• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Fisika yang Dapat Membantu Perubahan

BAB I PENDAHULUAN

B. Dasar Teori

B.5. Metode Pembelajaran Fisika yang Dapat Membantu Perubahan

konsep

B.5.1 Simulasi Komputer

Simulasi adalah model suatu peristiwa. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat tersebut dapat diamati atau tidak, telah terjadi, atau refleksi penilaian dari suatu peristiwa yang akan datang, atau mewakili setiap realita (fenomena) yang terjadi (Steindberg, 1984: 158). Menurut Steinberg tujuan penggunaan simulasi komputer adalah untuk menjalankan prinsip-prisnsip atau konsep-konsep yang kompleks dan memaparkan proses atau peristiwa atau fenomena. Misalnya gerakan planet-planet dalam tatasurya atau atom. Gejala-gejala ini memerlukan waktu lama dan sulit untuk

mengamatinya secara langsung, maka disini simulasi komputer dapat menjembatani kesulitan yang terjadi. Lebih lanjut Steindberg menjelaskan bahwa dengan simulasi komputer siswa diberi kebebasan untuk memilih yang terbaik karena komputer memiliki berbagai tingkatan petunjuk, umpan balik dan perbaikan informasi untuk menolong siswa. Dalam simulasi dengan menggunakan komputer siswa juga dapat memanipulasi data, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Bila dalam simulasi siswa menemukan data yang berbeda dengan konsepsi mereka sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang mendorong anak berusaha menemukan penjelasan mengapa hal ini dapat terjadi. Didalam upaya menemukan penjelasan inilah siswa mengalami perubahan konsepsi dari yang tidak benar mejadi benar atau dari yang kurang lengkap menjadi lebih lengkap.

B.5.2 Peta Konsep

Peta konsep juga dapat digunakan untuk mamabantu mengatasi miskonsepsi. Peta konsep adalah gambaran skematis untuk mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitannya antar konse-konsep tersebut. Peta konsep mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok (Novak & Gowin, 1984; Feldsine, 1987; Flower, 1987; Moreira.1987 dalam Kartika Budi 1992). Dengan mengetahui peta konsep yang dimiliki siswa, dapat diketahui pula apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak. Bila siswa mengalami miskonsepsi, maka konsepsi siswa yang salah tadi perlu ditantang supaya terjadi konflik kognitif sehingga siswa dapat didorong untuk melakukan perubahan terhadap konsepsinya sehingga konsepsi siswa menjadi benar atau lebih lengkap.

B.5.3 Wawancara

Wawancara sangat membantu dalam upaya mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Dengan wawancara kita dapat mengenal secara mendalam letak miskonsepsi siswa dan penyebab terjadinya miskonsepsi. Selanjutnya secara perlahan-lahan guru dapat memberikan pertanyaan untuk menantang pemahaman siswa yang

yang dilakukan dapat berbentuk wawancara bebas ataupun terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Apa yang hendak ditanyakan dan urutan pertanyaan dalam wawancara itu tidak perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah tersusun. Keuntungan wawancara terstruktur adalah guru dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran siswa. Model wawancara ini memang hanya dapat dilakukan secara personal karana kesulitan dan miskonsepsi siswa dapat berlainan. Maka, membutuhkan waktu yang cukup banyak bagi guru atau peneliti untuk memahami miskonsepsi dan mencari penyebabnya.

B.5.4 Eksperimen

Menurut Sujanti (1999), eksperimen adalah suatu kegiatan menggunakan alat-alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru (setidak-tidaknya bagi orang itu sendiri, meskipun tidak baru lagi bagi orang lain) atau untuk mengetahui apa yang tejadi kalau diadakan suatu proses tertentu. Sedangkan menurut Rohandi (1998) eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data sehingga proses analisis dan kesimpulannya dapat berlangsung.

Eksperimen bertujuan membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dan menyesuaikan dengan pengalamannya, membantu siswa lebih aktif dalam belajar, melatih siswa untuk berpikir secara ilmiah (melatih siswa untuk mengamati, menalar, mengenal hasil percobaan, merumuskan kesimpulan, dan menjelaskan hasil eksperimen), menghidupkan pelajaran dan mendorong siswa dalam belajar, meningkatkan daya pemahaman dan meningkatkan daya ingat siswa, menanamkan pengertian tentang konsep, prinsip, hukum, teori dan fakta, melatih siswa untuk bekarja dengan tekun, teliti dan bersifat positif (jujur, tidak putusasa, dll) dalam melakukan eksperimen, meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dalam melakukan eksperimen, dan menanamkan cara kerja dan berpikir ilmiah.

