BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Metode Pembersihan Gigitiruan
2.5.1 Metode Mekanis
Permukaan anatomis gigitiruan resin akrilik biasanya menunjukkan lubang mikro dan porositas mikro yang menjadi tempat mikroorganisme sehingga susah dibersihkan, meskipun lubang mikro ini dangkal. Memoles permukaan gigitiruan akan meningkatkan kebersihan gigitiruan tanpa mempengaruhi retensi dari gigitiruan. Gigitiruan cenderung dapat terjadi pengumpulan plak dan noda jika tidak dibersihkan secara teratur. Studi mikroskop cahaya dan elektron dari bagian gigitiruan telah menunjukkan bahwa plak mikroba pada permukaan gigitiruan memiliki struktur dasar yang sama seperti plak pada gigi asli. Mirip dengan plak gigi, plak gigitiruan sulit dibersihkan. Tidak hanya gigitiruan harus bersih, tetapi harus bebas dari mikro- organisme sebagai plak mikroba pada permukaan gigitiruan yang merupakan faktor signifikan dalam patogenesis denture stomatitis. Pembersihan mekanis merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kebersihan gigi dan memastikan pemeliharaan mukosa yang sehat di bawah gigitiruan. Telah dilaporkan bahwa menggunakan sikat dengan sabun atau pasta gigi efektif dalam menghilangkan pewarnaan dan plak dari gigitiruan resin akrilik dan merupakan metode yang paling umum pembersihan gigitiruan secara rutin.43,44
2.5.2 Metode Kemis
Pembersihan secara kemis dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: 1. Alkalin Peroksida
Alkalin peroksida adalah pembersih gigitiruan yang paling umum digunakan untuk perendaman semalam yang melepaskan gelembung oksigen yang mengerahkan efek pembersihan mekanis. Studi mikroskopis elektron menunjukkan bahwa perendaman berkepanjangan resin akrilik dalam pembersih peroksida tidak mempengaruhi permukaan resin akrilik. Tapi dapat menyebabkan pemutihan pada resin akrilik.43,44
2. Alkalin Hipoklorit
Kandungan kimia bahan ini dapat menghilangkan noda, melarutkan zat organik, bakterisida dan fungisida. Bahan ini tidak dapat melarutkan kalkulus tetapi dapat menghambat pembentukan kalkulus pada gigitiruan. Penggunaannya efektif dengan perendaman semalam tetapi karena menyebabkan pemutihan, penggunaannya disarankan hanya sesekali (misalnya seminggu sekali). 43,44
3. Asam
Pembersih dengan bahan dasar asam encer efektif terhadap kalkulus dan noda pada gigitiruan. Asam encer seperti asam asetat dapat digunakan untuk melarutkan kalkulus dengan perendaman semalam, tetapi hanya pada interval satu minggu atau dua minggu. Bahan ini dapat bersifat korosi terhadap bahan logam dan jarang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Perhatian diperlukan dalam penggunaannya karena dapat membahayakan mata dan kulit. 43,44
4. Enzim
Tidak ada efek samping yang ditimbulkan atau berbahaya yang telah dilaporkan dari penggunaan pembersih gigitiruan yang mengandung enzim. Hasil awal dengan larutan pembersih enzim, menggunakan 15 menit perendaman, yang lebih mudah diterima oleh pasien dibandingkan perendaman semalam. Namun, masih harus dilihat apakah pembersih enzim cukup efisien untuk menjadi pengganti atau hanya tambahan untuk pembersihan secara mekanik pada gigitiruan. 43,44
5. Bahan Desinfektan
Telah dilaporkan bahwa etanol, isopropil alkohol, kloroform, formalin dan asam asetat dapat digunakan untuk desinfeksi gigitiruan sesekali. Larutan klorheksidin glukonat tidak cocok untuk perendaman gigitiruan sehari-hari karena efek pewarnaan. Larutan klorheksidin glukonat 1-2% dapat diresepkan untuk perendaman gigitiruan sebagai tambahan untuk obat anti jamur dalam pengobatan kandida yang menyebabkan denture stomatitis. Larutan sodium salisilat 0,1% mungkin memiliki efek menguntungkan yang sama tanpa menyebabkan pewarnaan. Perendaman gigitiruan selama beberapa menit setiap hari dalam larutan encer klorheksidin dapat menyebabkan noda. Glukonat atau salisilat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah plak gigitiruan dan membawa perbaikan di mukosa yang menahan gigitiruan pada pasien dengan denture stomatitis. Tapi zat ini tidak cocok untuk penggunaan sehari-hari karena bau, rasa, pemutihan, efek crazing dan karena tidak diketahui apakah bahan tersebut memiliki efek samping biologis berbahaya. 43,44. Selain bahan tersebut, ada juga bahan tradisional seperti ekstrak bunga rosella, buah lerak, dan propolis sebagai desinfektan.
Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki bahan pembersih gigitiruan dari bahan kemis, sampai sekarang pembersih gigitiruan yang ideal belum ditemukan. The World Health Organization (WHO) telah mendorong pencarian bahan dan produk yang berasal dari hewan, tumbuhan, dan sumber-sumber mineral. Banyak tanaman yang terkenal karena sifat medis dan antimikroba mereka dan upaya telah diarahkan untuk mencari produk pembersih alternatif dan biaya rendah yang dapat digunakan dengan aman oleh masyarakat.9 Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk melaksanakan budidaya tanaman tradisional, maka sekarang banyak bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan desinfeksi tradisional.4 Salah satunya adalah dengan menggunakan buah lerak. Buah lerak (Sapindus Rarak DC) merupakan tanaman tradisional, mudah diperoleh dan efektif dalam mengurangi jumlah Candida albicans pada penelitian yang telah dilakukan oleh Namira U (2013).11,15
2.5.3 Gabungan
Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat digetarkan dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk atau tablet pembersih untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.45
2.6 Lerak
Tanaman lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman industri yang cukup baik untuk dikembangkan, termasuk dalam famili Sapindaceae yang tumbuh dengan baik pada ketinggian 450 sampai 1.500 m dpl. Lerak biasa tumbuh liar di hutan dengan tinggi 15-42 m dengan diameter batang 1 m dan tumbuh rindang, bentuk tanaman ini mempunyai bunga majemuk tidak terbatas dimana bunga mekar dari bawah ke atas sehingga berbentuk tandan dengan tangkai bunga tumbuh dari ujung batang. Komponen yang terdapat dalam buah lerak antara lain : saponin, alkaloid, polifenol, senyawa antioksidan dan flavonoid, juga tanin.10,11
Secara tradisional, buah lerak digunakan sebagai sabun wajah, sabun pencuci batik, pencuci rambut, pembasmi hama (biopeptisida), dan mencuci perhiasan.10,11 Sementara khasiat farmakologiknya antara lain sebagai anti jamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.40 Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulinah dkk (2005), ekstrak buah lerak juga menunjukkan aktivitas yang kuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans serta memiliki sifat bakterisida dan fungisida yang baik. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah Candida albicans sekitar 40% sebagai bagian flora rongga mulut yang normal. Candida albicans dapat melakukan penetrasi pada resin akrilik dan tumbuh pada permukaan gigitiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak. Candida albicans dapat melepaskan endotoksin yang merusak mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Oleh karena itu pembersihan gigitiruan
merupakan faktor penting yang harus dilakukan.4 Menurut Namira U(2013), penggunaan ekstrak buah lerak sebagai pembersih gigitiruan lebih efektif dibandingkan klorheksidin terhadap Candida albicans.11,15
Klasifikasi tumbuhan lerak:10
Nama : Lerak (Sapindus rarak DC) Divisio : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Sapindus
Spesies : Sapindus rarak DC
Gambar 3. Buah lerak, pohon lerak, dan buah lerak yang sudah dikeringkan10
2.6.1 Saponin
Saponin merupakan glikosida yaitu campuran karbohidrat sederhana dan aglikon yang terdapat pada bermacam-macam tanaman (KIRK dan OTHMER). Lerak memiliki kandungan saponin hingga 28%.10,12,46 Khasiat farmakologik saponin adalah anti jamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.47
Saponin dibedakan berdasarkan hasil hidrolisisnya menjadi karbohidrat dan sapogenin. Sedangkan sapogenin terdiri dari dua golongan yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.46 Buah lerak mengandung saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek anti jamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002). Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik.48
2.6.2 Alkaloid
Lerak memiliki kandungan alkaloid sebesar 1%. Alkaloid berfungsi sebagai antioksidan yang diperoleh dari tumbuhan. Alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun sebarannya. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol. Alkaloid sangat menarik perhatian karena aktifitas fisiologisnya pada manusia maupun hewan yaitu meningkatkan aktifitas fagositosis leukosit dan kemotaktik pada saraf dan juga memiliki fungsi yang penting pada tanaman yaitu sintesis lignin (Rahmat, 2000). 12,49
2.6.3 Polifenol
Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat. Mekanisme antibakteri polifenol melalui interaksi yang non spesifik dengan protein mikroorganisme serta dapat merusak membran sel bakteri. Polifenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri (Venturella, 2000).11
2.6.3 Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa mikromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu anin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat pada tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi.51
2.6.4 Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Flavonoid dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, coklat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai fungsi sebagai pigmen warna dan aktivitas farmakologi.
Aktivitas farmakologi flavonoid dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll. Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioaktifitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant,
diuretic. Flavonoid terdiri dari antosianin, flavonol, flavonon, auron, dihidroflavonol, dan flavon. 20,49,50
Penelitian yang dilakukan Wardhana dkk (2010) tentang efek lama perendaman lempeng RAPP dalam larutan propolis obat kumur yang mengandung flavonoid terhadap perubahan warna diperoleh hasil perubahan warna yang signifikan.21 Subramanya dan Muttagi (2011) menyatakan adanya perubahan warna resin akrilik sewarna gigi yang signifikan pada ekstrak teh dan kopi akibat flavonoid, fenol, saponin, dan tanin.23 Penelitian mengenai perubahan warna resin akrilik yang disebabkan oleh flavonoid juga dilakukan oleh Larasati dkk (2012), yang menyatakan ada perubahan warna RAPP yang direndam pada jus strawberry yang mengandung ellagic acid, malic acid dan anthocyani (komponen flavonoid).17
Bahan Basis Metode Pembersihan Mekanis Kemis Logam Non-logam Thermoset Thermoplastik Resin Akrilik
Polimerisasi Sinar Polimerisasi Kimia Polimerisasi Panas
Komposisi Manipulasi Kelebihan dan Kekurangan Sifat
Kemis
Mekanis Biologis Fisis
Stabilitas Warna Tradisional Non Tradisional Ekstrak Buah Lerak 0,01% Penghantar Termis Stabilitas Dimensi
Porositas Ringan Radiopak
Alkalin Peroksida
Alkalin Hipoklorit
Asam Enzim Disinfektan Desinfektan
Klorheksidin Glukonat Alkohol Formalin Propolis Ekstrak Bunga Rosella Spektroskopi Inframerah Calorimeter Gabungan Spektrofotometer UV- Vis Alat Ukur
2.8 Kerangka Konsep
Direndam Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Ekstrak Buah Lerak 0,01%
Air memasuki matrik resin dengan penyerapan langsung Pemakaian ekstrak lerak sebagai bahan pembersih gigitiruan yang efektif adalah dengan merendam gigitiruan selama 5 menit setiap hari, sedangkan pemakaian gigitiruan yang ideal yaitu selama 5-7 tahun. Sehingga dari perhitungan didapatkan 2 hari perendaman identik dengan pemakaian gigitiruan selama 1 tahun, 3 hari identik dengan 2 tahun, 4 hari identik dengan 3 tahun, 5 hari identik dengan 4 tahun dan 7 hari identik dengan 5 tahun.
Air yang diserap oleh matriks resin akan menghidrolisis bahan dan menyebabkan micro-cracks
Micro-cracks menyebabkan penetrasi flavonoid dan menyebabkan perubahan warna
Penggunaan ekstrak buah lerak 0,01% sebagai pembersih gigitiruan lebih efektif dibandingkan klorheksidin terhadap Candida albicans (Namira U, 2013).
Mengandung zat aktif seperti saponin, alkaloid , polifenol, flavonoid, dan tanin (Udarno, 2009).
Air Flavonoid
2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 7 hari
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan pada kerangka konsep di atas, maka dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% pada masing-masing kelompok waktu.
2. Ada pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.
3. Ada perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.