• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian dalam penyusunan naskah akademik Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, terfokus pada Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan.

3.1. Pengertian-pengertian.

Yang dimaksud dengan pengertian-pengertian dalam naskah akademik ini sebagai berikut:

1. Nilai Filosofis Uma Lulik merupakan sumber dari segala sumber hukum Timor-Leste yang mengandung nilai-nilai universal:

a. Ketuhanan. b. Kemanusiaan.

12 c. Persatuan dan kesatuan.

d. Keadilan.

e. Permusyawaratan dan Konsensus. f. Adat istiadat.

g. Kekeluargaan dan Harmonisasi lingkungan hidup.

2. Konstitusi adalah Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste Tahun 2002.

3. Hirarki adalah tata urutan peraturan undangan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya sampai dengan peraturan perundang-perundang-undangan yang lebih rendah.

4. Materi muatan peraturan perundang-undangan adalah hal-hal yang diatur dalam setiap tingkatan Peraturan Perundang-undangan sesuai jenis dan fungsinya.

5. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan yang dibentuk oleh Parlemen Nasional, Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah, maupun oleh pejabat-pejabat berwenang pusat dan daerah yang mengikat secara umum.

6. Penetapan adalah keputusan yang dibentuk oleh badan atau pejabat pemerintahan yang bersifat individual, konkrit, final dan menimbulkan akibat hukum.

7. Undang-undang (Leis do Parlemento Nasional ou Decretos Leis do Governo) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Parlemen Nasional berdasarkan kewenangannya maupun atas usulan pemerintah.

8. Peraturan Parlemen Nasional (Decreto do Parlemen) adalah tentang amandemen anggaran belanja dan pendapatan Negara (ABPN) dan undang-undang lainya.

13

9. Pemerintah (Decreto do Governo) adalah peraturan yang dibentuk oleh Perdana Menteri untuk menjabarkan Undang-Undang dan Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste 2002.

10. Dekrit Presiden (decreto do Presidente da Repúbica) adalah keputusan yang dibentuk oleh Presiden RDTL bersifat internal dan external tentang kebijakan-kebijakan lembaga presidenan.

11. Peraturan Resolusi Parlemen Nasional (Resolução do Parlamento Nacional), adalah pernyataan/pendapat bersama dari Parlemen Nasional tentang kebijakan dalam dan luar negeri.

12. Resolusi Pemerintah (Resolução do Governo), adalah pernyataan/pendapat bersama dari Dewan Menteri tentang suatu kebijakan Pemerintah.

13. Peraturan kebijakan (Instruções Públicas) adalah peraturan, keputusan, pernyataan tertulis yang bersifat pengaturan atau penetapan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat pemerintahan yang berwenang ditingkat pusat dan daerah.

14. Tata Tertib Parlemen Nasional (Regimento do Parlemento Nasional) adalah peraturan Parlemen Nasional untuk memberikan persetujuan, pengesahan dan peninjauan kembali terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta untuk mengatur mekanisme internal Parlemen Nasional.

15. Peraturan Daerah (Regulamentos dos Municipios) dibentuk oleh Asembleia do Municipio bersama Presidente da Cámara Municipio.

16. Peraturan Desa atau Kelurahan (Regulamento dos Sucos ou Bairros) dibentuk oleh badan perwakilan Desa/Kelurahan bersama dengan Kepala Desa.

14

17. Publikasi adalah penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara seri I dan Lembaran Negara Seri II.

18. Unit Perancangan Undang-Undang adalah unit dalam masing-masing Lembaga Negara yang bertugas membantu merancang peraturan perundang-undangan.

19. Unit Perancangan Peraturan Daerah adalah unit dalam Assembleia dos Municipio dan Pemerintah Daerah yang bertugas membantu merancang peraturan daerah.

20. Sosialisasi adalah cara untuk menyebarluaskan peraturan perundang-undangan kepada masyarakat.

21. Program legislasi nasional adalah instrument perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis.

3.2. Gambaran umum Naskah Akademik Undang-Undang tentang Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan.

a. Falsafah Uma Lulik.

Sejak Negara Timor-Leste diproklamirkan pada tanggal 28 Novenber Tahun 1975 yang kemudian direstorasi kemerdekaan tersebut pada tahun 2002, hingga kini belum dirumuskan suatu falsafah bangsa yang dijadikan sebagai dasar dan ideologi Negara. Padahal Negara Timor-Leste terkenal dengan Falsafah Uma Lulik yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu falsafah bangsa. Konsep ini dapat dikaji dari empat perspektif yakni, perspektif filosofis, yuridis, sosiologis dan etimologis.

