Penelitian dilaksanakan di laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan laboratorium bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juli 2009 sampai Oktober 2009.
Materi Sampel Telur
Sampel yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi dengan kepemilikan yang berbeda dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengujian mikroba adalah tipol, alkohol 70%, sabun, spiritus, aquades, plastik wrept, aluminium foil, plastik tahan panas, kapas, label, tisu, karet, Buffer Pepton Water (BPW), Plate Count Agar (PCA), Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA), Violet Red Bile Agar (VRBA), Salmonella and Shigella Agar (SSA).
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah water bath, botol schoot duran, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g, cawan petri, blender, autoclave, tabung reaksi, erlenmayer, rak tabung reaksi, pipet man, tip, inkubator, vortex, oven, pH meter, yolk colour fan, mikrometer, jangka sorong, candler, meja kaca, spatula, official egg air cell gauge dan kamera digital.
Peubah yang Diamati Pengamatan Kualitas Fisik Telur
Pengamatan kualitas fisik telur dapat dilihat secara eksterior dan interior. Kualitas eksterior telur dapat dilihat melalui bobot telur, kedalaman kantung udara,
posisi kuning telur dan keadaan kerabang telur. Kualitas interior telur dapat dilihat melalui keadaan kuning telur, keadaan putih telur, nilai HU dan pH.
Kualitas Eksterior
Pengamatan kualitas eksterior telur yang diamati adalah bobot telur dan keadaan kantung udara.
Bobot Telur. Telur dibersihkan menggunakan air hangat pada suhu antara 40-60 0C. Telur ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram (g).
Keadaan Kantung Udara. Telur diteropong menggunakan candler untuk melihat kantung udara dengan posisi bagian tumpul diatas. Kantung udara dilingkari dengan menggunakan pensil. Kedalaman kantung udara diukur dengan menggunakan official egg air cell gauge. Semakin besar kantung udara maka semakin rendah kualitas telur tersebut. Telur masih tetap diteropong. Telur diputar ke kiri dan ke kanan untuk melihat pergerakan isi telur. Apabila bayangan kuning telur tidak jelas dan posisinya masih di tengah serta gerakannya tidak terlihat berarti putih telurnya masih kental dan kuning telurnya masih kuat diikat khalaza dan kualitas telurnya masih baik.
Kualitas Interior
Pengamatan kualitas interior telur yang diamati adalah pengukuran HU, pH, keadaan kuning dan putih telur serta ketebalan kerabang telur.
Pengukuran Nilai HU. Bobot telur ditimbang menggunakan timbangan digital. Telur dipecahkan dengan menggunakan pisau ke atas meja kaca. Tinggi albumen tebal (H) diukur dengan menggunakan jangka sorong kurang lebih 1 cm dari kuning telur dalam satuan milimeter (mm). Nilai HU (Haugh Unit) menurut Mountney (1976) dihitung sebagai satuan kualitas telur dengan rumus sebagai berikut:
HU=100 log ((H+7,57)-(1,7.W0.37)) Keterangan : H= tinggi putih telur kental (mm)
W= bobot telur (g)
Keadaan Kuning Telur dan Putih Telur. Warna kuning telur diamati dan dibandingkan dengan yolk colour fan. Keadaan kuning dan putih telur diamati baik bentuk, kebersihan dari noda dan kekentalan mengacu pada standar USDA.
Ketebalan Kerabang. Telur dipecah secara melintang. Kerabang telur bagian tengah, ujung atas dan ujung bawah dibersihkan dari selaput yang melapisinya. Ketebalan kerabang tersebut diukur dengan menggunakan mikrometer.
Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur
Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali berdasarkan dua kelompok kepemilikan ayam dari 10 peternakan di Kabupaten Bogor, dilakukan sebanyak tiga ulangan. Sampel telur utuh (kuning telur dan putih telur) dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji mikrobiologi dengan cara, telur dari lima peternakan kelompok pertama diambil dua butir per peternakan kemudian dilap dengan menggunakan air hangat lalu dikeringkan. Seluruh telur tersebut dikomposit menjadi satu dan dihomogenkan didalam blender yang sudah bersih. Sebanyak 10 g sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan BPW steril sebanyak 90 ml kemudian dihomogenkan menggunakan vortex hingga diperoleh campuran yang homogen dengan konsentrasi 0,1 g/ml. Sampel ini kemudian diencerkan dengan larutan pengencer sesuai dengan kebutuhan dan siap untuk plating. Jumlah bakteri ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis digunakan Standard Plate Count (SPC).
Pengujian Total Plate Count (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-4. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P-1 sampai P-4) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:
Pengujian Escherichia coli (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar EMBA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah sebagai berikut:
Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Coliform (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P-1 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar VRBA lapisan pertama sebanyak 10 ml ditunggu hingga mengeras. Lapisan kedua medium agar VRBA dituang kembali diatas medium sebelumnya sebanyak 3-5 ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:
Pengujian Salmonella sp. (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari p-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar SSA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam.
Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti
Pengamatan lapang dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara ke peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor. Penentuan peternakan berdasarkan jumlah kepemilikan ayam petelur di peternakan dengan melihat pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan. Jumlah populasi ayam pada masing-masing peternakan cukup beragam, mulai dari 10.000 sampai 250.000 ekor ayam petelur, sehingga dibagi dua kelompok berdasarkan kepemilikan ayam di peternakan yaitu kelompok pertama 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok kedua lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok I dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I
No. Peternakan Kepemilikan
---- ekor---- 1 NR 35.000 2 AT 16.000 3 SK 30.000 4 KG 27.000 5 WH 45.000
Kelompok kedua adalah kelompok kepemilikan dengan jumlah lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok II dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II
No. Peternakan Kepemilikan
---- ekor---- 1 TH 250.000 2 NW 90.000 3 KM 90.000 4 TT 100.000 5 SG 100.000
Observasi dan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan. Kuisioner yang telah disiapkan mengacu pada Trioso (2008) yaitu mengenai pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam petelur. Kuisioner yang telah disiapkan dapat dilihat pada Tabel 7. Masing-masing aspek diberikan pembobotan yang didasari atas pentingnya aspek tersebut dalam biosekuriti, higien dan sanitasi. Peringkat kondisi biosekuriti, higien dan sanitasi ditentukan berdasarkan rataan dari bobot biosekuriti dan bobot higien sanitasi. Nilai akhir dapat menentukan peringkatnya.
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya(1) /
Tidak(0) Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat
Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) 10,0 2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru
masuk ke area peternakan 10,0
Total I 20,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas
liar 5,0
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya(1) /
Tidak(0) Nilai Keterangan 3 Dilakukan penanganan insekta dengan
insektisida 5,0
Total II 15,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh
masuk peternakan 10,0
Total III 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk
kendaraan, peralatan dan orang 10,0 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk
ke area peternakan 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan
terpantau sesuai kebutuhan 10,0
Total IV 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0
Total V 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun
sekali) 7,5
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang
bersih dan sepatu bot 5,0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam
tangan) 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap
pekerja terkait dengan biosekuriti, higien
dan sanitasi 5,0
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya(1) /
Tidak(0) Nilai Keterangan
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap
pengunjung/tamu 5,0
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan
terkait biosekuriti, higen dan sanitasi 2,5
Total II 7,5
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam
periode sebelumnya (all in all out) 2,5 2 Membersihkan kandang dari segala jenis
kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer
kemudian mengapur alas kandang 5,0 3 Alas kandang brooder ditaburi sekam
yang telah didesinfeksi 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat
pakan, tempat minum) 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan
penyemprotan desinfektan secara berkala 2,5
Total III 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang
menunjang higien dan sanitasi telur 2,5 2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang
dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 3 Kelembapan gudang penyimpanan telur
tidak boleh lebih dari 80% 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara
12-15 oC 2,5
Total IV 10,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya(1) /
Tidak(0) Nilai Keterangan 2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh
lebih dari 40% 2,5
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5
Total V 7,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur
kotor/retak dengan telur baik 5,0 2 Penanganan telur kotor tidak dicuci,
hanya di lap 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 4 Egg tray/peti disimpan di atas palet
plastik yang bersih dan terawatt 2,5 5 Distribusi telur dengan mobil boks
tertutup 2,5
Total VI 15,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi
persyaratan air bersih 7,5
2 Air diperiksa di laboratorium secara
teratur (minimal 1 tahun sekali) 5,0 3 Pengambilan sampah dan feses ayam
dilakukan secara teratur 5,0
Total VII 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0
Tabel 8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot% x Total Nilai) 1 Penilaian biosekuriti 50,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0
Hasil Akhir 100,0
Sumber : Trioso (2008)
Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir >80 : sangat baik
Penentuan Jumlah Sampel
Levy dan Lameshow (1999) menyatakan bahwa untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan dalam penarikan sampel secara acak sederhana untuk data yang bersifat proporsi dihitung dengan menggunakan rumus:
n ≥ z
2
N Py (1-Py) (N-1) ε2 Py2 + z2 Py (1-Py)
Keterangan :
N = jumlah populasi yaitu 122 peternakan ayam petelur n = jumlah sampel yang diperlukan
ε = nilai error sebesar 30% atau 0,3 z = 1,96 dengan α = 0,05 (SK = 95%)
Py = peluang jawaban 50% (0,5) karena ada dua pilihan jawaban yaitu ya (1) atau tidak (0)
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (Total Plate Count (TPC), Escherichia coli, Salmonella sp. dan Coliform). Model matematika rancangan tersebut menurut Steel dan Torrie (1997) adalah:
Yij = µ + Pi + €ij
Keterangan:
µ : nilai tengah umum
Pi : pengaruh perlakuan jumlah kepemilikan ke-i
€ijk : pengaruh galat percobaan pada perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan ke-j
Analisis Data
Data tentang kualitas fisik telur dianalisis menggunakan uji ragam dengan sidik ragam pada α = 0,05. Data tentang sifat mikrobiologi dianalisis secara deskriptif. Data tersebut sebelum dilakukan analisis ragam diuji asumsi (kenormalan, kebebasan, kehomogenan galat dan keaditifan) terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN