• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Nilai Pendidikan Akhlak

3. Metode Pendidikan Akhlak

Metodologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua suku kata “metodos” berarti cara atau jalan, dan “logos” yang berarti ilmu. Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara.39

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata “metode” adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.40

Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang kita cita-citakan, namun metode yang dimaksud disini bukan metode yang sering kita kenal di dunia pendidikan sekolah secara umum, seperti menggunakan metode ceramah ataupun metode tanya jawab, tetapi metode yang digunakan disini adalah menjelaskan metode dengan lebih luas cakupannya dari metode yang kita kenal.

Sebagaimana pendidikan mempunyai metode untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan, begitu pula halnya dalam dunia pendidikan akhlak yang harus mempunyai metode-metode yang spesifik agar pendidikan akhlak tersebut bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya masing-masing. Adapun metode-metode tersebut adalah antara lain sebagai berikut:

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Prees, 2002), h 87

a. Metode Keteladanan (Uswah Hasanah)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Keteladanan” dasar katanya “Teladan” yaitu hal yang dapat ditiru atau dicontoh: tidak perlu kita ragukan lagi.41

Dalam bahasa Arab “Keteladanan” di ungkapkan dengan kata-kta Uswah dan Qudwah, yang berarti prilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (Peserta Didik).42

Dalam Al-Qur‟an “keteladanan” diistilahkan dengan kata “Uswah” di antaranya dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 6 yang berbunyi:

Pada ayat diatas memperlihatkan bahwa kata “Uswah” digandengkan dengan sesuatu yang positif yaitu kata “Hasanah”.43

Metode keteladanan ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Mulailah dari diri sendiri”

Maksud hadits ini adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita menghendaki orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri dulu untuk mengerjakannya.44

b. Metode Pembiasaan

Metode ini digunakan dalam memberikan materi pendidikan melalui pembiasaan secara bertahap. Pembiasaan disini dilakukan dalam rangka mempertahankan sifat dan sikap yang baik sehingga selalu menyatu dan terpatri dalam dirinya, begitu juga sebaliknya metode pembiasaan juga digunakan untuk mengubah sifat dan sikap yang buruk sehingga menjadi baik secara bertahap.45

41 Alwi Dkk, Op. Cit., h 1160 42 Arief, Op. Cit., h 124 43 Ibid 118

44 Heri Jauhari Mukhtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h 19 45 Ahmad Syar‟I, Op. Cit., h 77

Dalam pelaksanaan metode pembiasaan ini diperlukan pengertian, kesabaran, dan ketelatenan orang tua, pendidik, dan da‟i terhadap anak didiknya. Contohnya seperti yang dipesankan oleh Rasulullah SAW kepada kita untuk membiasakan atau melatih anak kita untuk melaksanakan sholat sejak mereka berumur tujuh tahun dan memukulnya (dengan tanpa melukai) ketika mereka berumur sepuluh tahun atau lebih, apabila anak kita tidak mengerjakan kewajibannya yaitu sholat fardhu.46 Inti dari metode pembiasaan ini ialah pengulangan, maka motode ini juga bisa berguna untuk hafalan. Sebagaimana Rasulullah SAW berulang-ulang berdoa dengan doa yang sama, akibatnya dia hafal bener doa itu, dan sahabatnya yang mendengarkan doa berulang-ulang itu juga hafal doa itu.47

c. Metode Nasihat

Metode nasihat ini cukup banyak digunakan dalam Qur‟an. Al-Qur‟an menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan kepada ide yang dikehendakinya. Nasihat yang disampaikan juga selalu disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi nasihat tersebut.48

Memberi nasihat sebenarnya merupakan kewajiban kita selaku umat muslim, seperti yang tertera dalam QS. Al-Ashar ayat 3, yaitu agar kita senantiasa memberikan nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran, Rasulullah bersabda:

“Agama itu adalah nasihat”