Secara etimologis Uma berarti Rumah dan Lulik berarti Suci/Kudus/Sakral. Dengan demikian, secara harafiah Uma Lulik berarti “Rumah Suci”. Dengan Uma Lulik setiap warga

15

Negara Republik Demokratik Timor-Leste dapat diketahui status sosialnya, apakah berasal dari keturunan bangsawan (berkasta) atau tidak.

“Falsafah Uma Lulik dapat dipandang sebagai kesepakatan luhur yang mempersatukan semua ikatan suku ke dalam satu bangsa yang majemuk dalam prinsip persatuan, setiap manusia Timor-Leste, mulai dari ujung barat Oecusse sampai ujung Timur Tutuala, pasti mempunyai Uma

Lulik. Uma Lulik merupakan simbol filosofis dari persatuan umum dan hubungan sesama manusia,

manusia dengan alam dan manusia dengan para leluhur atau nenek moyang, yang masih tetap dipertahankan sejak jaman dahulu kala sampai sekarang.” 1

Bertitik tolak dari pendapat tersebut dapat ditarik unsur-unsur falsafah Uma Lulik sebagai berikut:

1. unsur religiomagis (keTuhanan) 2. kesepakatan yang luhur

3. unsur kekeluargaan/persatuan 4. unsur kemanusiaan

5. lingkungan hidup/manusia dengan alam 6. adat istiadat

7. musyawarah (demokrasi) 8. tolong-menolong/kesejahteraan

Di Timor-Leste, bila seseorang tidak mempunyai Uma Lulik akan dikategorikan sebagai Pendatang (lemorai, laorai) dan orang yang tidak berakar, atau tidak mempunyai dasar keturunan (asal usul) yang jelas (abut laíha) dengan Uma Lulik setiap warga Negara Republik Demokratik Timor Leste dapat diketahui status sosialnya, apakah berasal dari keturunan bangsawan (berkasta) atau tidak. Falsafah Uma Lulik dipersepsikan juga sebagai tempat pemujaan kepada leluhur dari para keturunannya.

Dalam suku Mambae “orang yang tidak mempunyai rumah adat itu dikatakan sebagai orang yang tidak mempunyai identitas yang jelas, dengan kata kiasa dalam bahasa Mambae Suco Rotuto “

Mou Man Hiut, Lau Man Lei” jadi intinya setiap orang Timor-Leste mempunyai Uma Lulik,

1

Leonito Ribeiro, “Politik Legislasi Negara Republik Demokratik Timor-Leste, Tesis dalam rangka memperoleh gelar Magister Hukum, fakultas hukum, program pascasarjana UNUD Denpasar Bali. 2009 h. 199

16

sebagai contoh : Suco Bunak (Marae),2 terdapat Uma Lulik dengan nama,Uma Lulik Tae Bele, Local Giral, dan Uma Lulik Boleha di Baucau.

Dari sudut pandang filosofis, Uma Lulik merupakan dasar keyakinan masyarakat tentang hal-hal yang dicita-citakan, tempat yang suci atau disakralkan dan Religiomagis (adanya Tuhan), sebagai simbol atau motaforik serta ikatan spiritual yang tinggi dan sebenarnya dasar bagi penyelenggaraan negara yang dikristalisasikan dari nilai-nilai Uma Lulik, Seperti yang diungkapkan Hone dan Ospina 3 bahwa:

“Uma Lulik ne’e maka uma sagradu ida (fatin lolos ida) no “uma sagrada” simboliku/motaforika ho sintidu ispiritual boot no uma familia individual ida nian iha mundu. Membru komunidade no grupu solidaridade hetan fasilitasaun liuhusi Uma Lulik no indentifikasaun husi ema ida-nia familia tutan. Familia hahu ho uma kain, ne’ebe pretense ba knua boot liu ida ka suco. Suco hirak kontrariamente iha asosiasaun ho Uma Lulik ida, uma sagradu ida ne’be fungsiona nu’udar baze/sentru ba nivel oi-oin (multiplayer) husi familia tutan”

Secara bebas diterjemahkan, Uma Lulik adalah sebuah Rumah suci (tempat yang tepat) dan

“Rumah Sakral” simbol ikatan spiritual yang kuat dan sebuah rumah keluarga individu-individu di dunia. Anggota masyarakat dan kelompok solidaritas mendapat fasilitas melalui Uma Lulik dan mengidentifikasi silsilah setiap orang. Sebuah keluarga berkembang melalui rumah tangga kecil yang merupakan bagian dari kampung atau Suku. Namun demikian dalam beberapa Suco terdapat beberapa Uma Lulik, dan dalam Uma Lulik terdapat beberapa tingkatan sebagai berikut yaitu : Uma Kain, Uma Fukun dan Uma Lulik terbesar.