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu eksperimen, artinya kebenaran teori ilmu pengetahuan alam selalu diuji dengan percobaan (Euwe Van Berg, dkk, 1991: 1). Berdasarkan pengertian eksperimen tersebut maka kita dapat mengetahui manfaat eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, antara lain semakin memahami

objek atau kejadian (Sinaradi, 1998). Hal senada juga dikemukakan Sumaji (196), menurutnya melalui eksperimen siswa dapat memecahkan berbagai masalah dan menguji bermacam-macam hipotesis.

Melihat manfaat-manfaat dari eksperimen dalam pembelajaran khususnya matapelajaran Fisika. Eksperimen memiliki beberapa kelebihan antara lain : siswa dapat mengorganisasikan cara berpikir, siswa dapat membuat hubungan yang cocok antara berbagai ide yang mereka miliki dengan berbagai konsep ilmiah (Rohandi, 1998), dengan metode eksperimen siswa lebih terlibat karena mereka sendiri yang melaksanakan kegiatan, dengan esperimen siswa dapat trampil menggunakan alat, siswa dapat aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, data yang diperlukan melalui eksperimen, siswa mendapat kesempatan untuk menguji kebenaran hipotesis dengan eksperimen yang dilakukan.

Metode eksperimen ini memang banyak menguntungkan siswa, tetapi juga terdapat kelamahan pada metode eksperimen ini. Adapun kelemahan dari pembelajaran dengan eksperimen adalah memerlukan sejumlah set alat sesuai dengan jumlah kelompok atau siswa, sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membelinya, memerlukan ruangan khusus dan waktu khusus untuk mempersiapkan, melakukan dan pengemasan alat yang digunakan untuk melakukan eksperimen (Kartika Budi, 1998). Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen dapat mengakibatkan salah informasi bagi siswa (Rinawati, 2000:22).

Eksperimen sebagai salah satu metode belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru fisika untuk pengajaran tertentu. Agar kegiatan belajar lancar dan mendapatkan hasil yang optimal maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peneliti menerangkan dan menjelaskan tujuan dari diadakannya eksperimen, misalnya agar siswa mengetahui proses apa yang terjadi, benar tidaknya hipotesis. Siswa diminta merumuskan hipotesisnya (hasil pretest).

2. Peneliti menyediakan alat-alat yang digunakan, peneliti akan menjelaskan fungsi alat-alat tersebut atau menjelaskan tentang cara pemakaian alat

3. Peneliti dan siswa mendiskusikan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu, hal-halyang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen.

4. Siswa melakukan eksperimen sendiri, dan mengambil data untuk melihat kebenaran hipotesi yang mereka buat. Peneliti membantu dan membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa.

5. Siswa mencatat data dan menyimpulkan hasil eksperimen.

6. Siswa dan peneliti melakukan diskusi singkat menegenai hal-hal yang siswa peroleh dan kerjakan selama eksperimen

B.5.5 Metode Yang Digunakan Dalam Penelitian

Berdasarkan teori diatas, dalam penelitian ini akan digunakan metode percobaan dan wawancara untuk membantu siswa merubah konsepsinya dan mendorong siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Oleh peneliti metode ini diberinama percobaan dan wawancara terarah.

Percobaan dipilih karena percobaan atau pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengkontraskan pengertian siswa dengan kenyataan (Gilbert, Watts, Osborne, 1982; Brouwer, 1984; McClelland, 1985 dalam Suparno, 2000 : 23). Dengan mengkontraskan pengertian siswa dengan kenyataan, maka konsepsi yang telah dimiliki siswa akan ditantang untuk diuji kebenarannya. Jika konsepsi siswa teruji benar, menurut Davis (2001) akan memiliki status yang lebih tinggi dalam diri siswa, jika salah maka akan terjadi penurunan status pada konsepsi yang telah dimiliki siswa dan mendorong terbentuknya 4 kondisi yang diperlukan untuk terjadinya perubahan konsepsi.

Wawancara terarah digunakan dalam penelitian ini untuk membantu siswa menyadari kesalahannya, membantu siswa membangun pemahamannya dan mengarahkan proses perubahan konsep yang terjadi dalam diri siswa supaya tidak terjadi miskonsepsi. Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, sebab menurut pertanyaan-pertanyaan merupakan pintu dan jendela untuk menambah pengetahuan (Benson, 1986 dalam e-Bina Anak). Pertanyaan yang diberikan dalam wawancara terarah bersifat menantang pemahaman siswa dan mengarahkan

pemahaman siswa. Pertanyaan menantang pemahaman siswa dapat menimbulkan konflik kognitif dalam diri anak dan mencipatakan disequlibrium sehingga perubahan konsepsi dapat terjadi. Pertanyaan yang bersifat mengarahakan berguna untuk mengarahkan siswa dalam membangun pemahamannya serta mengarahkan proses jalannya perubahan konsepsi sehingga pemahaman dan konsepsi yang akan terbetuk merupakan pemahaman dan konsepsi yang benar atau sesuai dengan konsep para ilmuwan.

Dokumen terkait