• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

(SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LARAS AYUNDA PRATAMA

NIM: 1110104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iii

JAKARTA

Undergraduate Thesis, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan

xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments ABSTRACT

Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-preventive against breast health issues. This study aims to determine the effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education about BSE. The results of hypothesis test with α = 0.05 obtained significant value of p <0.05. Effectiveness of health education value is calculated with the formula obtained results Eta Squared of 0.89 which means that health education has great effectiveness in improving the knowledge of adolescents.

(4)

iv

Skripsi, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan

xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran ABSTRAK

Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan α=0,05 didapatkan nilai siginifikan p<0,05. Nilai efektifitas pendidikan kesehatan dihitung dengan rumus

Eta Squared diperoleh hasil 0,89 yang berarti pendidikan kesehatan memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA

Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang Banten

HP : +6285780932089

E-mail : pratamayunda@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Islam Al Fajar 1996-1998

2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004

3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007

4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010

(9)

ix

“..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu

pengetahuan dengan beberapa derajat..” (QS Al Mujadilah: 11)

Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom 

 Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar. Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu 

 Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam hidup saya. I love you, both 

 Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki, vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan dukungan, you know we can do it, guys 

 Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui 

(10)

x

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses penelitian.

(11)

xi

teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

ه ةمحرو كي ع اسلاو هتاكربو

Ciputat, Juli 2014

(12)

xii

Halaman Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Ilmiah 6

2. Manfaat Praktis 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja 8

1. Pengertian Remaja 8

(13)

xiii

b. Pertumbuhan Remaja 12

c. Anatomi Fisiologi Payudara 14

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16

1. Kanker Payudara 16

2. Fibroadenoma (FAM) 17

3. Papiloma Intraduktal 18

4. Fibrokistik Payudara 18

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19

1. Pengertian SADARI 19

2. Langkah-langkah SADARI 20

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22 D. Health Promotion Model (HPM) 22

E. Pendidikan Kesehatan 24

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27

4. Metode Pendidikan Kesehatan 28

5. Media Pendidikan Kesehatan 34

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35

F. Pengetahuan 36

G. Ingatan 40

H. Kerangka Teori 42

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep 43

B. Definisi Operasional 44

(14)

xiv

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

C. Populasi dan Sampel 47

D. Teknik Pengambilan Sampel 47

E. Instrumen Penellitian 48

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50

G. Tahapan Pengaambilan Data 51

H. Pengolahan Data 53

I. Analisis Data 54

J. Etika Penelitian 55

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian 57

B. Analisis Univariat 58

C. Analisis Bivariat 63

BAB VI PEMBAHASAN

A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden

Mengenai SADARI 66

B. Keterbatasan Penelitian 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 72

B. Saran 72

(15)

xv

WHO : World Health Organization

UIN : Universitas Islam Negeri

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan BPS : Badan Pusat Statistik

SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri

SMA : Sekolah Menengah Atas

RI : Republik Indonesia

DEPKES : Departemen Kesehatan HPM : Health Promotion Model

HBM : Health Belief Model

SD : Standart Deviasi

CI : Confidence Interval

YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta

PMR : Palang Merah Remaja

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33

Bagan 2.3 Kerangka Teori 42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 44

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57 Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) 59

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan 60

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan 61

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62 Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat

(19)

1 A. Latar Belakang

Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009), remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (<15 tahun) di Indonesia akan meningkat menjadi 34.307.709 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).

Tahap perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan kematangan emosional. Perubahan fisik terjadi secara cepat pada remaja laki-laki maupun perempuan (Funnell, 2009). Periode remaja sering dikenal dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana remaja mengalami proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Masa pubertas ditandai dengan beberapa perubahan fisik salah satunya yaitu adanya pembesaran payudara yang dikenal sebagai telarke, terjadi antara usia 9 sampai 13,5 tahun (Wong, 2008).

(20)

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas (Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti, 2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt, 2008).

(21)

melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker payudara (Diananda, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara, terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).

(22)

Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara (Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).

Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3 Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

(23)

kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara, sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan kesehatan.

Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun (Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(24)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

(25)

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang SADARI.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan terhadap kanker payudara.

d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan

Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.

E. Ruang Lingkup

(26)

8 A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi, 2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi, 2009).

Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence

(27)

2. Periode Remaja

Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder muncul.

Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun, remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri, tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik.

Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).

a. Tugas Perkembangan Remaja

1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2) Memperoleh peranan sosial

(28)

4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup (Soetjiningsih, 2004).

Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia (2001), yaitu:

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia, 2001).

Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan

(29)

karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).

2) Perkembangan Kognitif

Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).

(30)

menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah dihadapi.

Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).

3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007). b. Pertumbuhan Remaja

(31)

jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga) dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.

Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon (Soetjiningsih, 2004), antara lain:

a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat anabolik.

b) Hormon Tiroid

(32)

c) Glukokortikoid

Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein meningkat.

d) Calcium Regulating Hormone

Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis. Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang. c. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum

dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila (cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).

(33)

duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola. Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea (montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).

Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla

serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).

(34)

a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara

Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 10-15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup.

b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia). Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan limfogen.

c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar.

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 1. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu

(35)

diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara dominan-autosom (Corwin, 2009).

Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena; perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah bening aksila (Otto, 2005).

