• Tidak ada hasil yang ditemukan

IWIT WIJI LESTARI S. 810809210

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IWIT WIJI LESTARI S. 810809210"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI

MATA-TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS

PANJANG DALAM BULUTANGKIS

(Studi Eksperimen Dengan Metode Pembelajaran Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Keterampilan Servis Panjang dalam Bulutanglis Pada Siswa Kelas 5 Putra

SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

IWIT WIJI LESTARI S. 810809210

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ii

PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI

MATA-TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS

PANJANG DALAM BULUTANGKIS

(Studi Eksperimen Dengan Metode Pembelajaran Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam Bulutanglis Pada Siswa Kelas 5 Putra

SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar)

Disusun oleh:

IWIT WIJI LESTARI S. 810809210

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd

NIP. 130 259 809 ……….. ………

Pembimbing II Prof. Dr. Sunardi, M.Sc

NIP. 19540916 197703 1 001 ……….. ………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(3)

commit to user iii

PENGESAHAN TESIS

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI

MATA-TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS

PANJANG DALAM BULUTANGKIS

(Studi Eksperimen Dengan Metode Pembelajaran Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam Bulutanglis Pada Siswa Kelas 5 Putra

SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar)

Diajukan oleh:

IWIT WIJI LESTARI S. 810809210

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Ketua ... .……… ……….

Sekretaris ... ...…… .……….

Anggota Penguji : 1. ... .……… ….…….

2. ... ………. .……….

Mengetahui:

Ketua Program Studi : Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ….………. .………

Teknologi Pendidikan NIP. 19430712 197301 1 001

Direktur Program : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, P.hD ……….... .………...

(4)

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : Iwit Wiji Lestari

NIM : S. 810809210

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Metode

Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Servis

Panjang Dalam Bulutangkis” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 28 April 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user v

MOTTO

“Kegagalan adalah salah satu mata rantai keberhasilan

(6)

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada :

Bapak-Ibu tercinta dengan segala kasih sayangnya

Suamiku tersayang

Putra - putriku tercinta

(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat,

rahmat, dan ridha-Nya, yang telah memberikan kesempatan dan kelancaran, sehingga

tesis dengan judul, “Pengaruh Metode Pembelajaran dan Koordinasi

Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam Bulutangkis “ dapat

diselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang

tak terhingga, terutama kepada pembimbing yaitu yang terhormat Prof. Dr. Sri

Yutmini, M.Pd dan Prof. Dr. Sunardi, M.Sc yang telah berkenan dan sabar dalam

memberikan semangat, arahan, ilmu, masukan dan koreksi hingga tesis ini bisa

terselesaikan. Serta kepada seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana UNS yang telah dengan tulus memberikan ilmu

dan pengetahuan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta..

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana (PPs)

(8)

commit to user viii

3. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Pascasarjana UNS.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan

Pascasarjana UNS.

5. Bapak-Ibu tercinta yang telah memberi dorongan dan do’a yang tiada hentinya

6. Suami dan anak-anakku tersayang yang selalu memberi dukungan dan inspirasi.

7. Hj. Nuryatni Tri Winarsih, S.Pd, M.M selaku Kepala SDN 03 Bejen

Karanganyar, Karanganyar.

8. Sutardi, S.Pd selaku Kepala SDN 04 Bejen Karanganyar, Karanganyar.

9. Rekan-rekan guru SDN 03 dan 04 Bejen Karanganyar, Karanganyar.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan

Semoga semua amal dan kebaikannya mendapatkan pahala yang

sesuai dari Allah SWT.

Surakarta, 28 April 2011

(9)

commit to user ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... .. xv

ABSTRACT ... ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

(10)

commit to user x

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori ... 7

1. Karakteristik Anak SD Kelas 5 ... 7

2. Pembelajaran ... 10

3. Metode Pembelajaran Massed Practice ... 15

4. Metode Pembelajaran Distributed Practice ... 17

5. Koordinasi Mata-Tangan ... 19

6. Keterampilan Servis panjang Dalam Bulutangkis... ... 23

B. Penelitian Yang Relevan ... 27

1. Hasil Tes Koordinasi Mata-Tangan ... 49

(11)

commit to user xi

B. Uji Reliabilitas ... 57

C. Pengujian Persyaratan Analisis………. 58

D. Pengujian Hipotesis ……….. 60

E. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 63

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ……….. 71

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(12)

commit to user xii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kerangka Desain Penelitian ... 33

2. Range Kategori Reliabilitas ... 44

3. Ringkasan Anava 2x2 ... 47

4. Distribusi Frekwensi Data Hasil Tes Koordinasi Mata-Tangan……… 49

5. Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Massed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Tinggi ……….. 50

6. Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Massed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Rendah ………..51

7. Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Distributed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Tinggi ……….. 52

8. Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Distributed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Rendah ………..53

9. Deskripsi Data Hasil Tes Keterampilan Servis Panjang Dalam Permainan Bulutangkis Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Pembelajaran Dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan... ... 54

10. Range Kategori Reliabilitas... 57

11. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data...58

12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 58

13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ... 59

(13)

commit to user xiii

15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Pendekatan

Pembelajaran (A1 dan A2) ... 61

16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Koordinasi mata-

tangan (B1 dan B2)... 61

17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B

(14)

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Bentuk dan Ukuran Lapangan. ... 24

2. Macam-macam Pukulan Servis ... 25

3. Teknik Servis Panjang ... 26

4. Grafik Distribusi Frekwensi Data Hasi Tes Koordinasi Mata-Tangan ... 50

5. Grafik Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Massed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Tinggi ... 51

6. Grafik Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Massed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Rendah ... ... 52

7. Grafik Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Distributed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Tinggi ... ... 53

8. Grafik Distribusi Frekwensi Data Gain Score Servis Panjang Distributed Practice Dengan Koordinasi Mata-Tangan Rendah ... ... 54

9. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Servis Panjang dalam Bulutangkis Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan ... 55

10. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Keterampilan Servis Panjang dalam Bulutangkis pada Tiap Kelompok Perlakuan ...56

(15)

commit to user xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ... ... 76

2. Program Pembelajaran dan Massed Practice ... ... 78

3. Program Pembelajaran Distributed Practice ……… 81

4. Data Tes Koordinasi Mata-Tangan ... 84

5. Data Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Servis Panjang……… ... 87

6. Mencari Reliabilitas Tes dengan Anava ... 93

7. Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors ... 104

8. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 108

9. Analisis Varians ... 109

(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

IWIT WIJI LEATARI, S. 810809210. 2011. Pengaruh Metode Pembelajaran

dan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam Bulutangkis. (Studi Eksperimen Dengan Metode Pembelajaran Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam

Bulutangkis Pada Siswa Kelas 5 Putra SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar).