Maksudnya adalah agama itu berupa nasihat dari Allah SWT bagi umat manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya agar manusia hidup

46 Jauhari Mukhtar, Loc. Cit.

47 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet ke 10, h 145.

bahagia, selamat, dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga menyampaikan ajaran agama pun bisa dilakukan melalui metode nasihat.49

d. Metode Memberi Nasihat

Memberi nasihat berarti tadzkir (peringatan). Yang memberi nasihat hendaknya berulang-ulang kali untuk mengingatkannya, agar nasihat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasihati tergerak hatinya untuk mengikuti nasihat itu. Dalam memberi nasihat itu harus dengan keikhlasan dan berulang-ulang agar timbul kesan bahwa yang memberi nasihat itu memang mempunyai keprihatian terhadap nasib pendengarnya dan menyentuh kalbunya.50

Dalam memberi nasihat, agar yang dinasihati dapat menerima atau mengamalkannya, maka kita harus menggunakan bahasa dan kata yang baik dan sopan serta mudah dipahami, tidak menyinggung perasaan orang yang kita beri nasihat, memperhatikan keadaan sekitar, dan sertakan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an, Al-Hadits, atau kisah.51

Metode ini biasanya berupa pujian dan penghargaan. Rasulullah sering memuji istrinya, putra-putrinya, keluarga, dan sahabatnya. Misalnya ketika Rasulullah SAW memuji istrinya (Siti Aisyah) dengan panggilan “Ya Khumairoh” artinya wahai yang kemerah-merahan, karena pipi Siti Aisyah berwarna kemerah-merahan.52

e. Metode Hukuman

Hukuman dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan dengan: “Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-undang.53 Sedangkan dalam bahasa Arab “hukuman”

49 Jauhari Mukhtar, Op. Cit., h 20 50 Tafsir, Op. Cit., h 146

51 Jauhari Mukhtar, Op. Cit., h 21 52 Ibid

diistilahkan dengan “Iqab, Jaza‟, „uqubah”. Kata Iqab bisa berarti balesan.54

Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan penghargaan. Imbalan atau tanggapan terhadap orang lain. Metode itu terdiri dari dua, yaitu penghargaan (reward/targhib) dan hukuman (punishment/tarhib). Hukuman dapat diambil sebagai metode pendidikan apabila terpaksa atau tidak ada alternatif lain yang bisa diambil.55

Metode hukuman tidak dengan sendirinya harus dilaksanakan dalam pendidikan Islam, tetapi melalui proses, artinya bila metode dan berbagai cara telah digunakan namun belum berhasil juga, maka dilakukan hukuman agar anak menyadari kesalahannya dan ini juga tentu harus sesuai dengan kualifikasi kesalahannya.56

4. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Haji

a. Akhlak kepada Allah

1) Syukur

Syukur adalah memanjatkan pujian kepada sang pemberi nikmat atas keutamaan dan kebaikan yang dikaruniakan kepada kita.57

Realitas syukur seorang hamba meliputi tiga rukun, jika belum terkumpul tiga rukun tersebut maka belum dapat disebut syukur, yaitu: pertama, mengakui kenikmatan secara batiniah, kedua, mengucapkannya secara lahiriah, dan ketiga, menggunakannya sebagai motivasi untuk peningkatan ibadah kepada Allah SWT.58

54 Arief, Op. Cit., h 129 55 Jauhari Mukhtar, Loc. Cit. 56 Syar‟i, Op. Cit., h 78

57 Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, Konsep Ulama Salaf, (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), h 103

2) Ikhlas

Ikhlas ialah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari berbagai tendensi pribadi. Ada pula yang berpendapat, bahwa ikhlas adalah merefleksikan setiap tujuan semata hanya kepada Allah SWT.59

3) Tawakkal

Tawakal adalah berpasrah diri kepada Allah SWT setelah melakukan upaya-upaya atau berikhtiar terlebih dahulu.60

Dokumen terkait