terjadi konflik yaitu antara tahun 1970 sampai 1998.

1. Kegiatan pertanian

Usahatani berupa tanaman palawija di ladang tetapi ukuran penguasaan dan pengelolaan lahan rata-rata relaif sangat kecil, sehingga tingkat produksi sangat rendah. Kegiatan perkebunan dengan tanaman kopi pernah diusahakan petani di atas tanah negara sebelum tahun 1994 namun gagal karena lahan tersebut berpindah hak kepada pengelola hutan tanaman industri (HTI) PT. Indrapuri (PTI). Kegiatan petani pada saat itu berlangsung secara subsisten dan belum mendapat bantuan modal kerja serta penyuluhan (bimbingan teknis) dari Pemerintah Kabupaten Aceh Besar.

2. Kegiatan Penggembalaan

Pengembalaan pernah berlangsung sebelum tahun 1998, namun tidak berkelanjutan disebabkan Aceh ketika itu terjadi konflik. Pengembalaan ternak kerbau dan lembu memamf lahaaatkan dataran milik negara sekitar 135 hektar. Pemeliharaan ternak lembu yang dilakukan petani di dalam peladangan dan perkebunan, hanyalah sebatas pemerliharaan ternak yang dimanfaatkan tenaganya untuk menggarap tanah.

Mengenai jadwal kajian lapangan terdiri atas tiga tahapan terpisah, yakni secara keseluruhan telah dilakukan Pemetaan Sosial, Evaluasi Kegiatan dan riset akhir berupa kajian pengembangan masyarakat untuk penyusunan program. Adapun jadwalnya, sebagaimana ditujukkan pada Tabel 1.

\

Tabel 1 Jadwal Kajian Pengembangan Masyarakat

NO JENIS KEGIATAN 06 TAHUN 2007 08 BULAN 12 1 4 7 8 9 10 11 12 1 2 1 Pemetaan Sosial 2 Evaluasi Program 3 Persiapan/kolokium 4 Penyusunan proposal 5 Kajian Lapangan

6 Penyusunan Tugas Akhir

7 Seminar dan Ujian

3.3 Sumber Data

Metode pengumpulan data lapangan dalam kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan berdasarkan tujuan yang telah dirancang. Konsentrasinya meliputi; penentuan sumber data yakni melalui pemilihan responden dari populasi 60 kepala keluarga, berdasarkan kebutuhan setiap jenis data yang ingin dikumpulkan. Kebutuhan data meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer dari responden dikumpulkan melalui instrumen survei, sedangkan data informasi dari informan ditempuh dengan wawancara. Semua data dimaksud akan dibahas bersama petani lahan kering dan stakeholders dalam FGD dengan menggunakan analisis SWOT. Tabel 2 berikut ini menunjukkan proses pengklasifikasian pengumpulan data.

Tabel 2 Matrik Kelengkapan Metode Pengumpulan Data

TUJUAN JENIS DATA SUMBER DATA ANALISIS

DATA Mengidentifikasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan petani dengan memanfaatkan potensi lahan kering Gampong Lampisang Dayah. Penggunaan lahan kering untuk kegiatan pertanian dan pengembalaan ternak dan tingkat produktifitas dalam pemanfaatan lahan tersebut. ƒ Responden : petani lahan kering. ƒ Informan : PPL Pertanian dan Mantri hewan dari dinas terkait. Analisis tabulasi kuantitatif Membandingkan tingkat kesejahte-raan petani lahan kering dengan mengukur tingkat pendapatan

keluarga dari sektor pertanian maupun pengembalaan.

Penghasilan petani lahan kering dari sektor pengembalaan dan dari sektor pertanian ƒ Responden : petani lahan kering ƒ Informan : aparat desa atau tokoh masyarakat. Analisis tabulasi data kuantitatif Merumuskan rancangan strategi dan rancangan program pengembangan masyarakat petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah ƒ Potensi lokal SDM, SDA dan akses fasilitas lainnya.