Tesis : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh metode pembelajaran Massed Practice dan Distributed Practice terhadap keterampilan

servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas 5 SDN 03 dan SDN 04

Bejen, Karanganyar. (2), Pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan mata-tangan rendah terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra

kelas 5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar. (3) Pengaruh interaksi antara

metode pembelajaran dan koordinasi mata-tangan terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang terdiri dari dua variabel bebas manipulatif, variabel bebas atributif dan variabel terikat. Rancangan penelitian adalah desain faktorial 2 x 2. Subyek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa putra kelas 5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen,

Karanganyar berjumlah 40 orang yang diambil dengan purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari 1) Tes koordinasi mata tangan, 2) Metode pembelajaran, 3) Tes keterampilan servis panjang dalam bulutangkis. Teknik

analisis data menggunakan anava dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05.

Kesimpulan Penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Ada pengaruh metode pembelajaran massed practice dan distributed practice terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa kelas 5 SDN 03 dan 04 Bejen, Karanganyar (Fo = 4.401 > Ft = 4,11), pengaruh metode pembelajaran massed practice lebih baik daripada distributed practice dalam meningkatkan keterampilan servis panjang dalam bulutangkis dengan rata-rata peningkatannya masing-masing adalah 10,25 dan 8,50, (2) Ada pengaruh keterampilan servis panjang dalam bulutangkis antara siswa yang memiliki koordinasi mata tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas 5 SDN 03 dan

04 Bejen, Karanganyar dengan (Fo = 6.643 > Ftabel = 4.11), peningkatan

keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa yang memiliki koordinasi tangan tinggi lebih baik daripada yang memiliki koordinasi

mata-tangan rendah, rata-rata peningkatannya masing-masing adalah 10.45 dan 8.30,

dan (3) Ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan koordinasi mata-tangan terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas 5 SDN 03 dan 04 Bejen, Karanganyar (Fo = 5.465 > Ftabel = 4.11),

dimana metode pembelajaran massed practice lebih tepat diterapkan terhadap siswa yang mempunyai koordinasi mata tangan tinggi sedangkan metode pembelajaran distributed practice lebih tepat diterapkan terhadap siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah.

Kata kunci : Metode pembelajaran, koordinasi mata-tangan, dan servis panjang

(17)

commit to user

(18)

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju

manusia Indonesia seutuhnya. Penyelenggaraan pendidikan jasmani mempunyai

tujuan yang jelas, ialah untuk menciptakan dan menyediakan suatu situasi yang

dapat membantu keseimbangan perkembangan intelegensi, fisik, moral dan estetis.

Tujuan yang paling utama dari pendidikan jasmani adalah menciptakan manusia

Indonesia seutuhnya yaitu baik jasmani maupun rohaninya. Penyajian pendidikan

jasmani di Sekolah Dasar (SD) disesuaikan dengan tujuan pendidikan serta harus

memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai dengan usianya.

Cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani di sekolah

meliputi atletik, permainan, dan senam. Dari beberapa cabang olahraga tersebut

salah satunya adalah cabang olahraga permainan. Cabang olahraga permainan yang

diajarkan di SD salah satunya adalah cabang olahraga bulutangkis. Permainan

bulutangkis yang dilakukan sekarang ini, baik sebagai pengisi waktu luang maupun

untuk pertandingan, telah melewati proses perkembangan yang menarik baik dari

segi kualitas permainan dan peraturannya, dari segi teknik, taktik maupun dari segi

(19)

commit to user

2

Untuk dapat memperoleh prestasi yang optimal diperlukan usaha-usaha untuk

meningkatkan dan mengembangkan prestasi bulutangkis seoptimal mungkin melalui

pembinaan pemain sebagai generasi penerus sedini mungkin. Pembinaan ini dapat

pula dilakukan sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Hal ini sudah dapat

diperhatikan bahwa dalam program pembelajaran atau kurikulum, permainan

bulutangkis merupakan salah satu materi yang harus diajarkan kepada siswa.

Dalam kurikulum, materi permainan bulutangkisyang harus diajarkan

kepada siswa SD adalah macam-macam teknik dasar, mulai dari memegang raket,

teknik servis, dan macam-macam pukulan dalam bulutangkis. Teknik servis panjang

dalam permainan bulutangkis, banyak sekali dilakukan oleh para pemain. Teknik

servis panjang ini digunakan apabila pemain hendak memulai suatu permainan.

Mengajar servis panjang dalam bulutangkis harus dilakukan dengan menggunakan

metode pembelajaran yang benar, dari beberapa metode pembelajaran yang ada

diantaranya adalah metode pembelajaran massed practice dan distributed practice.

Massed Practice menurut Drowatzky (1981 : 243) adalah, "Suatu latihan

yang dilakukan dalam satu sesi yang lama, di mana latihan dilakukan terus menerus

dengan tanpa ada tempo untuk istirahat." Dengan demikian apabila mempraktekkan

gerakan yang sedang dipelajari secara terus menerus tanpa ada waktu istirahat atau

kalau ada sangat pendek waktu istirahatnya berarti menurut pada metode

pembelajaran massed practice. Jadi pembelajaran servis panjang dengan massed

practice maksudnya siswa melakukan pembelajaran servis panjang secara terus

(20)

commit to user

3

Distributed Practice adalah prinsip pengaturan giliran dalam pembelajaran di mana

diadakan pengaturan waktu pembelajaran dengan waktu istirahat secara

berselang-seling. Drowatzky (1981 : 243), menyatakan bahwa : “Distributed Practice atau

latihan selang dilakukan dalam beberapa sesi yang pendek diselingi dengan

istirahat.” Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran servis panjang dengan metode

pembelajaran distributed practice maksudnya siswa dalam melakukan pembelajaran

servis panjang diselingi istirahat ± 30 detik.

Metode pembelajaran servis panjang dengan massed practice ataupun

distributed practice, beban ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus

menerus. Peningkatan beban dilakukan setelah tiga kali pembelajaran. Peningkatan

beban didasarkan pada peningkatan secara progresif dan terus-menerus, dan

berdasarkan pada prinsip overload. M. Sajoto (1995: 31) menyatakan bahwa “Dalam

latihan harus ada peningkatan atau penambahan beban kerja secara progresif”.

Penggunaan prinsip (overload principle) sangat baik untuk meningkatkan

kemampuan fisik.

Kedua metode pembelajaran tersebut belum pernah diberikan pada siswa

SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar, sehingga menarik untuk diteliti. Dengan

melihat kekurang mampuan siswa dalam melakukan servis panjang yang maksimal,

maka diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan

Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam

(21)

commit to user

4

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka muncul permasalahan yang

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Dalam pengembangan manusia seutuhnya para guru pendidikan jasmani

perlu metode pembelajaran yang tepat.

2. Pembinaan merupakan hal yang penting dalam menciptakan siswa yang

berprestasi dalam permainan bulutangkis.

3. Servis panjang merupakan salah satu teknik yang mendukung dalam pencapaian

prestasi bulutangkis.

4. Untuk meningkatkan keterampilan servis panjang siswa SDN 03 dan SDN 04

Bejen, Karanganyar perlu menggunakan suatu metode pembelajaran yang benar.

