BAB I PENDAHULUAN
B. Metode Pembelajaran Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafsah
belajar yang terbukti efektif untuk semua umur (DePorter, 1999: 15).
Quantum Learning juga diartikan sebagai suatu kiat, petunjuk, strategi dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman daya ingat,
serta belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermakna. Suatu
proses pembelajaran yang menyenangkan tentu akan memberikan
kontribusi pemahaman yang lebih baik bagi siswa.
2. Prinsip Dasar Quantum Learning
Prinsip dasarnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif
ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan
sugesti positif adalah mendudukkan siswa secara nyaman, memasang
musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru yang terlatih baik dalam
seni pengajaran sugestif (DePorter, 1999: 14). Ada tiga macam prinsip
yang membangun sosok Quantum Learning yaitu:
a. Prinsip Bawalah Dunia Mereka (siswa) ke dalam Dunia Kita (guru)
dan Antarkan Dunia Kita (guru) ke dalam Dunia Mereka (siswa).
langkah pertama pembelajaran dan memanfaatkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk dapat memperoleh pemahaman
yang baru.
b. Prinsip Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara, Ketahuilah bahwa
Segalanya Bertujuan, Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului
Penamaan, Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam
Pembelajaran, dan Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari
Layak Pula Dirayakan.
c. Prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak pada terbentuknya
keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran diartikan sebagai
pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini dipandang
sebagai jantung Quantum Learning (DePorter, 2000: 6)
3. Ciri-ciri Pembelajaran Quantum Learning
Menurut DePorter (2000: 54) dalam Quantum Learning ada 5 ciri
spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu
informasi yang diberikan. Ciri-ciri Quantum Learning yaitu:
(a) Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui;
(b) Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan; (c) Learning
To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri; (d) Learning To
4. Modalitas Belajar dalam Quantum Learning
Menurut DePorter (2000: 115) modalitas dalam Quantum
Learning yaitu:
a. Visual (belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang
peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini
metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/
dititikberatkan pada media, mengajak siswa ke objek-objek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan
alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa
tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan
jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka
dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan
visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di
dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya
untuk mendapatkan informasi.
b. Auditori (belajar dengan mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan
belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Anak yang
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru
katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan
hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai
makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak
seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks
dengan keras dan mendengar kaset.
c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui
bergerak, menyentuh dan melakukan. Anak bergaya kinestetik sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar
ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
5. Tujuh komponen penting dalam Quantum Learning
Menurut DePorter (2000: 67) ada tujuh komponen penting dalam
Quantum Learning yaitu:
a. Menata Latar Belajar
Menata latar belajar menjadi sangat penting yang mendukung
belajar siswa. Dengan mengatur lingkungan maka langkah pertama
yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan.
(1) Ciptakan suasana yang nyaman dan santai; (2) Gunakan musik
supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkomunikasi;
(3) Ciptakan dan sesuaikan suasana hati dengan dengan berbagai jenis
musik; dan (4) Gunakan pengingat-ingat visual untuk
mempertahankan sikap positif.
b. Memupuk sikap juara
Berpikir seperti seorang juara membuat orang menjadi juara.
Penting untuk menanamkan kepada siswa sikap juara. Harapan yang
tinggi terhadap diri dan keyakinan menanamkan pada diri siswa
beberapa hal yaitu (1) Aku tahu aku dapat mengerjakan pekerjaan ini;
(2) Aku berjanji untuk menguasai dari setiap kesalahan; (3) Aku
belajar sesuatu dari setiap kesalahan; (4) Aku menjadi lebih baik setiap
harinya; dan (5) Aku benar-benar bangga dengan diriku.
c. Menemukan gaya belajar sendiri
Gaya belajar kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
pekerjaan, di sekolah dan situasi-situasi antar pribadi. Setiap guru
perlu menyadari bahwa setiap siswa mempunyai cara yang optimal
dalam mempelajari informasi baru. Mengetahui gaya belajar yang
berbeda membantu guru untuk mendekati para siswa dengan gaya
d. Mind Map
Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting
yang pernah dipelajari orang. Bagi siswa seringkali berarti perbedaan
antara mendapatkan nilai tinggi atau rendah pada saat ujian. Tanpa
mencatat dan mengulanginya, kebanyakan orang hanya mampu
mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar.
Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu
menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika
diperlukan. Tehnik yang cocok dengan kerja otak yaitu mencatat
dengan peta pikiran (mind map). Peta pikiran merupakan
pengingat-ingat visual dalam bentuk suatu pola ide-ide yang berkaitan.
e. Meningkatkan daya ingat
Otak umumnya akan mampu mengingat hal-hal yaitu: (1)
asosiasi Indrawi, terutama visual yang merupakan
pengalaman-pengalaman melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau
gerakan umumnya sangat jelas dalam memori; (2) konteks emosional,
melibatkan pengalaman emosional secara mendalam seperti cinta,
kebahagian dan kesedihan; (3) kualitas yang menonjol atau berbeda;
(4) kebutuhan untuk bertahan hidup; dan (5) hal-hal yang diulang.
f. Meningkatkan kemampuan membaca
Membaca merupakan aktivitas penting dalam proses belajar,
banyak ide-ide tanpa harus bertatap muka. Beberapa langkah yang
ditempuh agar membaca dengan efektif yaitu: (1) mempersiapkan diri;
(2) minimalkan gangguan; (3) lihat sekilas lebih dulu bahan bacaan;
dan (4) membaca dengan tujuan.
g. Berfikir logis dan kreatif
Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin
mencoba, bertualang, dan suka bermain-main. Kreatifitas meskipun
kecil tetap merupakan kreatifitas sejati yang perlu mendapatkan
pujian.