ƒ Partisipasi aktif Pemda Aceh Besar dan Petani ƒ Responden : petani lahan kering. ƒ Stakeholders : Unsur dinas terkait (Bappeda, BPMD Pertanian dan Peternakan). ƒ FGD ƒ Analisis SWOT ƒ Analisis kuantita tif dan kulitatif

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara objektif perlu dilakukan pengumpulan data dari informan dan responden serta data pendukung lainnya dengan menggunakan 4 metodelogi. Keempat metode tersebut meliputi survei, wawancara, FGD dan studi dokumentasi, sebagaimana dijelaskan berikut ini :

3.4.1 Wawancara

Teknik pengumpulan data informasi dilaksanakan melalui wawancara tatap muka terhadap informan, dengan instrumennya adalah daftar wawancara terstruktur. Informannya meliputi seorang mantri hewan, seorang PPL Pertanian dan seorang aparat desa atau tokoh masyarakat yang ditunjuk oleh kepala desa serta seorang pengusaha yang punya investasi dalam kegiatan penggembalaan ternak

3.4.2 Survei

Teknik pengumpulan data kuantitatif berupa data primer dalam kajian ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen kuisioner terhadap responden (sampel). Kuisioner dimaksud disusun dalam sebuah daftar kuisioner secara terbuka atau tidak diberikan pilihan jawaban yang mengikat, dengan demikian responden dapat menyampaikan data dan informasi secara lebih luas tentang kegiatannya. Guna memperoleh data survei secara sempurna dan objektif, maka sebelum operasional di lapangan terlebih dahulu dipilih sumber data (responden) secara acak. Dari 60 kepala keluarga petani lahan kering (populasi) Gampong Lampisang Dayah akan diambil sampel 17 kepala keluarga atau di atas 25 persen. Responden yang dipilih secara acak ditetapkan 13 kepala keluarga, sedangkan 4 kepala keluarga di pilih langsung terhadap seluruh penggembala ternak.

3.4.3 Focused Group Discussion (FGD)

Setelah hasil wawancara terkumpul dan analisis SWOT telah dilakukan, maka FGD dapat dilaksanakan karena FGD merupakan tindak lanjut hasil wawancara dan hasil analisis SWOT yang akan dibahas bersama petani dalam suatu pertemuan (diskusi). Pertemuan dan keikutsertaan petani dapat mengidentifikasi permasalahan dan kesulitan yang dialami komunitas petani lahan kering. Dalam kesempatan yang sama, pertemuan dapat merancang suatu rumusan program pengembangan masyarakat. Peneliti berperan ganda yaitu sebagai fasilitator diskusi dan pengamat jalannya diskusi. Peserta FGD adalah 17 KK petani lahan kering, stakeholders yaitu unsur Bappeda Aceh Besar, BPM, mantri hewan dan PPL Pertanian.

3.4.4 Studi Dokumentasi

Mempelajari arsip-arsip, dokumen-dokumen dan catatan monografi desa yang berkaitan dengan keberadaan lahan kering, kependudukan dan keorganisasian di tingkat desa. Data yang terkumpul melalui studi dokumen tidak mutlak digunakan seluruhnya karena sifatnya skunder atau sebagai data pendukung dalam menganalisis data primer yang terkumpul melalui survei, wawancara, analisis SWOT dan FGD.

3.5 Metode Analisis Data

Data untuk analisis SWOT dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner SWOT terhadap 17 kepala keluarga responden petani lahan kering. Dalam operasional pengisian kuisioner dipandu langsung (bekerjasama) dengan staf Bappeda dan PPL Pertanian khusus membantu pemberian nilai (poin) pada setiap urutan jawaban kuisioner. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif sehingga ditemukan tingkatan/jumlah nilai secara pasti setiap poin jawaban responden. Langkah-langkah analisis SWOT harus ditempuh ;

1. Bobot setiap jawaban mempunyai alternatif pemberian nilai antara 1 – 4, semakin penting pengaruh faktor, maka semakin tinggi bobot yang akan diberikan.

2. Setiap nomor pertanyaan yang dijawab responden dijumlahkan rata-rata baris. 3. Semua nomor jawaban akan diakumulasikan secara total dalam nilai baris, lalu

dijumlahkan menjadi jumlah kolom dan dibagi dengan jumlah baris maka disebut jumlah kolom.

4. Nilai rata-rata baris yang lebih besar dari rata-rata kolom adalah kekuatan dan peluang. Sedangkan nilai rata-rata baris yang lebih kecil dari rata-rata kolom adalah kelemahan dan ancaman.

Berdasarkan data terukur tersebut dilakukan kajian bersama komunitas petani dalam FGD dalam dua sesi; pertama, identifikasi masalah petani lahan kering dan

kedua, rancangan program dan penyusunan program pengembangan masyarakat,

untuk menguatkan pemberdayaan petani lahan kering itu sendiri. Dalam proses pertemuan di forum FGD akan muncul tanggapan secara positif dan negatif, namun dapat disepakati sampai setuju untuk dirumuskan dalam matriks analisis SWOT.

Untuk mentransper pemikiran peserta diskusi ke dalam matriks analisis SWOT, menurut beberapa pakar harus diklasifikasikan hasilnya pada empat versi besar.

Rangkuti (2006), Siagian (1995) dan Adisasmita (2006), menjelaskan penyusunan strategi tersebut, yaitu :

1. Strategi SO, mengandalkan seluruh kekuatan guna memanfaatkan peluang yang ada.

2. Strategi WO, mengandalkan peluang yang ada guna menekankan kelemahan. 3. Strategi ST, mengandalkan kekuatan yang ada guna mengantisipasi ancaman. 4. Strategi WT, berusaha menekankan kelamahan guna mencegah munculnya

ancaman.

3.6 Rancangan Penyusunan Program

Penyusunan program atau sepadan dengan pengajuan sebuah formulasi kebijakan yang wujudnya dapat diaplikasikan bagi komunitas petani lahan kering setempat. Setelah semua hasil riset diketahui dan dianisis, maka rancangan yang dirumuskan adalah mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, meninjau kinerja petani dari aspek ekonomi, sosial budaya dalam aktivitas kehidupan pertanian subsisten, di samping melihat hubungan yang berpengaruh antara eksistensi internal dan tingkat keterlibatan eksternal dalam komunitas petani. Kedua, melihat potensi yang ada di okasi apakah telah dikembangakan atau diberdayakan. Ketiga, menetapkan lokasi pengembangan masyarakat berdasarkan evaluasi kegiatan yang ada, dengan memperhatikan keberlanjutannya dan tersedia sumber pendukung yang berpotensi.

Semua unsur di atas akan dirancang dengan memanfaatkan partisipasi bersama stakeholders dari intansi teknis Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dan pelibatan unsur pihak ketiga meliputi pengusaha sebagai penyedia modal bagi petani lahan kering. Penyusunan rancangan program pengembangan masyarakat dilaksanakan secara terpadu antara fungsi peneliti sebagai fasilitator berlangsungnya pelaksanaan FGD yang menghadirkan responden dan memanfaatkan kembali stakeholders di atas.

Sebagai fokus awal rancangan program akan melihat secara mendalam terhadap kegiatan-kegiatan petani lahan kering yang sedang berlangsung. Setelah dianalisis terhadap dua kegiatan yang memanfaatkan lahan kering, akan dilihat sektor mana yang lebih menonjol aktivitas seluruh petani guna melihat permasalahan usahatani dimaksud. Di samping menemukan jumlah pendapatan responden, akan dikaji juga usahatani yang mana lebih dominan dikerjakan, apakah penggembalaan,

perkebunan atau ladang akan terpilih untuk dievaluasi pendapatan rata-rata dalam satuan pertahuan terhadap luas penggunaan lahan kering. Satu di antara tiga kegiatan akan diketahui bahwa sektor mana yang lebih menguntungkan pemanfaatan lahan kering dalam upaya meningkatakan kesejahteraan keluarga. Artinya sektor tersebut cocok dikembangkan sebagai suatu program pengembangan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah.

Rancangan program yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan dari FGD dengan melibatkan stakeholders (unsur Bappeda, Badan PMD dan PPL Pertanian), petani lahan kering yang dilakukan secara partisipatif. Bentuk rancangan program pengembangan masyarakat tersebut merupakan wujud dari jawaban pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan 5 W + 1 H. Rumusan dimaksud merupakan jawaban terhadap isi judul rancangan program (what), terhadap kelompok siapa dilakukan program (whom), siapa yang berperan melakukannya (who), dimana rencana lokasi program dilaksanakan (where) dan saat kapan mulai diselenggarakan (when) serta bagaimana teknis pelasanaannya (how).

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT

Dokumen terkait