2 Suku Bunak, berbahasa Bunak (Marae) menghuni di sebagian Distrik Bobonaro, Kovalima, Ainaro, Manufahi, serta di Atambua-NTT-Indonesia, Suku Bunak menurut Grijzen, termasuk salah satu dari suku bangsa yang tua, yang lebih dulu menghuni Pulau Timor, lihat H.J. Contoleur Grijzen, 1904. Mededeelingen omtrent Beloe of Centraal Timor, Tijid Schrift van Batasiaasche Genootschap, dalam ADM Parera, 1994, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor : Suatu Kajian Peta Politik Pemerintahan Kerajaan-Kerajaan di Timor Sebelum Kemerdekaan RI, PT. Yanense Mitra Sejati dan Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. hal. 53.dan Bahasa Bunak (Marae) kategori bahasa Melanesia dan Insulindia, lihat Antonio Vicente Marques Sores, 2003, Pulau Timor: Sebuah Sumbangan Untuk Sejarahnya, tanpa nama Penerbit. hal.16. Dan menurut Cappel, Bahasa Bunak memperlihatkan cirri Bahasa Irian (Papua) Lihat F.J. Ormeling, The Timor-Problem. J.B. Wolters, Groningen, Jakarta dan Martinus Nijhoff, sGravenhage, p.71, dalam ADM Parera, 1994, hal. 54

3 Tanja Hohe and Sofia Ospina, 2001, Traditional Power Structures and the Community Empowerment and Local Governance Project-Final Report. Dili, P. 1-182, dalam Jose “Josh” Trindade dan Bryant Castro, 2007, Asistensia Teknika ba Dialogu Nasional iha Timor-Leste : Hanoin fila-fali Timor Oan nia Identidade nu’udar Estratejia atu Hamoris Dame ida : konflitu Lorosa’e-Loromonu husi Perspetivu Tradisional Ida, Uniao Europeia dan GTZ, Dili, Timor-Leste. Hal.17

17

Dari sudut pandang filsafat hukum Uma Lulik berfungsi sebagai cita hukum (rechtside) yang dijadikan dasar dan tujuan setiap hukum di Timor-Leste. Oleh sebab itu, diperlukan perenungan agar dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan di Negara Republik Demokratik Timor-Leste kedepan, perlu dipertimbangkan agar selalu bersumber dan berpedoman pada falsafah Uma Lulik. Sebab peraturan perundang-undangan di Negara Republik Demokratik Timor-Leste secara aksiologi, bertujuan untuk mewujudkan tujuan-tujuan Negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan alinea 9 sampai dengan alinea 11 dan Pasal 6 Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste 2002.

Alinea 9 sampai dengan alinea 11 Pembukaan Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste 2002 menentukan :

a. Membangun budaya demokratis dan kelembagaan sesuai negara hukum. b. Penghormatan kepada Konstitusi dan lembaga-lembaga yang terpilih.

c. Melindungi segenap bangsa, tanpa melepaskan bagian manapun wilayah Timor-Leste atau hak-hak kedaulatan atas tanahnya.

d. Memajukan kesejahteraan umum.

e. Menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi.

f. Melawan segala bentuk Tirani, penindasan, penguasaan dan pemisahan sosial, budaya, dan keagamaan yang berbasis moral agama dengan kepercayaan pada Tuhan.

g. Mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan semua ikatan primordialnya. h. Meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat;

i. Menjamin asas pemisahan kekuasaan. j. Membangun keadilan sosial.

