• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus dengan mengambil lokasi padasalah satu perusahaan penggemukan sapi potong di PT XYZ Jakarta Timur dan memiliki farm di Rangkas, Banten. Data yang digunaan dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi Data pendapatan privat, biaya privat, Nilai pendapatan sosial dan biaya input tradable serta nilai sosial untuk faktor domestik.

Sedangkan data sekunder meliputi data-data lain yang menunjang penelitian yang didapatkan dari luar perusahaan. Data primer yang digunakan dalam penelitian diperoleh melalui wawancara kepada ketua dari INKINDO dan juga manager dari PT XYZ, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan, dan Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Sumber informasi lainnya diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan media masa elektronik. Untuk input output yang dapat diperdagangkan secara internasional, harga sosial dapat dihitung berdasarkan harga perdagangan internasional. Untuk komoditas yang diimpor dipakai harga CIF (Cost, Insurance and Freight) sedangkan untuk menghitung harga sosial input non tradable digunakan harga imbangannya (opportunity cost).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan dibantu dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Metode wawancara dengan responden yang telah ditentukan yaitu ketua umum INKINDO dan juga manager dari PT XYZ. Pengumpulan data-data penunjang juga dilakukan dengan cara medatangi langsung kantor atau pihak-pihak yang bersangkutan seperti Kementrian Perdagangan (Kemendag), Kementrian Peternakan (Kementan), dan Badan Pusat Statistik Jawa Barat (BPS JABAR).

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah Policy Analysis Matrix (PAM). Model analisis PAM (Policy Analysis Matrix) digunakan untuk menganalisis intervensi pemerintah dan dampaknya pada sistem komoditas.

Penggunaan PAM ini dengan pertimbangan bahwa dengan menggunakan model ini dapat menjawab tujuanyang ingin dicapai dalam penelitian yakni dapat diketahui keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usaha daging sapi PT XYZ serta dampak keefektifan kebijakan pemerintah yang diterapkan terhadap komoditi sapi potong.

Analisis PAM mampu menjelaskan struktur input output di tingkat usahatani, pengolahan, ataupun pemasaran. Dengan perhitugan ini dapat diperoleh keuntungan baik finansial maupun ekonomi serta dampak kebijakan pemerintah

yang diterapkan baik kepada input, output maupun input dan output secara bersama dapat diketahui. Tidak hanya dampak dari kebijakan pemerintah tetapi metode ini mampu menggambarkan daya saing objek yang diteliti dibawah pengaruh kebijakan ataupun tidak. Dapat dijelaskan format dari Analysis PAM tersebut pada tabel 6.

Tabel 6 Format Policy Analysis Matrix (PAM)

Uraian Penerimaan Biaya

Sumber : Pearson et al, 2005 Keterangan : G : Biaya Input Domestik Sosial H : Keuntungan Sosial = E - (F+G) I : Transfer Output (A - E)

J : Transfer Input tradable (B – F) K : Transfer Faktor domestik (C – G) L : Transfer Bersih (D – H)

Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A-B)

Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = G/(E-F) Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = A/E Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) =B/F Koefisien Keuntungan (PC) = D/H

Pada Tabel 6 menunjukkan pada baris pertama dari matriks PAM berisikan angka-angka yang dihitung berdasarkan harga privat (harga aktual yang terjadi di pasar), yaitu harga yang sebenarnya diterima atau dibayarkan oleh pelaku ekonomi. Baris kedua berisikan perhitungan angka-angka yang didasarkan pada harga sosial atau shadow price, yaitu harga yang mengambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya maupun hasil (harga yang menghasilkan alokasi terbaik dari sumberdaya dan dengan sendirinya menghasilkan pendapatan tertinggi). Baris ketiga merupakan selisih perhitungan antara harga privat dengan harga sosial sebagai akibat dari dampak kebijakasanaan pemerintah atau distorsi pasar yang ada.

Pada input dan output yang dapat diperdagangkan secara internasional, harga sosial dapat dihitung berdasarkan harga bayangan atau shadow price yang dalam hal ini didekati dengan harga batas (border price), untuk komoditi yang diimpor digunakan harga cost and freight (CIF) dan untuk komoditi yang diekspor digunakan harga freight on board (FOB). Perlu dilakukan barbagai penyesuaian pada titik mana analisis akan dilakukan. Sedangkan untuk input domestik digunakan biaya imbangannya atau opportunity cost yang dikaji dari penelitian empirik di lapangan.

Analisis Keuntungan

1 Keuntungan Privat (Private Provit/PP)

PP = D = A – B –C

Jika keuntungan privat lebih besar atau sama dengan nol menunjukkan bahwa secara privat pengusahaan suatu komoditas layak untuk diteruskan. Begitu juga sebaliknya, jika nilainya kurang dari nol maka komoditas tersebut tidak layak diteruskan karena dapat menimbulkan kerugian.