5. Metode pembelajaran Massed Practice diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan servis panjang.

6. Metode pembelajaran Distributed Practice diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan servis panjang.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran servis panjang dengan metode pembelajaran Massed Practice.

(22)

commit to user

5

3. Keterampilan servis panjang siswa putra kelas 5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen,

Karanganyar

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh metode pembelajaran massed practice dan distributed practice

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas

5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar ?

2. Adakah pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan mata-tangan rendah

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas

5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar?

3. Adakah pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi

mata-tangan terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa

putra kelas 5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Massed Practice dan

Distributed Practice terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis

(23)

commit to user

6

2. Untuk mengetahui pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan mata-tangan

rendah terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra

kelas 5 SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar?

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan

koordinasi mata-tangan terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai informasi khususnya kepada pembina olahraga dan pelatih bulu tangkis

tentang pentingnya penguasaan teknik servis panjang dalam bulutangkis.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

menyusun program pembelajaran khususnya melakukan metode pembelajaran

servis panjang yang efektif dan dapat digunakan dengan tepat pada siswa SDN

03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar pada khususnya.

3. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan servis panjang dalam

(24)

commit to user

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Anak SD Kelas 5.

Perkembangan fisik anak SD kelas 5 termasuk kategori anak besar. Sugiyanto

(1998 : 133) menjelaskan bahwa, ”Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai

dengan 10 atau 12 tahun.” Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis

membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Pada masa anak besar terjadi

perkembangan kemampuan fisik yang semakin jelas terutama dalam hal kekuatan,

fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi.

Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik,

maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar. Berbagai kemampuan gerak dasar

yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil semakin dikuasai. Peningkatan

kemampuan gerak dapat diidentifikasikan dalam bentuk :

- Gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang lebih efisien.

- Gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol.

- Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi.

- Gerakan semakin bertenaga.

Menurut Sugiyanto (1998 : 160), di dalam anak-anak melakukan aktivitas fisik

dipengaruhi oleh kecenderungan sifat yang dimiliki, yaitu antara lain :

1. Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang

(25)

commit to user

8

2. Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.

3. Perkembangan sosialnya semakin baik, dapat menikmati situasi bermain bersama

teman-temannya.

4. Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dengan anak perempuan semakin jelas,

dan ada kecenderungan kurang senang bermain-main dengan lawan jenisnya.

5. Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu, dan semangat

berkompetisi tinggi.

Sifat-sifat psikologis dan sosial anak besar yang menonjol (Sugiyanto, 1998 : 161)

adalah :

1. Menyenangi permainan yang aktif.

2. Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.

3. Minat terhadap permainan yang lebih terorganisasi meningkat.

4. Rasa kebanggaan akan keterampilan yang dikuasai tinggi, dan berusaha untuk

meningkatkan kebanggaan diri.

5. Selalu berusaha berbuat sesuatu untuk memperoleh perhatian orang dewasa, dan

akan berbuat sebaik-baiknya apabila memperoleh dorongan dari orang dewasa.

6. Memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang dewasa dan berusaha

memperoleh persetujuannya.

7. Memperoleh kepuasan yang besar melalui kemampuan mencapai sesuatu,

membenci kegagalan atau berbuat kesalahan.

8. Pemujaan kepahlawanan kuat.

9. Mudah gembira.

(26)

commit to user

9

11.Mulai memahami arti akan waktu dan ingin mencapai sesuatu pada waktunya.

Sifat-sifat perkembangan fisik dan gerak, minat, serta sifat-sifat psikologis dan

sosial harus diperhatikan dalam penanganan pemenuhan keperluan akan aktivitas pada

anak-anak. Sugiyanto (1998 : 163) mengemukakan aktivitas-aktivitas yang diperlukan

oleh anak besar adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas yang menggunakan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu.

Bentuk aktivitas :

a. Pengenalan keterampilan berolahraga.

b. Bermain dalam situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang

sederhana.

c. Aktivitas pengujian diri dan aktivitas yang menggunakan alat-alat.

d. Berlatih dalam situasi ”drill”.

2. Aktivitas secara beregu atau kelompok, untuk memberi kesempatan bekerja sama

dengan teman-temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan

di antara mereka.

Bentuk aktivitas :

a. Aktivitas bermain atau berlomba beregu.

b. Bermain atau menari berkelompok dengan membentuk formasi tertentu.

3. Aktivitas mencoba-coba, dengan memberi kesempatan pada siswa untuk

mencobakan kemampuannya mengatasi suatu masalah, dan belajar tentang

(27)

commit to user

10

Bentuk aktivitas :

a. Aktivitas mengatasi masalah menurut cara dan kemampuan masing-masing

siswa.

b. Aktivitas gerak tari kreatif.

c. Aktivitas latihan gerak untuk pengembangan.

4. Aktivitas untuk meningkatkan kemampuan fisik dan keberanian dalam bentuk

aktivitas individual atau permainan kelompok, terutama yang melibatkan kekuatan

dan ketahanan.

Bentuk aktivitas :

a. Permainan combatives.

b. Program latihan untuk pengembangan kemampuan fisik.

c. Latihan relaksasi.

2. Pembelajaran

Pembelajaran dalam pendidikan dapat diartikan juga sebagai pengajaran.

Pengajaran mempunyai arti satu cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila

pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru

dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa.

Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang atau

ajeg dengan selalu memberikan peningkatan materi pembelajaran. Dengan pembelajaran

yang sistematis melalui pengulangan tersebut akan menyebabkan mekanisme susunan

(28)

commit to user

11

penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai

dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian

hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari mudah ke yang

lebih sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Hasil

nyata dari pembelajaran ini adalah gerakan-gerakan otomatis yang tidak terlalu

membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf, sehingga gerakan otomatis yang terjadi

akan mengurangi gerakan tambahan yang berarti penghematan tenaga.

Penguasaan suatu ketrampilan tidak dapat dicapai dengan mudah, tetapi

diperlukan proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran ketrampilan merupakan

proses untuk mempelajari atau menguasai suatu jenis gerakan ketrampilan. Tujuan

belajar ketrampilan adalah agar dapat melakukan suatu gerakan secara trampil, otomatis

dan reflektif dengan gerakan yang benar.

Dalam kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar, mengajar

merupakan suatu aspek dari pendidikan yang akan menghasilkan suatu derajat

pengembangan diri yang tinggi dalam belajar. Mengajar adalah pemberian

informasi kepada seseorang dengan maksud menghasilkan sesuatu perubahan akibat

dari belajar. Pembelajaran sering diartikan sebagai pemberian ilmu dari guru kepada

murid. Untuk proses pembelajaran dengan baik perlu persiapan dengan baik pula.

Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh orang yang

menangani atau guru dan teori-teori ilmu olahraga sebagai penunjang. Keberhasilan

interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan

dalam penampilan olahraga. Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang

(29)

commit to user

12

pelaksanaan gerakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang benar

sehingga akan menghasilkan peningkatan yang sempurna.