18

Sedangkan tujuan Negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6, Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste 2002 dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mempertahankan dan menjamin kedaulatan Negara;

b. Untuk menjamin dan melindungi kebebasan hak-hak asasi setiap warga negara dalam menghormati prinsip hak Negara demokratis;

c. Untuk mempertahankan dan menjamin politik demokrasi dan mengikutsertakan semua elemen dalam menyelesaikan masalah-masalah nasional;

d. Untuk menjamin pembangunan ekonomi, kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; e. Untuk memajukan pembangunan masyarakat yang berlandaskan keadilan sosial, dengan

mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin setiap warga negara.

f. Untuk melindungi lingkungan hidup serta melestarikan sumber daya alam;

g. Untuk menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kepribadian dan warisan budaya rakyat Timor-Leste;

h. Melindungi dan memajukan pendirian dengan membangun hubungan persahabatan dan kerjasama antar semua bangsa dan negara.

i. Membangun dan memajukan pembangunan yang harmonis dan terpadu disemua sektor dan semua wilayah serta pemeratan pembagian hasil produksi nasional secara adil;

j. Untuk menciptakan, memajukan dan menjamin persamaan hak dan kesempatan yang sama antara Perempuan dan Laki-laki.

Berdasarkan tujuan negara sebagaimana dirumuskan secara eksplisit dalam pembukaan maupun batang tubuh Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste 2002, maka dapat dipahami bahwa salah satu tujuan Negara Republik Demokratik Timor-Leste adalah memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa Republik Demokratik Timor-Leste. Persatuan dan kesatuan bangsa

19

Republik Demokratik Timor-Leste secara filosofis juga berkaitan dengan falsafah Uma Lulik yang didalamnya terkandung cita-cita pencapaian tujuan Negara. Dengan demikian falsafah Uma Lulik tersebut mengandung kaidah-kaidah penuntun hukum yaitu:

Pertama, dalam falsafah Uma Lulik terdapat unsur religiomagis Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, setiap orang dari kelompok Uma Lulik yang mau pergi/keluar dari lingkungannya ataupun datang dari perantauan, maka yang bersangkutan harus berdoa dan bersyukur di Uma Lulik kepada Tuhan dan para Leluhur supaya dilindungi dalam setiap aktivitasnya. Itulah nilai-nilai Uma Lulik sebagai jati diri manusia Timor-Leste. Pandangan hidup ini merupakan nilai-nilai kerohaniaan (kebenaran, kebaikan, religius) yang diyakini kebenarannya yang menimbulkan tekad bagi dirinya untuk mewujudkan dalam sikap tingkah laku dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Artinya kesemuanya itu sebagai ungkapan cita-cita kemanusian demi terwujudnya hubungan yang harmonis dan serasi antar manusia dengan dirinya sendiri, antara manusia dengan sang pencipta yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan terhadap-Nya.

20

Kedua, peraturan perundang-undangan yang dibuat di Timor-Leste harus bertujuan membangun dan menjamin integritas bangsa Timor-Leste baik secara teritorial dan ideologis. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan di Timor-Leste tidak boleh mengatur ketentuan-ketentuan yang berpotensi menimbulkan disintegrasi wilayah maupun ideologi karena hal itu bertentangan dengan tujuan Negara.

Peraturan perundang-undangan yang dibentuk di Timor-Leste harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi menghendaki pembuatan peraturan perundang-undangan berdasarkan kesepakatan rakyat atau wakil-wakilnya yang dipilih melalui pemilihan umum.

Ketiga, sesuai dengan falsafah Uma Lulik, maka peraturan perundang-undangan yang dibentuk di Negara Republik Demokratik Timor-Leste harus ditujukan untuk memajukan pembangunan berlandaskan keadilan sosial, dengan mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin warga Negara Republik Demokratik Timor-Leste.

Keempat, peraturan perundang-undangan Negara Republik Demokratik Timor-Leste yang dibentuk harus ditujukan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi watak dan kepribadian yang merupakan warisan budaya rakyat Timor-Leste, mengakui dan menghargai norma dan adat Timor-Leste dan kebudayaan yang menuntun kehidupan manusia sehingga hidup dalam satu kesatuan masyarakat yang harmonis.

Kelima, dalam falsafah Uma Lulik, terdapat unsur adat istiadat, yang dalam hubungan hidup kemanusian itu timbul atas dasar kebiasaan. Selain itu

21

terdapat hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Uma Lulik.

