• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

5. Metode Pembelajaran Fisika

Ada berbagai metode mengajar fisika yang dapat membantu siswa aktif dan senang belajar fisika. Metode pembelajaran yang dipilih dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme, teori inteligensi majemuk, tingkat perkembangan kognitif seseorang, relasi guru dan siswa yang lebih dialogis. Ada 12 metode pembelajaran fisika menurut Paul Suparno (2013) yang akan dipaparkan secara singkat, antara lain:

a. Inquiry (Penyelidikan)

Kindsvatter, Wilen, & Ishler dalam Paul Suparno (2013) menjelaskan inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Yang utama dari metode inquiry adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Dalam metode pembelajaran ini siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. b. Discovery atau Penemuan

Discovery adalah model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam. Dengan menemukan sendiri

siswa akan lebih senang dan akan dimengerti lebih baik. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prnsip-prinsip atau jawaban lewat suatu percobaan.

c. Eksperimen atau Laboratorium

Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri. Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing atau terencana dan eksperimen bebas. Dalam pembelajaran fisika di SMP dan SMA, kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model pembelajaran eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung.

d. Permainan

Pembelajaran fisika dengan permainan (games) mau mengajak siswa belajar fisika melalui permainan yang mereka sukai dan biasa mereka geluti. Keuntungan pembelajaran fisika dengan permainan adalah siswa sendiri akan senang dan asyik mempelajari bahan tersebut sehingga mereka akan

dengan mudah menangkap pengertian fisika dalam permainan itu. Siswa juga akan menjadi sadar bahwa fisika itu bukan hal yang menakutkan, dan bahkan dijumpai di permainan-permainan sehari-hari yang menyenangkan.

e. Problem Solving

Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.

Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi.

Dengan memecahkan persoalan, siswa dilatih untuk mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka.

f. Model POE

POE adalah singkatan dari prediction, observation, and explanation. Pembelajaran dengan model POE menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu (1) prediction atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu peristiwa fisika; (2) observasi, yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Pertanyaan pokok dalam observasi adalah apakah prediksinya memang terjadi atau tidak; (3) explanation yaitu memberikan penjelasan. Penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dan yang sungguh terjadi.

g. Kuis

Model kuis adalah model pembelajaran dimana guru fisika memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa cepat-cepatan menjawab. Kuis dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu tertulis dan lisan. Yang dipentingkan dengan kuis adalah siswa dapat berpikir cepat dan benar, maka konsep yang dikuiskan biasanya yang mudah-mudah dan tidak perlu menekuni atau berpikir terlalu lama.

h. Penggunaan Video, CDRom, Films

Dalam banyak kasus, penggunaan video, film, CDRom mirip dengan simulasi komputer yaitu siswa belajar konsep fisika dengan melihat dan mengamati gambar atau peristiwa lewat gambar yang ditanyangkan. Dari banyak praktik, video dan film digunakan untuk mempresentasikan bahan fisika (entah berupa gambar mati atau hidup) tentang suatu peristiwa fisis yang dapat membantu siswa mengerti isinya.

Keuntungan dengan video dan film, seperti juga dengan CDRom, adalah bahwa kejadiannya dapat diulang atau diputar berkali-kali sehingga siswa dapat terus mengulangi sampai mengerti konsepnya.

i. Diskusi Kelompok

Menurut Kindvatter, Wilen, Ishler dalam Paul Suparno (2013), model diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain. Farmer dalam Paul Suparno (2013), mengatakan bahwa diskusi dengan siswa-siswa lain adalah cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan

siswa (1985). Yang diperlukan dalam diskusi kelompok adalah bahwa mereka dipacu untuk terlibat aktif dalam diskusi.

j. Cooperative Learning (Belajar Bersama)

Cooperative learning atau belajar bersama adalah model pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai bahan. Menurut Kindsvatter, dkk. yang menjadi fokus dari belajar bersama adalah kemajuan bidang akademik dan efektif melalui kerja sama.

k. Metode Demonstrasi

Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika. Tujuannya sangat jelas agar siswa lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti. Demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir dan membuat hipotesis ataupun ide awal.

l. Ceramah Siswa Aktif

Model ceramah adalah model pembelajaran dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau bahan fisika kepada siswa. Dengan model ceramah siswa aktif, guru bukan ceramah seperti di atas saja, tetapi diantara ceramah atau penjelasannya, guru sering bertanya kepada siswa dan siswa diminta sebentar berpikir atau menjawab pertanyaan itu.

B. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika

Dokumen terkait