Pengaturan pelaksanaan gerakan harus didukung oleh unsur lain, yaitu keadaan

siswa dalam melakukan proses belajar, sarana, dan prasarana. Jadi akan ada hubungan

yang saling menunjang antara guru selaku pengelola proses pembelajaran dan siswa

selaku sasaran pendidikan, serta sarana dan prasarana selaku alat untuk memproses

kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,

dilaksanakan baik di dalam ruang kelas maupun di luar kelas. Di luar kelas misalnya di

lapangan, di kolam renang, dan lain-lain. Dengan demikian dituntut adanya prasarana

dan sarana pendidikan jasmani yang beraneka ragam, sesuai dengan cabang olahraga

yang diajarkan. Oleh karena itu diperlukan adanya pengelolaan khusus, sehingga

kegiatan pembelajaran keterampilan olahraga, dalam hal ini teknik servis panjang dalam

permainan bulu tangkis dapat terjamin dan terselenggara dengan lancar.

Soemanto Y. dan Soedarwo (1990:50) mengemukakan pendapatnya sebagai

berikut :

Kekhususan pengelolaan ini dimaksudkan sebagai usaha penyediaan kondisi optimal dalam pembelajaran yang meliputi : pengaturan tentang penggunaan lapangan, perlengkapan dan peralatan, formasi anak didik, posisi guru, memperhatikan lingkungan (tidak menghadap matahari, tidak menghadap jalanraya), memperhatikan keselamatan, pencegahan kecelakaan atau bahaya yang dapat menimpa pada anak didik atau guru dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Jadi faktor keselamatan dan rasa aman dapat terjamin sepenuhnya, baik bagi siswa maupun guru itu sendiri.

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran terdiri dari beberapa tahap, yaitu ;

(30)

commit to user

13

dapat diketahui hasil belajar dan diketahui pula metode pembelajaran yang digunakan

telah sesuai atau belum melalui prestasi anak didik.

Agar pembelajaran mencapai hasil yang optimal, maka program/bentuk

pembelajaran disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu siswa,

dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas latihan.

Berdasarkan didaktik umum, terdapat tiga bentuk metode dasar mengajar untuk

mengajarkan keterampilan olahraga, yakni (1) presentasi, (2) penguasaan gerak, dan (3)

penyempurnaan gerak. Untuk setiap bentuk metode dasar mengajar tersebut, beberapa

metode dapat ditambah, bahkan dapat dipilah-pilah menjadi beberapa tindakan metodis

yang berbeda.

Presentasi merupakan seperangkat tindakan guru untuk mengalihkan informasi

tentang konsep gerak yang akan dipelajari siswa. Hal itu dapat dilakukan dengan

penjelasan secara verbal, kemudian dipertegas lagi dengan penjelasan secara visual

berupa gambar-gambar atau contoh konkret dari guru tentang pelaksanaan keterampilan

olahraga yang bersangkutan. Dalam tahap pesentasi ini dapat diterapkan metode

tanya-jawab atau diskusi untuk memperkuat pemahaman siswa tentang tugas-tugas gerak yang

dipelajarinya.

Manakala konsep gerak itu telah dipahami oleh siswa, maka kegiatan

belajar-mengajar beralih ke tahap penguasaan gerak. Dalam tahap ini, guru memberikan peluang

kepada siswa untuk melakukan tugas gerak yang dipelajarinya secara berulang-ulang

dalam kondisi tertentu.

Ketika siswa mengulang-ulang tugas gerak, guru mengamati dan membantu

(31)

commit to user

14

hasil penampilannya. Kondisi demikian berlangsung terus sampai dengan terbentuknya

keterampilan teknik olahraga yang bersangkutan dalam perilaku siswa.

Selepas tahap penguasaan gerak, kemudian kegiatan belajar siswa dialihkan ke

tahap penyempurnaan gerak. Tahap ini pada hakikatnya tak terpisahkan dengan tahap

penguasaan gerak, dan metodenya tetap berpusat pada metode pembelajaran. Misalnya,

penguasaan keterampilan olahraga yang mula-mula masih kaku dan kasar koordinasinya,

melalui metode pembelajaran yang intensif lambat laun semakin efisien koordinasinya

dan pada gilirannya akan mencapai taraf otomatis.

Kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan di pendidikan mencakup tiga

aspek yaitu, “kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan

gerak).” Dalam pembelajaran keterampilan gerak tidaklah sama seperti pembelajaran

pengetahuan dan sikap, disini seorang guru dituntut harus memberikan contoh dan

memfokuskan pada segi keterampilan gerak si anak didik. Berkenaan dengan hal

tersebut, maka perlu memperhatikan hal-hal yang mengenai strategi pembelajaran

keterampilan gerak seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto (1998 : 64-66) yang

perlu diperhatikan dalam mengatur kondisi belajar keterampilan gerak diantaranya :

1). Pengaturan waktu latihan

2). Pengaturan urutan materi belajar 3). Pengaturan lingkungan belajar 4). Metode mengajar gerak

Dari keempat aspek tersebut, dalam penelitian ini aspek metode mengajar gerak

itulah yang diteliti. Dalam pembelajaran keterampilan gerak, strategi pembelajaran bisa

berbentuk penerapan cara-cara mengajar agar proses belajar dapat berlangsung dengan

(32)

commit to user

15

Dalam metode pembelajaran keterampilan servis panjang pada penelitian ini,

menggunakan metode pembelajaran massed practice dan distributed practice. Dengan

adanya dua jarak pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran servis

panjang bulutangkis, akan dibandingkan antara metode pembelajaran massed practice

dan distributed practice.

3. Metode Pembelajaran Massed Practice

Untuk mencapai hasil belajar maka perlu dicipkan kondisi belajar gerak. Salah

satu yang dapat dilakukan dalam menciptakan kondisi gerak yaitu dengan kegiatan

praktik. Usaha dalam kegiatan praktik tersebut dapat dilakukan dengan pembelajaran

menggunakan program dan metode pembelajaran yang benar.

Metode pembelajaran massed practice merupakan metode pembelajaran yang

pelaksanaannya tanpa diselingi istirahat diantara waktu pembelajaran sampai batas

waktu yang ditentukan (Drowatzky, 1981 : 243). Metode pembelajaran ini ditujukan

untuk meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan dan akan merangsang kemampuan

otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga bulutangkis untuk membantu mencapai

prestasi yang lebih baik.

Metode pembelajaran massed practice dapat pula diterapkan dalam pembelajaran

servis panjang. Metode pembelajaran massed practice dilaksanakan dalam sebuah sesi

yang panjang dan berkelanjutan, tanpa adanya ketentuan-ketentuan untuk kelanjutannya.

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran servis

panjang bulutangkis dengan sejumlah shuttle cock yang disediakan. Dalam

(33)

commit to user

16

kali servis panjang, dan pembelajaran secara terus menerus ini memakan waktu kurang

lebih di bawah tiga menit dalam satu setnya. Karena waktunya kurang dari 3 menit,

maka sistem energi yang digunakan adalah sistem anaerobik. Dengan melakukan

gerakan servis panjang secara berulang-ulang maka akan terjadi perbaikan koordinasi

sistem syaraf, yang mengarah pada perbaikan pola gerak servis panjang bulutangkis.

