• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Distributed Practice

Dalam dokumen IWIT WIJI LESTARI S. 810809210 (Halaman 34-40)

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

4. Metode Pembelajaran Distributed Practice

Metode pembelajaran distributed practice merupakan suatu bentuk atau metode pembelajaran keterampilan olahraga yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan sering diselingi waktu istirahat. Metode pembelajaran distributed practice ini dapat pula diterapkan dalam permainan bulutangkis khususnya dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan servis panjang.

Metode pembelajaran distributed practice dilaksanakan dalam beberapa sesi yang lebih pendek yang diselingi dengan periode istirahat. Hubungan antara pembelajaran-istirahat dapat disusun dalam berbagai cara, misalnya pembelajaran panjang dengan istirahat yang jarang, pembelajaran pendek dengan istirahat yang sering, lama maupun pendek, dan waktu istirahat dengan lama yang meningkat atau menurun. Meskipun begitu, pertanyaan yang muncul bukan hanya tentang lama waktu istirahat yang diperbolehkan selama pembelajaran, tetapi juga tentang hubungan yang terbaik antara aktivitas dan istirahat.

Metode pembelajaran distributed practice yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran servis panjang sebanyak 10 kali servis panjang dengan setiap 1 kali servis diselingi istirahat selama 30 detik atau bergiliran dengan teman. Dengan adanya selingan istirahat dalam satu set, sistem energi yang digunakan adalah dominan sistem aerobik. Karena sistem aerobik sangat efisien dan tidak menimbulkan kelelahan, sistem ini merupakan sumber energi otot yang lebih disukai. Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh ATP yang dibutuhkan oleh otot ini, sistem pernafasan jantung dapat menggerakkan oksigen ke otot

commit to user

18

secara teratur. Maka kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang sangat tergantung pada sistem metabolisme aerobik.

Metode pembelajaran distributed practice mempunyai kelebihan dan kelemahan

(Drowatzky, 1981 : 247). Kelebihan dari metode pembelajaran distributed practice adalah :

1. Penguasaan terhadap pola gerakan teknik servis panjang akan lebih sempurna. Karena dalam metode pembelajaran ini siswa selalu mendapat waktu istirahat yang cukup sehingga siswa tersebut akan dapat melakukan teknik gerakan servis panjang secara sempurna.

2. Perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah dilakukan, yaitu pada waktu istirahat. Dengan adanya perbaikan-perbaikan terhadap gerakan yang dilakukan, maka penguasaan terhadap teknik servis panjang akan lebih baik.

3. Teknik keterampilan dapat dilakukan dengan baik, kesalahan teknik dapat diketahui sejak dini dan dapat segera dibetulkan sehingga penguasaan teknik servis panjang dalam bulutangkis dapat menjadi lebih baik.

4. Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan.

Kelemahan metode pembelajaran distributed practice adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan teknik gerakan agak lambat karena sering diselingi istirahat. Hal ini disebabkan pola gerakan yang sudah terbentuk berkurang selama istirahat.

2. Prioritas dalam metode pembelajaran distributed practice ini hanya terbatas pada teknik gerakan, tanpa menghiraukan kondisi fisik.

commit to user

19

Dari kedua metode pembelajaran servis panjang pada penelitian ini, tetap mengacu pada penggunaan prinsip pembebanan latihan dari Bompa (1986: 182) sebagai berikut : Frekuensi : 4 - 6 minggu Repetisi : 8 - 12 ulangan Set : 2 - 3 set 5. Koordinasi Mata-Tangan a. Koordinasi Mata-Tangan

Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Menurut Barrow dan McGee dalam Harsono (1988 : 219) bahwa, ”dalam koordinasi termasuk juga agilitas, balance (keseimbangan), dan kinestetic sence.” Koordinasi penting kalau kseseorang berada dalam situasi dan lingkungan yang asing seperti misalnya dalam perubahan lapangan pertandingan, peralatan dan sebagainya yang dihadapi didalam pertandingan. Demikian pula, koordinasi penting untuk orientasi ruang, seperti pada waktu berada di udara misalnya pada saat salto dalam senam atau loncat indah.

Broer dan Zernicke dalam Harsono (1988 : 221) menjelaskan bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan. Dengan demikian hasilnya adalah gerakan yang

commit to user

20

efisien, halus, mulus (smooth) dan terkoordinasi dengan baik. Menurut Suharno HP. (1993 : 61) bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras." Dengan demikian kesimpulan dari pendapat-pendapat tersebut ialah koordinasi merupakan kemampuan dari dua atau lebih organ tubuh yang bergerak dengan suatu pola gerakan tertentu.

