• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi

1. Penilaian Penerapan Biosekuriti

Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi pada masing-masing peternakan berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah biosekuriti sumber ayam, penanganan burung/unggas liar, tikus dan insekta, pengawasan peti telur, biosekuriti peternakan ayam dan penanganan ayam sakit/mati.

Biosekuriti Sumber Ayam. DOC pada semua peternakan yang dikunjungi pada umumnya berasal dari PT Phokphand. Bibit anak ayam petelur yang akan dipelihara diutamakan berasal dari pembibitan ayam ras bibit induk tipe petelur yang mempunyai izin usaha peternakan dari pemerintah (Kepmentan, 2001). Pengiriman DOC atau ayam baru pada saat masuk ke peternakan umumnya tidak disertai dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan). Selama ini penyertaan SKKH pada peternakan ayam petelur memang jarang diterapkan. Sebagian peternakan hanya diberi surat jalan saja tanpa diberi SKKH dan diberi jaminan dari perusahaan peternakan asal bibit bahwa ayam telah diberikan vaksin untuk beberapa penyakit. SKKH ini sangat penting untuk mengetahui kesehatan DOC yang akan masuk ke

peternakan, dimana ayam hidup yang akan masuk peternakan berpotensi membawa agen penyakit.

Isolasi merupakan penempatan atau pemeliharaan hewan di dalam lingkungan yang terkendali atau terpisah. Isolasi ayam baru masuk ke area peternakan dilakukan oleh beberapa peternakan. Peternakan kelompok II melakukan isolasi secara keseluruhan sedangkan kelompok I tidak. Hal ini disebabkan kelompok I mayoritas tidak menggunakan DOC pada pemeliharaannya melainkan menggunakan pulet. Pulet adalah ayam petelur umur 13 minggu sampai masuk masa prelayer (16-18 minggu). Ayam baru (DOC) masuk area peternakan langsung dimasukkan ke dalam kandang khusus yang terpisah dari kandang ayam dewasa, sedangkan pulet langsung dimasukkan ke dalam kandang produksi tanpa dilakukan isolasi sebelumnya. Isolasi dilakukan dengan pembersihan kandang dan disertai pemberian antibiotik pada DOC melalui pernafasan.

Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta. Hewan yang berpotensi sebagai hewan pengganggu dalam peternakan ayam petelur adalah burung/unggas liar, tikus dan insekta. Lokasi peternakan yang bagus harus tidak mudah dimasuki binatang-binatang pengganggu tersebut sehingga peternak harus melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga dan lalat, secara teratur pembasmian dilakukan terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang aman bagi lingkungan (Kepmentan, 2001).

Peternakan pada kedua kelompok melakukan penanganan terhadap insekta, sedangkan penanganan terhadap burung dan tikus jarang dilakukan. Penanganan insekta pada umumnya dilakukan dengan pemberian insektisida seperti Snip, Betasit, Larvadex, Agita dan Ratoli pada periode tertentu saja terutama pada saat musim hujan. Tikus sering ditemui di gudang pakan, jika tikus tersebut memasuki karung pakan kemudian pakan diberikan kepada ayam maka akan berbahaya. Hal tersebut mampu menimbulkan penyakit zoonosis karena tikus merupakan reservoir Salmonella sp. terutama Salmonella pullorium yang dapat menyebabkan penyakit sehingga dilakukan penanganan terhadap tikus.

Pengendalian tikus (pest control) merupakan salah satu program keamanan biologi untuk mengurangi terjadi penyebaran burung-burung liar, serangga, binatang melata dan hewan-hewan lain ke dalam kandang yang berpotensi mempengaruhi

status kesehatan ternak. Meskipun secara teoritis sudah dimengerti namun penerapan di lapangan sering kali tidak konsisten. Kondisi inilah yang sering menimbulkan masalah dalam peternakan meskipun sudah ada upaya melaksanakannya (Vallincourt dan Carver, 1999). Pengawasan dan pengendalian tikus ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Sistem pemeliharaan ayam dengan cara all in all out tidak berlaku bagi tikus penghuni kandang yang merupakan agen penular yang sangat potensial pada ayam periode pemeliharaan berikutnya (Vielitz, 1994).

Pengawasan Peti Telur. Mayoritas peternakan kelompok II sudah membuat peraturan mengenai keluar masuknya peti telur dari luar peternakan harus masuk kembali ke dalam peternakan, sedangkan kelompok I belum memiliki aturan tersebut. Peternakan kelompok II pada umumnya sudah mempunyai gudang pembuatan peti sedangkan peternakan kelompok I belum memilik gudang pembuatan peti. Peti yang masuk dari luar pada kelompok I berasal dari tukang peti dan pertukaran ulang dengan agen telur.

Peternakan kelompok I memperbolehkan keluar masuknya peti telur tanpa melakukan disinfeksi terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kemungkinan mikroorganisme tumbuh pada peti karena kayu merupakan salah satu media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Peti telur yang sudah berkali-kali berpindah dari peternakan satu ke peternakan lainnya tentu menjadi sumber agen patogen penting yang berasal dari luar peternakan.

Biosekuriti Peternakan Ayam. Biosekuriti peternakan ayam dilakukan dengan melakukan desinfeksi pada pengunjung, kendaraan maupun peralatan yang masuk ke lokasi peternakan melalui kolam dipping dan spraying. Biosekuriti tersebut sudah dilakukan oleh kelompok II tetapi belum dilakukan oleh kelompok I.

Semua peralatan yang baru masuk ke dalam peternakan hendaknya dilakukan isolasi terlebih dahulu dengan pembersihan dan fumigasi. Vaksinasi harus dilakukan secara terpantau oleh dokter hewan di peternakan. Sepuluh peternakan dari kedua kelompok tersebut sudah melakukan isolasi peralatan dan vaksinasi secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter hewan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa peternakan ayam petelur harus melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit unggas sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku dalam bidang kesehatan hewan. Peternakan ayam petelur sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf dan tamu serta kendaraan di pintu masuk perusahaan peternakan.

Penanganan Ayam Sakit/Mati. Isolasi ayam sakit sangat penting dilakukan karena ayam yang sakit atau mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi ayam sehat yang berdekatan dengan kandang isolasi tersebut. Kelompok II sudah memiliki kandang isolasi, hanya satu peternakan yang tidak memiliki. Kelompok I masih banyak yang menyimpan ayam sakit pada kandang kosong dekat kandang ayam sehat yang dikhawatirkan dapat menulari ayam sehat di dalam kandang. Kandang isolasi digunakan untuk ayam sakit (dipatuk ayam lain, lumpuh), sedangkan penyakit menular atau wabah ditangani secara langsung dalam satu kandang.

Alat pembersih dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain. Ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahan-bahan yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa setiap terjadi kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit menular segera dilaporkan kepada dinas peternakan setempat. Peternakan ayam petelur sepenuhnya membantu pemerintah dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular

Dokumen terkait