BAB I PENDAHULUAN
4. Metode
pemerintahan dan sebagai dasar pijakan bagi pemerintah. Hal ini disebabkan karena peraturan perundang-undangan yang dibuat memenuhi syarat sosiologis sesuai dengan dukungan rakyat. Selain itu peraturan perundang-undangan yang dibuat harus menggunakan terminologi bahasa hukum yang jelas, tidak diskriminatif dan undang-undang yang dihasilkan dapat memberikan solusi.
Dengan demikian pembentukan Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, harus memperhatikan kajian-kajian normatif dan empirik.
4. Metode.
4.1. Pendekatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian naskah akademik ini yakni melakukan identifikasi masalah, identifikasi Implementing Agency (lembaga-lembaga pelaksanaan UU) dan Role Occupant (pihak-pihak yang akan diatur) identifikasi penyebab, konsekuensi, analisis manfaat dan keuntungan analisis sehubungan dengan Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan kepada pemerintah dan masyarakat. Selain itu, menganalisis konsekuensi yang ditimbulkan kepada pemerintah dan masyarakat, sehubungan dengan RUU ini. Identifikasi dan analisis tersebut menggunakan pendekatan ROCCIPI.
ROCCIPI merupakan akronim dari konsep-konsep sebagai berikut: a. Rule : Peraturan b. Opportunity : Kesempatan c. Capacity : Kemampuan d. Communication : Kepentingan e. Interest : Kepentingan f. Process : Proses
50
g. Idiology : Perilaku-Sistem nilai
Fungsi metode ROCCIPI dalam pengkajian ini dipergunakan untuk mengklarifikasi perilaku-perilaku bermasalah yang menghambat proses pembentukan Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste. Kategori ROCCIPI sebagai metode pendekatan dalam melakukan penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empirik.
Fungsi Rule (Peraturan). Untuk mengkaji apakah Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste telah diatur dalam UU. Atau kemungkinan UU tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan belum ada sehingga terjadi kevakuman UU (hukum). Berdasarkan analisis ROCCIPI akan diketahui dengan jelas masalah, Implementing Agency (IA) dan Role Occupant (RO), penyebab-penyebab, dan akibat atau konsekuensi yang ditimbulkan sehubungan dengan belum adanya Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.
Opportunity (Kesempatan). Apabila belum ada UU yang mengatur tentang obyek kajian ini, maka hal itu akan memberi kesempatan timbulnya perilaku-perilaku bermasalah berupa penyalahgunaan wewenang, kesewenang-wenangan dan tumpah tindih wewenang.
Capacity (Kemampuan). Belum adanya Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste, akan menimbulkan perilaku bermasalah yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabat pemerintahan dalam bentuk, pelanggaran hukum dan HAM, karena dalam menentukan kebijakan tidak berdasarkan wewenang. Demikian juga, kevakuman hukum memungkinkan seorang pejabat karena kemampuannya dapat bertindak sewenang-wenang maupun penyalahgunaan wewenang sebagai akibat kevakuman dalam mengatur Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.
51
Communication (Komunikasi). Pelanggaran HAM dan pelanggaran hukum sebagai akibat belum adanya Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste, disebabkan karena belum adanya pengaturan mengenai komunikasi dalam bentuk sosialisasi kepada para pejabat pemerintahan tentang pentingnya pengaturan Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.
Interest (kepentingan). Faktor interest dapat menjadi penyebab pelanggaran hukum, penyalahgunaan wewenang, kesewenang-wenang karena para pejabat dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan kepentingan individu dan kelompok. Hal ini disebabkan karena belum adanya pengaturan terkait kepentingan para pejabat pemerintahan dalam menjalankan tugas wewenang dalam Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste. Konsekuensi kevakuman hukum seperti ini berpeluang menimbulkan pelanggaran hukum, karena mengutamakan kepentingan-kepentingan individu dan kelompok.
Process (proses). Oleh karena belum ada Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, maka proses dengar pendapat publik (public hearing) dengan melibatkan kalangan akademisi dan lembaga-lembaga berswadaya masyarakat (LSM), untuk menyampaikan pandangan-pandangan dalam kaitan dengan hirarki dan materi muatan peraturan perundang-undangan belum terlaksana.
Ideology (perilaku). Belum terbentuknya Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan, berpotensi menimbulkan perilaku menyimpang dalam membentuk peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang maupun dalam hal membentuk peraturan kebijakan.
52
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagai justifikasi yuridis perlunya pembentukan Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan. Pedekatan konseptual digunakan untuk mengkaji konsep-konsep, teori-teori, asas-asas serta pandangan para sarjana sebagai pembenaran akademik perlunya pembentukan Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.
4.2. Sumber bahan hukum
Bahan hukum dalam penelitian ini berupa, bahan hukum primer yang meliputi; bahan hukum yang diperoleh dari Konstitusi RDTL, peraturan perundang-undangan Negara RDTL, Resolusi Dewan keamanan PBB No. 1272/1999 tentang Pembentukan UNTAET dan Undang-Undang Republik Demokratik Timor-Leste No. 1 Tahun 2002 tentang Perundang-undangan yang akan dipublikasikan. Sedangkan bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang diperoleh dari literatur, jurnal-jurnal hukum, laporan hasil penelitian atau pandangan ahli hukum yang berkaitan dengan masalah Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.
4.3. Teknik pengumpulan bahan hukum.
Pengumpulan bahan hukum di lakukan dengan card sistem (sistem kartu). Bahan-bahan hukum dicatat dalam kartu iktisar, dikutipan dan kartu analisis mengenai substansi yang terkait dengan obyek kajian ini.
53 4.4. Analisis bahan hukum.
Bahan-bahan hukum yang ada dianalisis dengan cara diskripsi, interpretasi, evaluasi dan sistematisasi.
4.5. Wawancara.
Penelitian naskah akademik yang berdasarkan penelitian hukum normatif ini, dilengkapi dengan data empirik yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak berkompenten berkaitan dengan falsafah Uma Lulik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar kuisoner secara terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan akurat tentang Uma Lulik. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pejabat pengambil keputusan dalam perundang-undangan, yakni Presiden Republik RDTL, Presiden Parlamen Nasional, Perdana Menteri, Ketua Pengadilan Tinggi. Di tingkat distrik responden terdiri dari Administrador distrik, Koordinator wilayah (Regiaun) dan Sekretaris negara Regiaun Otonomi Oecusse.
Setelah data empirik terkumpul dilakukan editing untuk mengetahui apakah data sudah sesuai dengan kuisoner, dan tujuan penelitian. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan tabulasi data, analisis data dan penarikan kesimpulan.
54 BAB II
ANALISIS MANFAAT DAN KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA
UNDANG-UNDANG TENTANG HIRARKI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam hal ini, dideskripsikan manfaat dan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.