Sehingga dengan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

keterampilan servis panjang.

Menurut Drowatzky (1981 : 244) metode pembelajaran massed practice

mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode pembelajaran massed practice

adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan terhadap pola gerakan teknik servis panjang akan lebih cepat tercapai.

Karena dalam metode pembelajaran massed practice akan memungkinkan terhadap

pembentukan pola gerakan yang cepat.

2. Dengan metode pembelajaran massed practice dapat meningkatkan keterampilan

sekaligus meningkatkan kondisi fisik khususnya daya tahan.

3. Bisa melakukan melakukan gerak berulang-ulang sebanyak mungkin.

4. Meningkatkan kepekaan ( feeling ) terhadap bola / shutlecock.

Kelemahan metode pembelajaran massed practice adalah :

1. Penguasaan teknik gerakan yang sempurna akan sulit tercapai, sebab dengan metode

pembelajaran massed practice akan menyebabkan kelelahan dan ini akan

berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan yang dilakukan.

2. Pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik gerakan sulit dilakukan, sebab tidak ada

(34)

commit to user

17

4. Metode Pembelajaran Distributed Practice

Metode pembelajaran distributed practice merupakan suatu bentuk atau metode

pembelajaran keterampilan olahraga yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat

dan sering diselingi waktu istirahat. Metode pembelajaran distributed practice ini dapat

pula diterapkan dalam permainan bulutangkis khususnya dalam pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar keterampilan servis panjang.

Metode pembelajaran distributed practice dilaksanakan dalam beberapa sesi

yang lebih pendek yang diselingi dengan periode istirahat. Hubungan antara

pembelajaran-istirahat dapat disusun dalam berbagai cara, misalnya pembelajaran

panjang dengan istirahat yang jarang, pembelajaran pendek dengan istirahat yang sering,

lama maupun pendek, dan waktu istirahat dengan lama yang meningkat atau menurun.

Meskipun begitu, pertanyaan yang muncul bukan hanya tentang lama waktu istirahat

yang diperbolehkan selama pembelajaran, tetapi juga tentang hubungan yang terbaik

antara aktivitas dan istirahat.

Metode pembelajaran distributed practice yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah pembelajaran servis panjang sebanyak 10 kali servis panjang dengan setiap 1 kali

servis diselingi istirahat selama 30 detik atau bergiliran dengan teman. Dengan adanya

selingan istirahat dalam satu set, sistem energi yang digunakan adalah dominan sistem

aerobik. Karena sistem aerobik sangat efisien dan tidak menimbulkan kelelahan, sistem

ini merupakan sumber energi otot yang lebih disukai. Selama latihan dengan intensitas

sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh ATP yang

(35)

commit to user

18

secara teratur. Maka kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan

intensitas sedang sangat tergantung pada sistem metabolisme aerobik.

Metode pembelajaran distributed practice mempunyai kelebihan dan kelemahan

(Drowatzky, 1981 : 247). Kelebihan dari metode pembelajaran distributed practice

adalah :

1. Penguasaan terhadap pola gerakan teknik servis panjang akan lebih sempurna.

Karena dalam metode pembelajaran ini siswa selalu mendapat waktu istirahat yang

cukup sehingga siswa tersebut akan dapat melakukan teknik gerakan servis panjang

secara sempurna.

2. Perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah dilakukan, yaitu pada

waktu istirahat. Dengan adanya perbaikan-perbaikan terhadap gerakan yang

dilakukan, maka penguasaan terhadap teknik servis panjang akan lebih baik.

3. Teknik keterampilan dapat dilakukan dengan baik, kesalahan teknik dapat diketahui

sejak dini dan dapat segera dibetulkan sehingga penguasaan teknik servis panjang

dalam bulutangkis dapat menjadi lebih baik.

4. Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan.

Kelemahan metode pembelajaran distributed practice adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan teknik gerakan agak lambat karena sering diselingi istirahat. Hal ini

disebabkan pola gerakan yang sudah terbentuk berkurang selama istirahat.

2. Prioritas dalam metode pembelajaran distributed practice ini hanya terbatas pada

(36)

commit to user

19

Dari kedua metode pembelajaran servis panjang pada penelitian ini, tetap

mengacu pada penggunaan prinsip pembebanan latihan dari Bompa (1986: 182) sebagai

berikut :

Frekuensi : 4 - 6 minggu

Repetisi : 8 - 12 ulangan

Set : 2 - 3 set

5. Koordinasi Mata-Tangan

a. Koordinasi Mata-Tangan

Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks.

Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas

dan sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Menurut

Barrow dan McGee dalam Harsono (1988 : 219) bahwa, ”dalam koordinasi termasuk

juga agilitas, balance (keseimbangan), dan kinestetic sence.” Koordinasi penting kalau

kseseorang berada dalam situasi dan lingkungan yang asing seperti misalnya dalam

perubahan lapangan pertandingan, peralatan dan sebagainya yang dihadapi didalam

pertandingan. Demikian pula, koordinasi penting untuk orientasi ruang, seperti pada

waktu berada di udara misalnya pada saat salto dalam senam atau loncat indah.

Broer dan Zernicke dalam Harsono (1988 : 221) menjelaskan bahwa koordinasi

adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan,

dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa

(37)

commit to user

20

efisien, halus, mulus (smooth) dan terkoordinasi dengan baik. Menurut Suharno HP.

(1993 : 61) bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa

gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras." Dengan demikian kesimpulan dari

pendapat-pendapat tersebut ialah koordinasi merupakan kemampuan dari dua atau lebih

organ tubuh yang bergerak dengan suatu pola gerakan tertentu.

Koordinasi gerakan itu sendiri dapat berbagai macam seperti koordinasi

mata-kaki (foot-eye coordination) seperti misalnya dalam keterampilan menendang bola, atau

koordinasi mata-tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya keterampilan

melempar suatu obyek ke sasaran tertentu. Beberapa aktivitas membutuhkan koordinasi

menyeluruh (over-all coordination) dari tubuh, misalnya keterampilan senam. Dan

koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinasi mata-tangan. Jadi

yang dimaksudkan dengan kordinasi mata-tangan dalam penelitian ini adalah kordinasi

antara mata (penglihatan) dengan gerakan tangan dalam keterampilan servis panjang

bulutangkis.

b. Kegunaan dan Faktor Penentu Koordinasi

Pusat pengatur koordinasi di otak kecil (cerebulum) dengan proses dari pusat

saraf ke ke saraf tepi ke indera dan terus ke otot untuk melaksanakan gerak yang selaras

dan utuh otot synergis dan antagonis. Menurut Suharno HP. (1993 : 62) Koordinasi

mempunyai kegunaan sebagai berikut.