2 Keuntungan Sosial (Social Provit/SP)

PS = H = E – F – G

Jika nilai keuntungan sosial lebih dari satu atau sama dengan nol menunjukkan bahwa secara ekonomi pengusahaan suatu komoditas dapat dilanjutkan. Begitu juga sebaliknya, jika nilainya kurang dari nol maka komoditas tersebut tidak layak diteruskan karena dapat menimbulkan kerugian.

Analisis Efisiensi (Keunggulan Komparatif dan Kompetitif) 1 PCR (Rasio Biaya Privat)

PCR = 𝐶

𝐴−𝐵

=

Biaya Input 𝑁𝑜𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 Privat

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡 – 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑝𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡

Suatu komoditas mempunyai keunggulan kompetitif jika nilai PCR-nya lebih kecil dari satu. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan nilai tambah sebesar satu satuan, diperlukan tambahan biaya faktor domestik yang dikeluarkan lebih kecil dari satu satuan.

2 DRC (Rasio Biaya Sumber Daya)

DRC = 𝐺

𝐸−𝐹

=

Biaya Input 𝑁𝑜𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 Sosial

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙 – 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙

Suatu perusahaan memiliki keunggulan komparatif jika nilai DRC lebih kecil dari satu. Hal ini berarti bahwa pengusahaan komoditas tertentu mempunyai efisiensi secara ekonomi dalam pengalokasian sumberdaya atau memiliki keunggulan komparatif.

Dampak Kebijakan Pemerintah 1 Kebijakan Output

a Transfer Output (TO)

TO = I = A – E

Menunjukkan kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output yang menyebabkan harga output privat dan sosial berbeda. Nilai Transfer Output menunjukkan besarnya intensif masyarakat terhadap produsen.

Nilai TO yang positif berarti masyarakat harus membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya dibayarkan, dan produsen menerima harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya diterima.

b Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO)

NPCO = 𝐴

𝐸

=

Penerimaan privat 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙

NPCO digunakan untuk mengukur dampak insentif kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output yang diukur dengan harga privat dan sosial. Jika nilai NPCO lebih kecil dari satu menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang menghambat ekspor output yang berupa subsidi negatif (pajak).

2 Kebijakan Input a Transfer Input (TI)

TI = J = B – F

Nilai TI yang positif menunjukkan kebijakan pemerintah pada input tradable menyebabkan keuntungan yang diterima lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai TI negatif menunjukkan keuntungan yang diterima secara privat lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan.

b Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI)

NPCI = 𝐵

𝐹

=

Biaya Input 𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 Privat Biaya Input 𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 Sosial

Nilai NPCI lebih besar dari satu menunjukkan adanya proteksi terhadap produsen input, sementara sektor yang menggunakan input tersebut akan dirugikan dengan tingginya biaya produksi. Jika nilai NPCI lebih kecil dari satu berarti menunjukkan adanya hambatan ekspor input sehingga produksi menggunakan input lokal.

c Transfer Faktor (TF)

TF = K = C – G

Nilai TF menunjukkan besarnya subsidi terhadap input non tradable. Jika nilai TF positif berarti terdapat subsidi negarif pada input non tradable.Jika nilai TF negatif berarti terdapat subsidi positif pada input nontradable.

3 Kebijakan Input-Output a Koefisien Proteksi Efektif

EPC = 𝐴−𝐵

𝐸−𝐹

=

Penerimaan Privat – Biaya Input 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 Privat 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙 – 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙

Nilai EPC menggambarkan arah kebijakan pemerintah apakah bersifat melindungi ataukah menghambat produksi domestik secara efektif. Nilai

EPC lebih besar dari satu menunjukkan tingginya proteksi pemerintah dalam sistem produksi sapi potong, sedangkan nilai EPC kurang dari satu berarti proteksi pemerintah terhadap sistem produksi sapi potong sangat rendah.

b Tingkat Proteksi Efektif (EPR)

EPR = (EPC – 1) x 100%

Nilai EPR menunjukkan tingkat persentasi kebijakan yang diterapkan pada input dan output.

c Transfer Bersih (TB)

TB = L = D – H

TB digunakan untuk melihat ketidakefisienan dalam sistem produksi.

Jikanilai TB lebih besar dari nol, maka nilai tersebut menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yangdilakukan pada input dan output. Nilai TB yang lebih kecil akan menunjukkan keadaan yang sebaliknya.

d Koefisien Keuntungan (PC)

PC = 𝐷

𝐻

=

Keuntungan Privat Keuntungan Sosial

Nilai PC kurang dari satu menunjukkan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil jika dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Sebaliknya, nilai PC lebih dari satu berarti kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima oleh produsen lebih besar.

e Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP)

SRP = 𝐿

𝐻

=

Transfer Bersih Keuntungan Sosial

Nilai SRP yang negatif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebihkecil dari biaya imbangan untuk berproduksi. Sebaliknya, nilai SRP yangpositif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selama inimenyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebih besar daribiaya imbangan untuk berproduksi.

Dokumen terkait