Uma Lulik juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan adat istiadat dan

warisan budaya secara turun-temurun yaitu :

“Uma Lulik maka heransa husi ami-nia vizavo/bei alan sira atu hametin lisan, moralidade no kustumi hirak, ne’ebé habele ema atu haktuir regras iha sosiedade, atu nune’e para ita bele kria orden [sosial]....[…] sé ita tau hamutuk [Uma Lulik ] ida-ne’e, ami bele uza nia atu hasoru malu ba ritual no seremoniu iha Uma Lulik . Violensia no konflitu bele hamenus tamba wainhira ema hasoru ema hatene malu diak liútan no komprende oin’sa sira iha ligasaun ba malu. 4

Terjemahan bebasnya sebagai berikut, Uma Lulik merupakan warisan dari nenek moyang untuk memperkokoh kebiasaan, adat-istiadat, moral, etika. Dengan Uma Lulik akan dapat mempermudah setiap orang mengikuti aturan dalam komunitas sosial, karena itu dalam membuat peraturan kita harus bersatu di dalamnya (Uma Lulik). Demikian juga dapat digunakan untuk melakukan upacara ritual. Dengan demikian, mengurangi kekerasan dan pertentangan di antara warga masyarakat.

Keenam, dari sudut pandang sosiologis, Uma Lulik sebagai simbol pemersatu, dapat diketahui silsilah terun-temurun, tempat berkumpul, tempat penyembahan kepada Tuhan dan leluhur, tempat merumuskan kesepakatan-kesepakatan adat dan tempat menyelesaikan perselisihan adat. McWilliam 5 mengemukakan :

Simbolikamente, Uma Lulik maka episentru husi Timor oan sira nia valor tamba kriasaun husi estrutura familia tutan depende ba nia funsaun, nia funsaun hirak hanesan rezerva kultura ida ne’ebe liga individual sira no

4 Intervista, Chefe do Suco, Viqueque, Marco 2007, dalam Jose “Josh” Trindade …Op.cit..Hal.31

5 Adrew McWilliam, Houses of Resistence in East Timor : Structuring Sociality in the New Nation. anthropological Forum 15, no. 1 (2005) p.32 dalam Jose “Josh” Trindade..,.ibid. hal. 20-21

22

uma kain iha unidade istorika no simbolika. Unidade no solidaridade tau ona iha kontextu Uma Lulik nia utilizasaun iha kria, negosiu no mantein forma husi relasaun social hirak :

Dala uluk, uma sagradu hari’i parametru hirak no linajem (sisilah) relasaun familia nia hirak. Nia identifika orijin hirak husi vizavo/bei alan sira ne’ebe maka hari’i, sira ne’ebe maka hela uluk iha teritoriu/fatin ida, liu husi utilazasaun sasan lulik hirak no istoria oral hirak. Ho vizavo/bei alan komun ida-ne’ebe maka identifika ona, seremonia hirak no ritual ne’ebe hala’o iha uma laran atu reafirma fali ligasaun ho jerasaun viziavo/bei alan sira, unifika membru familia tutan sira no liga sira ba malu no ba teritoriu jeografiku espesifiku ne’ebe maka iha ligasaun/ asosiasaun ho uma.

Dala rua nian, uma sagradu hirak hala’o funsaun importante ida iha funsaun social boot ida hodi forma rede ida ba aliansa grupu uma hirak-ne’ebe hari’I sentru husi relasaun publiku hirak. Aliansa hirak hari’I iha grupu familia hirak-nia leten atu forma kontinuamente unidade social boot liutan husi komunidade ba suco ba expansaun reinu ida.

“Jadi secara simbolik Uma Lulik merupakan pusat (episentrum) nilai masyarakat Timor-Leste karena diciptakan melalui struktur keluarga secara turun-temurun tergantung fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut seperti tempat pemberdayaan budaya, perdamaian, solidaritas dan relasi sosial.

Secara konseptual Uma Lulik memberikan perlindungan bagi setiap orang dalam konteks

kehidupan bersama, perdamaian, keharmonisan dan nilai-nilai moral masyarakat Timor-Leste. Fungsi lain dari Uma Lulik yaitu :

a. Sebagai perbandingan nilai modern dan lokal.

b. Simbol perdamaian, persatuan dan identitas bangsa Timor-Leste. c. Simbol cita-cita multikultural yang nyaman dalam kehidupan bersama. d. Sebagai simbol nasionalisme Negara Timor-Leste.

e. Sebagai simbol adat istiadat dan kebiasaan.6

Sebelum masuknya penjajah Portugis struktur pemerintahan tradisional Timor dijalankan dari pusat sampai daerah berdasarkan tiga (3) aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Unsur manusia, yang terdiri dari tiga fase hidup yaitu lahir, kawin dan mati.