1) Mengkoordinasikan beberapa gerakan agar menjadi satu gerakan yang utuh dan serasi

2) Efisiensi dan efektif dalam penggunaaan tenaga 3) Untuk menghindari terjadinya cedera

4) Mempercepat berlatih, menguasai teknik

(38)

commit to user

21

6) Kesiapan mental atlit lebih mantap untuk menghadapi pertandingan

Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin

dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien.

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu

keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan

keterampilan yang masih baru baginya. Disamping itu juga dapat mengubah secara cepat

dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien.

Atlit yang koordinasinya tidak baik biasanya melakukan gerakan-gerakannya secara

kaku, dengan ketegangan, dan dengan energi yang berlebihan sehingga tidak efisien.

Untuk dapat memiliki koordinasi yang baik, Suharno HP. (1993 : 62)

menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi penentu dalam koordinasi yang baik,

yaitu ;

1) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlit dan hasil latihan-latihan

2) Tergantung tonus dan elstisitas otot yang melakukan gerak 3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlit 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja saraf, otot dan indera.

c. Koordinasi Mata-Tangan Tinggi.

Koordinasi mata-tangan tinggi adalah kemampuan melakukan pukulan yang sah,

yaitu pukulan yang mengenai sasaran dan dapat dipukul kembali, dengan tidak

menginjak garis batas. Diukur dengan menggunakan Tes Koordinasi Mata-Tangan

(Miller Wall Volley Test) yang dinyatakan dengan hasil pengukuran yang dicapai dalam

(39)

commit to user

22

d. Koordinasi Mata-Tangan Rendah.

Koordinasi mata-tangan rendah adalah kemampuan melakukan pukulan yang

sah, yaitu pululan yang mengenai sasaran dan dapat dipukul kembali, dengan tidak

menginjak garis batas. Diukur dengan menggunakan Tes Koordinasi Mata-Tangan

(Miller Wall Volley Test) yang dinyatakan dengan hasil pengukuran yang dicapai dalam

nilai skor dengan diperoleh hasil yang rendah

e. Peranan Koordinasi Mata-Tangan.

Gerakan servis panjang dalam bulutangkis termasuk gerakan yang kompleks,

sebab gerakan servis panjang merupakan gabungan dari beberapa gerakan yang harus

dilakukan secara terpadu dan selaras. Gerakan servis panjang dalam bulutangkis bila

diuraikan terdiri dari sikap awal, ayunan raket, saat raket memukul shutlecock. Untuk

melakukan beberapa unsur gerakan tersebut secara selaras diperlukan kemampuan

koordinasi yang baik. Dapat dikatakan bahwa koordinasi mata-tangan merupakan dasar

untuk mencapai keterampilan yang tinggi dalam melakukan gerakan tersebut.

Dalam melakukan gerakan servis panjang dalam bulutangkis sangat diperlukan

koordinasi mata-tangan yang baik. Gerakan servis panjang dalam bulutangkis

merupakan gerakan menggunakan kecermatan pandangan (mata) dan keakuratan

gerakan tangan. Koordinasi mata-tangan sangat berperan dalam membentuk

keterampilan servis panjang. Seorang siswa yang mempunyai tingkat koordinasi

mata-tangan tinggi, dia lebih mampu dalam mengatur kecermatan dan ketepatan sasaran.

Sebaliknya siswa yang mempunyai taraf koordinasi mata-tangan rendah, dia lemah

(40)

commit to user

23

baik, maka hasil servis panjang dalam bulutangkis yang dilakukan akan sulit mencapai

hasil seperti yang diharapkan. Tingkat koordinasi mata-tangan merupakan kunci

perkembangan penguasaan gerak keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

6. Keterampilan Servis panjang Dalam Bulutangkis.

Hasil belajar keterampilan servis panjang dalam bulutangkis merupakan hasil

belajar keterampilan siswa terhadap permainan bulutangkis yang sedang ditekuni dengan

hasil yang baik. Kualitas keterampilan servis panjang dalam bulutangkis setiap siswa

sangat menentukan tingkat permainan. Makin baik tingkat penguasaan hasil belajar

keterampilan servis panjang, maka makin baik permainan bulutangkis akan tercapai.

Dalam permainan bulutangkis kemampuan servis mutlak dikuasai oleh siswa. Salah

melakukan servis berarti fatal, sedangkan unggul dalam servis berarti membuka

kemungkinan mendapatkan angka. Penguasaan keterampilan servis panjang dalam

bulutangkis juga sangat ditentukan pada pemahaman teori permainan bulutangkis, teknik

pukulan, teknik servis, dan pemahaman kondisi faal antara lain sistem energi yang

digunakan.

Permainan bulutangkis dapat dimainkan di dalam maupun di luar gedung, di atas

lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu yaitu

13,40 meter dan 6,10 meter. Lapangan bulutangkis dibagi menjadi dua sama besar dan

dipisahkan oleh net yang tergantung di tiang net yang ditanam di pinggir lapangan

dengan tinggi net dari lantai 1,524 meter. Alat yang digunakan adalah sebuah raket

sebagai alat pemukul serta “Shutlecock” sebagai bola yang dipukul. Permainan dimulai

dengan cara menyajikan bola atau servis, yang memukul bola dari petak servis kanan ke

(41)

commit to user

24

Gambar 1. Bentuk dan Ukuran Lapangan (Muhadjir, 2004 ; 67)

a. Teknik Pukulan dalam Bulutangkis

Dalam permainan bulutangkis, terdapat bermacam-macam teknik pukulan yang

dapat dan sering dilakukan oleh para pemain. Adapun macam-macam pukulan tersebut

seperti yang dikemukakan oleh Muhadjir (2004 : 70) adalah sebagai berikut.

1) Pukulan servis

2) Pukulan lob atau clear

3) Pukulan dropshot

4) Pukulan smash

5) Pukulan drive atau mendatar 6) Pukulan net (netting)

Dan Iwan Kristono. (1986 : 47) membagi macam-macam pukulan tersebut

sebagai berikut :

1. Service 2. Lob 3. Dropshot 4. Drive 5. Smash

b. Teknik Servis panjang

Pukulan servis merupakan pukulan yang mengawali permainan. Pukulan servis

(42)

commit to user

25

merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain,

seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis

dengan baik. Angka/poin dalam permainan bulutangkis tidak akan tercipta, apabila

pemain tidak mahir melakukan servis dengan benar. (Diunduh dari

http://www.bulutangkis.com/mail.php)

Dalam melakukan servis ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti yang

dikemukakan oleh Muhadjir (2004 : 70) sebagai berikut.