6. Mind Map
a. Pengertian Mind Map
Metode mencatat yang baik harus membantu mengingat
meningkatkan pemahaman dan membantu mengorganisasikan materi.
Peta pikiran/mind map adalah metode mencatat kreatif yang
memudahkan mengingat banyak informasi (DePorter, 2000: 17).
Catatan yang dibuat tersebut membentuk gagasan yang saling
berkaitan dengan topik utama di tengah dan subtopik serta perincian
menjadi cabang cabangnya.
Mind map adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan
gaya belajar visual (Buzan, 2004: 3). Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya
kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak
dalam menyerap informasi yang diterima.
b. Langkah-langkah Mind Map
Materi dapat dicatat dengan cepat dan efisien dengan membuat
mind map pada saat kegiatan belajar mengajar. Adapun
langkah-langkahuntuk membuat mind map (DePorter, 2000: 177), yaitu:
1) Selembar kertas kosong diletakkan mendatar dengan menuliskan
topik di tangah-tengah halaman.
2) Membuat garis tebal yang berangsur-angsur menipis, dari setiap
topik dibahas ditarik garis tebal dari tengah seperti jari-jari roda.
3) Menamai setiap garis dengan menngunakan warna yang berbeda
untuk setiap topik.
4) Menceritakan materi yang dipelajari secara lebih mendalam
dengan garis yang lebih kecil dari garis topik, seperti ranting
pada cabang pohon.
5) Di sepanjang garis-garis ranting itu ditulis fakta dengan
membuat simbol, gambar, dan isyarat lain untuk membantu
c. Kiat dalam membuat Mind Map
Dalam pembuatan mind map diperlukan beberapa kiat. Adapun
kiat dalam pembuatan mind map tersebut adalah (DePorter, 2000:
177): (1) gunakan warna berbeda untuk setiap topik utama, atau
gunakan warna berselang-seling; (2) tunjukkan asosiasi dengan
menggambarkan panah atau cabang-cabang; (3) kembangkan steno
sendiri dengan menggunakan gambar, simbol dan singkatan; (4) atur
informasi dalam urutan kronologis dengan menomori
Gambar II. 1
Gambar Mind Map
d. Manfaat Mind Map
Mind map mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat Mind
map tersebut adalah (DePorter, 2000: 179): (1) memberi pandangan
menyeluruh pokok masalah atau area yang luas; (2) memungkinkan
kita merencanakan atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke
mana kita akan pergi dan di mana kita berada; (3) mengumpulkan
sejumlah besar data di satu tempat; (4) Mendorong pemecahan
masalah dengan membiarkan melihat jalan-jalan terobosan kreatif
baru; (5) menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.
7. Menata Latar Belajar
Menata latar belajar menjadi sangat penting bagi seorang guru
untuk mendukung belajar siswa. Dengan mengatur lingkungan maka
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara
keseluruhan. Jika belajar di lingkungan yang di tata dengan baik maka
lebih mudahlah untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara.
Dan sikap juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil. Menata
perabotan, musik yang dipasang, penataan cahaya, dan bantuan visual di
dinding, semua merupakan kunci-kunci yang menciptakan lingkungan
belajar yang optimal. Lingkungan dapat menjadi sarana yang bernilai
dalam membangun dan mempertahankan sikap positif.
Beberapa hal yang dilakukan dalam menata latar belajar yaitu
menggunakan pengingat-ingat visual untuk mempertahankan sikap positif.
(DePorter, 1999: 65)
Penataan latar belajar dengan menggunakan pengingat visual untuk
mempertahankan sikap positif yaitu menata ruang kelas menjadi lebih
menarik dengan pengingat visual agar anak bersemangat untuk belajar.
Kalimat-kalimat positif yang tergantung di dinding akan menjadi
pengingat abadi akan potensi dan kelebihan anak. Pengingat visual bisa
dengan slogan maupun dengan kata-kata mutiara. Kata-kata tersebut akan
memberikan semangat tersendiri bagi anak untuk memupuk sikap juara.
Menggunakan musik juga merupakan penataan latar belajar yang
menyesuaikan suasana hati siswa. Karena dengan adanya musik dalam
proses pembelajaran maka siswa akan tenang dan pikiran mengalir
sehingga mereka dapat nyaman untuk belajar. Kegunaan musik dalam
belajar yaitu meningkatkan semangat, merangsang pengalaman,
menumbuhkan relaksasi, meningkatkan fokus dan memberi inspirasi
(DePorter, 2000: 75). Musik yang digunakan dalam Quantum Learning
yaitu musik barok (Bach, Corelli, Tartini, Vivaldi, Handel, Pachelbel,
Mozart). Musik barok sesuai dengan detak jantung manusia yang santai
dalam kondisi belajar optimal, mempengaruhi pikiran tak sadar dan
merangsang persepsi. Musik juga membantu menutupi kebisingan samar
(dengung lampu, suara di ruang sebelah, dan lain-lain) dan menciptakan