• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pendidikan Keulamaan

BAB II PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN AL JAM’IYATUL

4. Metode Pendidikan Keulamaan

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah, telah banyak melahirkan ulama, tentunya dalam melahirkan ulama tersebut dilakukan dengan berbagai metode. Metode berperan penting dan membentuk pola tersendiri bagi ulama berikutnya, metode ini juga akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sosial ketika itu.

95

Menurut Hafiz Yazid, dalam mengembangkan pendidikan keulamaan, kebanyakan ulama Al Jam’iyatul Washliyah itu lebih mengembangkan metodenya masing-masing, hal ini dijelaskannya dalam sebuah wawancara sebagai berikut:

Kelihatannya di tengah masyarakat secara umum, bahwa sebagian besar ulama Al Jam’iyatul Washliyah dalam mengajar itu tidak terorganisir secara baik, sebagian mereka mengajar dengan metode mereka sendiri, atau lebih menjurus kepada berjuang sendiri-sendiri. Bahkan para ulama itu antara satu dengan yang lainnya agak berbeda, misalnya pada masa sekarang perbedaan itu terjadi dalam pengajaran tauhid, banyak kita jumpai pada masa sekarang ini, ulama Al Jam’iyatul Washliyah dalam mengajarkan tauhid menggunakan kitab-kitab Ibnu Taimiyah, yang mana pelajaran ini tidak dijumpai pada masa permulaan berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah.60

Ulama Al Jam’iyatul Washliyah memiliki perbedaan dalam metode mengajar, tergantung pada siapa mereka pernah belajar. Metode yang didapatkan semasa belajar dengan gurunya direfleksikan kembali kepada para murid yang diajarkan. Hal ini digambarkan oleh Muhammad Arsyad Thalib Lubis, ketika beliau mengajar di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Beliau tampil beda dengan sarjana-sarjana lain dalam menyampaikan kuliahnya. Hal ini dijelaskan oleh Chairuman Khair Pasaribu, sebagaimana wawancara di bawah ini:

Ustaz Arsyad, dalam mengajarkan ilmu di UISU, dengan menggunakan kitab kuning, sehingga kualitas keilmuan itu sangat berbeda dengan sarjana-sarjana saat ini. Beliau mengajarkan kitab-kitab tersebut seakan apa yang disampaikannya itu sesuai dengan perilaku hidupnya. Keikhlasan beliau dalam menyampaikan ilmu dirasakan oleh setiap mahasiswanya, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang belajar kepadanya itu menjadi ulama di kemudian hari.61

Muhammad Arsyad Thalib Lubis, memberikan perbedaan dalam menyampaikan kuliahnya di beberapa perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara, beliau lebih dominan menggunakan kitab-kitab klasik sebagai referensinya dalam mengajar. Hal ini menjadikannya tampil berbeda dengan sarjana-sarjana lain dalam penyampaian. Di samping menggunakan kitab-kitab klasik yang

60 Hafiz Yazid, Ulama Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara, wawancara di Medan, tanggal 24 Juli 2015.

61 Chairuman Khair Pasaribu, murid Muhammad Arsyad Thalib Lubis dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, wawancara di Medan, tanggal 6 Juli 2015.

96

dikarang oleh ulama mazhab Syafi‘i, beliau juga mengimplementasikan kandungan buku-buku tersebut dalam kehidupan nyata sebelum diajarkan pada murid atau mahasiswanya.