Koordinasi gerakan itu sendiri dapat berbagai macam seperti koordinasi mata-kaki (foot-eye coordination) seperti misalnya dalam keterampilan menendang bola, atau koordinasi mata-tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya keterampilan melempar suatu obyek ke sasaran tertentu. Beberapa aktivitas membutuhkan koordinasi menyeluruh (over-all coordination) dari tubuh, misalnya keterampilan senam. Dan koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinasi mata-tangan. Jadi yang dimaksudkan dengan kordinasi mata-tangan dalam penelitian ini adalah kordinasi antara mata (penglihatan) dengan gerakan tangan dalam keterampilan servis panjang bulutangkis.

b. Kegunaan dan Faktor Penentu Koordinasi

Pusat pengatur koordinasi di otak kecil (cerebulum) dengan proses dari pusat saraf ke ke saraf tepi ke indera dan terus ke otot untuk melaksanakan gerak yang selaras dan utuh otot synergis dan antagonis. Menurut Suharno HP. (1993 : 62) Koordinasi mempunyai kegunaan sebagai berikut.

1) Mengkoordinasikan beberapa gerakan agar menjadi satu gerakan yang utuh dan serasi

2) Efisiensi dan efektif dalam penggunaaan tenaga 3) Untuk menghindari terjadinya cedera

4) Mempercepat berlatih, menguasai teknik

commit to user

21

6) Kesiapan mental atlit lebih mantap untuk menghadapi pertandingan

Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Disamping itu juga dapat mengubah secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien. Atlit yang koordinasinya tidak baik biasanya melakukan gerakan-gerakannya secara kaku, dengan ketegangan, dan dengan energi yang berlebihan sehingga tidak efisien.

Untuk dapat memiliki koordinasi yang baik, Suharno HP. (1993 : 62) menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi penentu dalam koordinasi yang baik, yaitu ;

1) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlit dan hasil latihan-latihan

2) Tergantung tonus dan elstisitas otot yang melakukan gerak 3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlit 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja saraf, otot dan indera.

c. Koordinasi Mata-Tangan Tinggi.

Koordinasi mata-tangan tinggi adalah kemampuan melakukan pukulan yang sah, yaitu pukulan yang mengenai sasaran dan dapat dipukul kembali, dengan tidak

menginjak garis batas. Diukur dengan menggunakan Tes Koordinasi Mata-Tangan (Miller Wall Volley Test) yang dinyatakan dengan hasil pengukuran yang dicapai dalam nilai skor dengan diperoleh hasil yang tinggi.

commit to user

22

d. Koordinasi Mata-Tangan Rendah.

Koordinasi mata-tangan rendah adalah kemampuan melakukan pukulan yang sah, yaitu pululan yang mengenai sasaran dan dapat dipukul kembali, dengan tidak menginjak garis batas. Diukur dengan menggunakan Tes Koordinasi Mata-Tangan (Miller Wall Volley Test) yang dinyatakan dengan hasil pengukuran yang dicapai dalam nilai skor dengan diperoleh hasil yang rendah

e. Peranan Koordinasi Mata-Tangan.

Gerakan servis panjang dalam bulutangkis termasuk gerakan yang kompleks, sebab gerakan servis panjang merupakan gabungan dari beberapa gerakan yang harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Gerakan servis panjang dalam bulutangkis bila diuraikan terdiri dari sikap awal, ayunan raket, saat raket memukul shutlecock. Untuk melakukan beberapa unsur gerakan tersebut secara selaras diperlukan kemampuan koordinasi yang baik. Dapat dikatakan bahwa koordinasi mata-tangan merupakan dasar untuk mencapai keterampilan yang tinggi dalam melakukan gerakan tersebut.

Dalam melakukan gerakan servis panjang dalam bulutangkis sangat diperlukan koordinasi mata-tangan yang baik. Gerakan servis panjang dalam bulutangkis merupakan gerakan menggunakan kecermatan pandangan (mata) dan keakuratan gerakan tangan. Koordinasi mata-tangan sangat berperan dalam membentuk keterampilan servis panjang. Seorang siswa yang mempunyai tingkat koordinasi mata-tangan tinggi, dia lebih mampu dalam mengatur kecermatan dan ketepatan sasaran. Sebaliknya siswa yang mempunyai taraf koordinasi mata-tangan rendah, dia lemah dalam kecermatan dan akurasi sasaran. Tanpa memiliki koordinasi mata-tangan yang

commit to user

23

baik, maka hasil servis panjang dalam bulutangkis yang dilakukan akan sulit mencapai hasil seperti yang diharapkan. Tingkat koordinasi mata-tangan merupakan kunci perkembangan penguasaan gerak keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Dalam dokumen IWIT WIJI LESTARI S. 810809210 (Halaman 34-40)

Dokumen terkait