• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pendidikan Kesehatan

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan

kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).

Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga (3) metode, yaitu:

a. Metode Pendidikan Individual

Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu: 1) Bimbingan atau konseling

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif (Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

2) Interview atau wawancara

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat (Fitriani, 2011).

b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat

Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani, 2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:

1) Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004) menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau

pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty, 2004).

Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu: 1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3) mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5) dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens (Emilia, 2008).

2) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011; Notoatmodjo, 2007):

1) Diskusi kelompok

Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta (student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011). 2) Mengemukakan pendapat (brain storming)

Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).

3) Bola salju (snow balling)

Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011; Efendi, 2009).

4) Kelompok kecil (Buzz group)

Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan. Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011). Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).

5) Bermain peran (role play)

Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya

(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian (Fitriani, 2011).

6) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).

Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.

Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1) kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)

skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan (Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).

c. Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Maulana, 2009).

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan Efendi, 2008)

Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya, maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape

atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat 30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi, film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat 90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).

Dokumen terkait