23

2. Unsur tanah, yang dibagi atas tiga bagian yaitu tanah yang dipakai manusia, tanah yang dipakai hewan dan tanah hutan pemali (tanah adat atau tanah sakral);

3. Unsur hewan terdiri atas tiga jenis yaitu : hewan besar, hewan kecil dan unggas.7

Berdasarkan hukum adat, maka peranan hakim adat (Maktetun Lia Nain atau Lal Gomo) sangat penting artinya dalam menyelesaikan sengketa adat. Penyelesaian sengketa adat menurut hukum adat sesuai dengan prinsip musyawarah dan sumpah (Nahe Biti Boot dan Hemu Ran) merupakan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif dan fleksibel baik yang menyagkut sengketa individu, antar individu ataupun sengketa politik.

Deonisio Babo Soares 8 mendeskripsikan: “Nahe biti maka referensia ba fatin, espasu ka

fatin iha ne’ebe ko’alia, debate, resolve, isu/asuntu familia ka social boot liutan, nia sentidu liu ona suku diak diferensa, resolve dispute no resolve konflitu politika entre Timor Oan sira […] Nahe Biti haboot ona iha tinan 1974 atu resolve diferensa politika iha tinan 1974 hafoin funu sivil, no uza fila fali iha tinan 1999 ba objektivu ne’ebe hanesan mos”.

Dari pemikiran ini dapat ditarik unsur-unsur sebagai berikut: 1. Tempat penyelesaian sengketa.

2. Dialog dan debat.

3. Menyelesaikan masalah-masalah keluarga.

4. Menyelesaikan sengketa antar suco atau desa serta menyelesaikan konflik politik antar orang Timor-Leste.

Penyelesaian sengketa adat berdasarkan prinsip Nahe Biti Boot tersebut tidak termasuk kejahatan serius (serious crime) dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat lainnya, kecuali pelanggaran adat. Nahe Biti Boot juga dapat diartikan bentang tikar sebagai tempat untuk melakukan dialog panutan, salah satu tahap untuk memulai dialog, berdebat, menyelesaikan isu

7 Antonio Vicente Marques Soares, 2003, Pulau Timor : Sebuah Sumbangan Untuk Sejarahnya, Tanpa nama Penerbit. Hal. 22 8 Nahe Biti: The Philosophy and Process of Grassroots Reconciliation (and Justice) In East Timor.” The Asia Pacific Journal of Anthropology 5, no. (2004) :15-33, dalam Jose “Josh” Trindade..,.Op.cit. 24-25

24

atau masalah keluarga atau masalah sosial yang lebih besar, dapat mengharmoniskan kembali perbedaan, sebagai penyelesaian sengketa dan penyelesaian konflik politik antar orang Timor-Leste.

Fungsi Nahe Biti Boot dalam menyelesaikan konflik etnis sangat efektif karena:

“wainhira enkuandramentu konflitu ne’ebe konsentra iha estadu bele diak to’o nivel balun, presiza atu halo ijame ba enkuadramentu tradisional bazea ba komunidade atu buka oportunidade atu serbisu sinerjikamente hamutuk. Tamba Timor Lorosa’e iha Tradisaun ne’ebe riku tebes ba funsaun struktura social hirak mekanisme dame ne’ebe kontinua existe nafatin, influenza no lori baze lejitimidade ida-ne’ebe hatudu ona resileinsia / fleksibilidade” 9

Terjemahan bebasnya, “kalau terjadi konflik, perlu mencari penyelesaiannya berdasarkan hukum adat sesuai tradisi yang berlaku. Hal tersebut karena Timor-Leste kaya dengan tradisi yang tetap eksis sampai sekarang dan sangat efektif dalam penyelesaian sengketa. Setelah proses penyelesaian sengketa melalui Nahe Biti Boot, dilanjutkan sumpah dengan cara minum darah (Hemu Ran)”, yang bertujuan:

1. Sumpah setia minum darah untuk berperang, agar tidak ada yang saling mengkhianati.

2. Sumpah setia minum darah supaya tidak boleh saling menganggu atau menyerang (dari tingkat kampung, desa hingga kabupaten).

3. Sumpah minum darah setelah sengketa, dilakukan agar para pihak tidak mengulangi persengketaan lagi sebagai simbol persaudaraan para pihak.

Dalam Hemu Ran bisa juga mengunakan darah manusia atau darah binatang yang telah dipersembahkan, dicampur dengan arak (tuak Timor) ataupun dengan air “suci” oleh ketua adat

Dokumen terkait