2) Fibroadenoma (FAM)

Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000 dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW

(36)

tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.

Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker payudara (Diananda, 2009).

3) Papiloma Intraduktal

Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price, 2005).

4) Fibrokistik Payudara

(37)

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI

Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007). Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah, tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko, pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas 40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes, 2009).

(38)

bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).

2. Langkah-langkah SADARI

Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu:

1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.

2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.

3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.

4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.

(39)

manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara.

6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang selangka.

7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.

1

2

3

4

5

6

(40)

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai

Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting; perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian atas (Depkes, 2009).

D. Health Promotion Model

(41)

Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker, 1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia (Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).

Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu, cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri), aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia, jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).

Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982) dalam Tomey (2006), yaitu:

1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana mereka mengekspresikan keunikannya

(42)

3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas 4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka

sendiri

5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu ke waktu

6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya

7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku

E. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam Mubarak, 2007).

(43)

pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya (Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor (psychomotor domain).

1. Kognitif (cognitive domain)

Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini

(44)

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2. Sikap (affective)

Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek; kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).

3. Praktik atau tindakan (psychomotor)

Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lain-lain (Mubarak, 2007).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

(45)

perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran, pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3) meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan, bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam (2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran, yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder (secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah, diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer (Mubarak, 2007).

4. Metode Pendidikan Kesehatan

(46)

kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).

Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga (3) metode, yaitu:

a. Metode Pendidikan Individual

Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu: 1) Bimbingan atau konseling

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif (Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

2) Interview atau wawancara

(47)

b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat

Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani, 2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:

1) Ceramah

(48)

pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty, 2004).

Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu: 1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3) mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5) dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens (Emilia, 2008).

2) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011; Notoatmodjo, 2007):

1) Diskusi kelompok

(49)

Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).

3) Bola salju (snow balling)

Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011; Efendi, 2009).

4) Kelompok kecil (Buzz group)

Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan. Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011). Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).

5) Bermain peran (role play)

(50)

(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang

kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian (Fitriani, 2011).

6) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).

(51)

Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1) kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)

skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan (Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).

c. Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Maulana, 2009).

(52)

Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya, maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape

atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat 30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi, film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat 90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).

5. Media Pendidikan Kesehatan

(53)

a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani, 2011; Nursalam, 2008).

b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide (power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide

(54)

c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004). Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas (2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa.

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan menjadi beberapa tahapan, yaitu:

a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan, bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di berikan (Nursalam, 2008).

b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah direncanakan.

(55)

e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.

F. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati. Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007).

Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.

(56)

Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain (Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).

2. Usia

(57)

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007).

3. Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.

Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,

kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,

ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.

Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.

Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut. 4. Pengalaman

(58)

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan informasi yang diperolehnya.

5. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2005).

6. Informasi

(59)

G. Ingatan (memory)

Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu. Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).

Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock, 2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald, 1991, dalam Santrock, 2004).

(60)

H. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model

(61)

43 A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya (Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007).

Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Input

Pengetahuan remaja putri mengenai

SADARI

Intervensi

Pendidikan kesehatan

Output

Perbedaan nilai pengetahuan remaja putri

(62)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Berpengaruh

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut (Wasis, 2008).

(63)

empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut (Budiharto, 2008).

(64)

46 A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable,

pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam Swarjana, 2012).

O1 X O2

Bagan 4.1 Desain Penelitian Keterangan:

O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan

X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan kepada responden O1

O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan

(65)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan Juni 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478 siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual SMPN 3 Tangerang Selatan.

D. Teknik Pengambilan Sampel

(66)

teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis non-probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam, 2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:

n =

Keterangan :

n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku pada α tertentu

= nilai distribusi normal baku pada β tertentu

= harga varians di populasi

=perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi

(67)

E. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37 pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian, apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2008).

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian Variabel Parameter Jumlah

(68)

SADARI

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid. Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid.

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008).

(69)

Keterangan :

r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil

G. Tahapan Pengambilan Data

Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini

2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah

3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon responden

4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian

5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan menemui para calon responden

6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan 7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang

akan dilakukan

8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit

(70)

10.Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI, pentingnya SADARI.

11.Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom

payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit

12.Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab beberapa pertanyaan seputar SADARI.

13.Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post test yang harus diisi oleh siswi.

14.Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon responden

15.Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan

16.Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada responden setelah diberikan pendidikan kesehatan satu minggu yang lalu, pengisian kuesioner ini dilakukan selama 10 menit

17.Peneliti dan fasilitator mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap remaja putrid di SMK N 1 Karanganyar. S1

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas II di SMA Negeri 9 Medan tahun 2015..

Faktor pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang rendah menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya kehamilan dikalangan remaja. Seseorang yang

6 Penelitian lain yang dilakukan Fatmawati di salah satu SMA Palembang (2014) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sumber Informasi dengan Pemeriksaan Payudara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disesuaikan maka dapat disimpulkan bahwa Penyuluhan terbukti meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri

Hasil dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan remaja putri tentang SADARI yang signifikan setelah diberikan promosi

Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada remaha terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan

Untuk mengctahui tingkat pengetahuan pengetahuan remaja putri kelas X di SMK BATIK I Surakarta tentang pemeriksaan payudara sendiri, dalam penelitian ini kuesioner yang