Selama mengajar di beberapa Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah, para muallim menggunakan metode-metode yang berbeda-beda dalam memberikan pelajaran, namun pada umumnya mereka sering menggunakan metode ceramah. Hal ini dijelaskan oleh Jamaluddin Batubara, berikut:

Pada umumnya ulama-ulama Al Jam’iyatul Washliyah, seperti Syekh Arsyad, Syekh Arifin Isa, Muallim Hamdan, Muallim Usman Hamzah dan muallim-muallim yang lain dalam mengajar menggunakan metode ceramah. Mereka membaca kitab, diartikan dan dijelaskan kalimat per kalimat. Sebagian murid ada yang mendengar dan ada juga yang membarisi atau memberikan arti pada kalimat-kalimat yang tidak mereka pahami. Namun terkadang ada juga sesi tanya jawab untuk mengukur sejauh mana pemahaman murid dalam menangkap penjalasan yang sudah disampaikan muallim tadi.62

Metode ceramah nampaknya lebih dominan dilakukan para guru atau muallim di Madrasah al-Qismul Ali Al Jam’iyatul Washliyah. Metode ini masih terus digunakan oleh guru-guru sampai saat ini. Namun seiring perubahan-perubahan kurikulum sudah dilakukan peningkatang metode belajar. Hal ini dijelaskan Jamaluddin Batubara sebagai berikut:

Walaupun sebagian ustaz dan muallim masih menggunakan metode ceramah, namun ada beberapa bidang studi yang sudah dikembangkan seperti fikih sudah ada metode demonstrasi dan diskusi. Karena masalah fikih ini terus berkembang, terkadang para muallim sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang harus didiskusikan terutama terkait fikih kontemporer seperti zakat fitrah yang dibayar dengan uang dan sebagainya. Metode demonstrasi biasanya lebih pada praktikum seperti pelatihan fardu kifayah, menyembelih hewan, manasik haji dan sebagainya. Sedangkan metode hafalan, memang banyak pelajaran-pelajaran yang harus dihafal seperti syair-syair dalam kitab

Ibnu ‘Aqil, faraid dan tahifz Alquran. Menghafal ini sudah mulai Ibtidaiyah

sampai pada tingkat al-Qismul Ali.63

Sebagaimana hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan di Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah mengenai metode pendidikan, dapat penulis

62

Jamaluddin Batubara, Kepala Madrasah al-Qismul Ali Al Jam’iyatul Washliyah Jalan Ismailiyah Medan, wawancara para tanggal 18 Januari 2016.

97

kemukakan bahwa proses pendidikannya sama dengan madrasah-madrasah lain seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) atau setara dengan madrasah milik pesantren-pesantren di Sumatera Utara, hanya saja di beberapa Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah difokuskan pada pelajaran-pelajaran agama Islam dan bahasa Arab yang bersumber dari kitab kuning. Sedangkan media yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih sangat sederhana. Hal ini dimungkinkan karena keadaan biaya operasional Madrasah belum memadai sehingga belum dapat menyediakan sarana dan prasarana belajar yang komplit, walau demikian dengan sarana yang ada guru berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang optimal kepada muridnya.

Metode pengajaran yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebagaimana hasil wawancara dan observasi yang penulis amati adalah: a. ceramah; b. tanya jawab; c. tugas; d. demonstrasi; e. diskusi; f. hafalan; dan g. beberapa metode lainnya namun sangat jarang sekali dipergunakan. Metode ceramah merupakan metode pengajaran yang paling tua namun metode tersebut masih sering dipergunakan. Karena metode ini dapat digunakan di mana saja dan mampu diikuti oleh peserta didik yang sedemikian banyak.

Metode pendidikan keulamaan yang dilakukan oleh ulama-ulama Al Jam’iyatul Washliyah lebih mirip dengan metode pendidikan yang dilakukan oleh pesantren salaf yang ada di Indonesia. Beberapa metode diadopsi dari Timur Tengah, namun seiring dengan perubahan zaman, lambat-laun metode ini juga mengalami perkembangan. Maka sebagian ulama Al Jam’iyatul Washliyah juga memperoleh dan mengembangkan metode pendidikan ini. Metode-metode tersebut tentunya belum mawakili keseluruhan dari metode-metode pembelajaran yang ada dan pernah dialami oleh ulama Al Jam’iyatul Washliyah di dalam maupun luar negeri.