Macam-macam pukulan servis antara lain : a) Pukulan servis panjang (short service) b) Servis panjang (service lob)

c) Pukulan servis drive

d) Pukulan servis cambuk (service flick)

Gambar 2. Macam-Macam Pukulan Servis Muhadjir (2004 : 70)

Teknik servis panjang dalam permainan bulutangkis biasanya banyak digunakan

dalam permainan tunggal. Servis panjang ini banyak diandalkan oleh pemain tunggal,

karena dalam melakukannya bola dipukul sampai ke dekat garis belakang dan hasil

pukulan servis jarang sekali keluar lapangan belakang, dan jatuhnya bola hampir vertikal

sehingga lawan akan sulit untuk menilainya apakah bola itu masuk atau keluar dan

(43)

commit to user

26

Servis panjang dalam bermain bulutangkis dipergunakan untuk memaksa lawan

bergerak ke garis belakang lapangannya. Servis yang panjang biasanya bola hasil

pukulan tinggi sekali, bahkan dapat mencapai 4 sampai 5 meter. Dalam melakukan

teknik servis panjang ini menurut Huang Hua dan Sugeng Aryanto (2007 : 34) adalah

sebagai berikut :

Mulailah dengan mengacungkan raket ke belakang sejajar dengan lantai. Jatuhkan shutle cock, majukan siku, lalu ayunlah dengan memutar ujung lengan kuat-kuat ke dalam. Shutle cock harus diterbangkan ke atas pada sudut yang lebih dari 20 derajat. Sasaran yang dituju adalah daerah belakang kira-kira 6 inchi di sebelah dalam garis belakang. Kaki berada dekat garis tengah dan kira-kira 1 yard di belakang garis servis pendek. Ketika lengan diulurkan sepenuhnya kepala raket mengikuti gagang raket sampai berada sama jauh dengan kaki kiri. Memutar ujung lengan dengan kuat dimulai ketika gagang raket mencapai kaki kiri, dan benturan shutle cock terjadi tepat sebelum lengan diluruskan seluruhnya. Pukullah cock kira-kira setinggi lutut, jauh dari badan. Gerakan tubuh dan pangkal lengan harus berlangsung berurutan dengan mulus dan dengan kecepatan sedang. Ujung lengan yang diputar dengan cepat harus diayun jauh ke depan ke bahu kiri.

(44)

commit to user

27

Dalam permainan bulutangkis kemampuan servis mutlak dikuasai oleh pemain.

Salah melakukan servis berarti fatal, sedangkan unggul dalam servis berarti membuka

kemungkinan mendapatkan angka.

B. Penelitian yang Relevan.

1. Hasil penelitian Lewis dan Lowe dalam Cratty, B.J, (1986 : 287) menyimpulkan,

bahwa hasil penguasaan teknik gerak dari latihan yang menggunakan metode massed

practice ternyata lebih bertahan lama dibanding dengan menggunakan metode

distributed practice.

2. Hasil penelitian Cook dan Hilgard dalam Drowazky (1981 : 244) menyimpulkan,

bahwa proses untuk melatih suatu teknik keterampilan gerak yang baru dikenalkan

siswa tidak akan berhasil dengan baik jika awalnya menggunakan metode massed

practice, dan akan lebih menguntungkan memakai metode tersebut ketika siswa

mulai mengenal teknik keterampilan yang akan dilatihkan tersebut.

3. Hasil penelitian Sugiyana tahun 2002 menyimpulkan, tidak ada perbedaan antara

metode massed practice dan distributed practice terhadap hasil latihan keterampilan

bermain sepak bola berdasarkan tinggi rendahnya kemampuan gerak dasar pada

kelompok usia 9 hingga 10 tahun dan 11 hingga 12 tahun.

4. Hasil penelitian Samijo Effendi Raharjo tahun 2007, tentang “Perbedaan Pengaruh

Metode Mengajar dan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Teknik

(45)

commit to user

28

antara metode mengajar dan koordinasi mata-tangan terhadap keterampilan teknik

dasar bermain bola voli mini.

5. Hasil penelitian Waluyo tahun 2008, tentang “Hubungan Antara Koordinasi

Mata-Tangan Dengan Hasil Belajar Keterampilan Servis panjang Dalam Bulutangkis”.

Menyimpulkan bahwa ada hubungan antara koordinasi mata-tangan dengan hasil

belajar keterampilan servis panjang

C. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh metode pembelajaran massed practice dan distributed practice

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Dalam meningkatkan keterampilan servis panjang bulutangkis dapat dilakukan

dengan beberapa metode pembelajaran, diantaranya metode pembelajaran massed

practice dan distributed practice. Metode pembelajaran massed practice dan distributed

practice apabila di lihat dari pelaksanaannya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk

meningkatkan keterampilan dalam melakukan servis panjang, hanya yang membedakan

pada cara pelaksanaan. Kedua metode pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan dan

kelemahan

Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran massed practice siswa melakukan

servis panjang sebanyak 10 kali secara terus menerus atau berkesinambungan tanpa

diselingi istirahat. Sedangkan metode pembelajaran distributed practice siswa dalam

(46)

commit to user

29

selama 30 detik atau diselingi teman yang lain. Metode pembelajaran yang dilakukan

selama 6 minggu akan memberikan pengaruh terhadap keterampilan servis panjang.

Dengan memperhatikan penjelasaan tersebut, metode pembelajaran massed

practice dan distributed practice mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri.

Namun metode pembelajaran distributed practice memiliki kelebihan lebih baik

terhadap hasil belajar keterampilan teknik gerakan servis panjang bulutangkis yaitu

penguasaan kemampuan teknik gerakan.

2. Pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Koordinasi mata-tangan merupakan salah satu unsur penting bagi gerakan

aktivitas olahraga. Koordinasi yang dimiliki oleh setiap siswa tidak sama, ada yang

tinggi dan ada yang rendah. Tinggi rendahnya koordinasi mata-tangan yang dimiliki oleh

seorang siswa tentunya akan berpengaruh terhadap keterampilan siswa yang

bersangkutan. Hal ini dikarenakan koordinasi mata-tangan merupakan salah satu unsur

yang dominan dalam gerakan-gerakan pada olahraga bulutangkis.

Dari uraian tersebut di atas, dapat diduga bahwa koordinasi mata-tangan yang

tinggi dan rendah dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keterampilan

servis panjang dalam bulutangkis.

3. Pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi mata-tangan

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Keterampilan servis panjang dalam bulutangkis yaitu kemampuan siswa untuk

melakukan kecakapan dalam melakukan tugas dan penampilan, dan gerakan yang

(47)

commit to user

30

mengembangkan keterampilan servis panjang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran. Kecermatan dan ketepatan dalam

menerapkan metode pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting untuk

memperoleh peningkatan keterampilan servis panjang bulutangkis yang lebih baik. Hal

ini membawa pemikiran perlunya metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk

meningkatkan keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan

servis panjang dalam bulutangkis siswa diantaranya adalah metode pembelajaran

massed practice dan metode pembelajaran distributed practice. Kedua macam bentuk

metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi untuk

mengembangkan dan meningkatkan keterampilan servis panjang dalam bulutangkis

yang tentunya disesuaikan dengan memperhatikan koordinasi mata-tangan siswa. Dari

uraian tersebut di atas, dapat diduga terdapat hubungan antara metode pembelajaran dan

koordinasi mata-tangan terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis.

Metode pembelajaran massed practice lebih sesuai diberikan pada siswa yang

mempunyai koordinasi mata-tangan tinggi. Sedangkan metode pembelajaran distributed

practice lebih sesuai diberikan pada siswa yang mempunyai koordinasi mata-tangan

rendah.

D. Perumusan Hipotesis

Berdaparkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan

(48)

commit to user

31

1. Ada pengaruh metode pembelajaran massed practice dan distributed practice

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas 5

SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar.

2. Ada pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan mata-tangan rendah terhadap

keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas 5 SDN 03

dan SDN 04 Bejen, Karanganyar.

3. Ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi mata-tangan

terhadap keterampilan servis panjang dalam bulutangkis pada siswa putra kelas 5

(49)

commit to user

Karanganyar. Adapun untuk pelaksanaan pengambilan data bertempat di Balai

Desa Bejen, Karanganyar

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 minggu mulai bulan Januari sampai dengan

Februari 2011.

74) bahwa, “Metode eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan

(artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si

(50)

commit to user

33

Memperhatikan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa dalam

penelitian eksperimen adalah penelitian dengan memberikan perlakukan

terhadap orang untuk mencari gambaran tentang hubungan sebab akibat.

2. Desain Penelitian.

Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen

dengan teknik desain factorial 2 x 2.

Tabel 1. Kerangka Desain Penelitian

yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi.

a1b2 : Kelompok siswa dengan metode pembelajaran distributed

practice yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah.

a2b1 : Kelompok siswa dengan metode pembelajaran distributed

practice yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi.

a2b2 : Kelompok siswa dengan metode pembelajaran distributed

(51)

commit to user

34

Untuk mendapatkan keyakinan bahwa skor keterampilam servis panjang

merupakan hasil perlakuan dapat digeneralisasikan ke populasi yang ada, maka

dilakukan pengontrolan terhadap kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal. Merujuk pada pendapat Thomas,

Nelson dalam Moh. Nazir (1985:311), validitas internal dan validitas eksternal

yang dikontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Validitas internal

Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap

variable-variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel-variable-variabel yang

dikontrol meliputi :

a. Pengaruh sejarah

Selama mengikuti program metode pembelajaran sampel tidak

diperbolehkan mengikuti aktivitas permainan bulutangkis diluar jadwal

eksperimen. Hal ini dilakukan dengan tidak memberikan materi pada saat

kegiatan intra kurikuler, dan siswa ditekankan untuk tidak melakukan

aktivitas bulutangkis pada waktu senggang.

b. Pengaruh Pertumbuhan, perkembangan dan kematangan

Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan,

perkembangan, dan kematangan motorik, perlakuan diberikan dalam

waktu tidak terlalu lama yaitu selama 16 kali pertemuan.

c. Testing

Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari

(52)

commit to user

35

d. Pengaruh instrumen

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat

keajegannya. Tes yang valid dan reliabel yang digunakan sebagai

instrumen.

e. Pengaruh pemilihan subyek

Dikontrol dengan penempatan subyek yang memiliki kemampuan

awal yang sama secara berimbang terhadap kelompok eksperimen.

f. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen

Dikontrol terus menerus memotivasi dan memonitor kehadiran

sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak awal sampai akhir

eksperimen.

g. Pengaruh perlakuan

Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada

kelompok eksperimen.

h. Penurunan Statistik

Suatu kenyataan bahwa group yang terpilih berdasarkan skor yang

tinggi sebenarnya tidak mempunyai tinggi skor yang sama dalam

percobaan selanjutnya.

i. Dugaan / Harapan

Dikontrol dengan cara mengantisipasi pelaku percobaan terhadap

(53)

commit to user

36

2. Validitas Eksternal

Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa

faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Campbell dan Stanley (1963)

dalam Moh. Nazir (1985:314) mengidentifikasi 4 perlakuan dalam validitas

eksternal yaitu :

a. Pengaktifan kembali atau efek balik dari percobaan.

Pre tes mungkin akan membuat partisipan lebih waspada atau

sensitive dengan percobaan yang akan datang sehingga perlakuan tidak

efektif tanpa tes awal.

b. Interaksi terhadap prasangka dan perlakuan percobaan.

Ketika group dipilih berdasarkan beberapa karakteristik percobaan

mungkin hanya berlaku pada group yang mempunyai karakteristik

tersebut.

c. Efek balik dari penyusunan percobaan.

Perlakuan yang efektif dalam situasi yang bebas dan dalam setting

yang leluasa seperti kenyataannya.

d. Gangguan percobaan yang berlipat.

Ketika para partisipan menerima lebih dari satu percobaan efek

dari percobaan yang lebih dulu mungkin mempengaruhi percobaan

(54)

commit to user

37

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Siswandari (2008 : 5) bahwa, "Populasi adalah himpunan

simple atau anggota yang akan diamati." Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa putra kelas 5 SDN 03 Bejen, dan siswa putra kelas 5

SDN 04 Bejen Karanganyar yang berjumlah 60 siswa.

2. Sampel

Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti

Dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas 5 SDN

03 Bejen, dan siswa putra kelas 5 SDN 04 Bejen Karanganyar.

Besar sampel yang digunakan adalah 40 siswa, yang diperoleh dengan

teknik purposive sampling. Menurut Sudjana teknik purposive sampling yaitu dari

jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi

ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Ketentuan-ketentuan-ketentuan tersebut

adalah:

Dari sejumlah siswa yang telah mempunyai ketentuan tersebut, kemudian

dilakukan tes dan pengukuran koordinasi mata-tangan menggunakan Miller Wall

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1. Bentuk dan Ukuran Lapangan (Muhadjir, 2004 ; 67)
Gambar 2. Macam-Macam Pukulan Servis Muhadjir (2004 : 70)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2014) pada remaja putri di SMP Negeri 4 Batang yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian

penggantian istilah onder-afdeeling yang ada. Di bawah Bunken adalah swarpaja-swapraja. Setelah Jepang menyerah , untuk daerah Kota Kupang dise- rahkan kepada Dr. Hal

survey yang dilakukan pada tahun 2016 maka nilai KHL disetiap kabupatenf. yang ada di

Penelitian adalah kelanjutan dari penelitian model optimasi ukuran blok optimal dengan kriteria minimasi total waktu tinggal aktual untuk kasus mesin induk di belakang (Model-MB)

b Pasar tradisional memberikan harga yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan rendah.. c Pasar tradisional memberikan harga yang

Pemanfaatan tersebut juga tidak sesuai atau dapat dikatakan menyimpang dari harapan dan tujuan pembangunan rumah Majapahit seperti yang telah direncanakan, serta juga

Adalah Wanita yang terancam secara fisik dan non fisik karena tindakan kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarganya atau lingkungan

Misalnya kasus hukum meminta wakaf di jalan raya dan kasus penggusuran tanah wakaf untuk kepentingan publik, sama sekali tidak tercantum di dalam kitab fikih wakaf,