• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini ditulis berjenis yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang mengacu kepada norma-norma hukum47sebagaimana terdapat dalam

peraturan-45Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 1 Tentang Informasi Elektronik, Jakarta, 2016

46Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 4 Tentang Dokumen Elektronik, Jakarta, 2016

47Mohd Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm.10.

peraturan maupun putusan pengadilan. Norma-norma hukum yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan yang mengacu pada Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. selanjutnya menganalisis hukum tersebut mengenai penerapan dan kaitannya dengan penggunaan media elektronik untuk melakukan transaksi jual beli barang tidak bergerak.

Penelitian ini ditulis bersifat analisis deskriptif yaitu bertujuan memberikan suatu uraian deskriptif mengenai masalah yang diteliti. Penelitian ini menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisa hukum baik dari dalam teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan48. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis secara menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan dengan transaksi menggunakan media elektronik mengenai barang tidak bergerak dan apa yang telah diatur oleh hukum di Indonesia tentang kegiatan ini.

2. Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier. Sumber data dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer

48Soejono Soekanto, op. cit., hlm.63.

Bahan hukum primer digunakan sebagai bahan hukum dasar yang kuat sebagai landasaran dasar utama dalam melakukan analisis. Beberapa bahan hukum yang yang dimaksud diuraikan sebagai berikut:

1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

2) Undang – Undang, Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

3) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang berupa bahan hukum yang berhubungan dengan bahan hukum primer yang dapat membantu penelitian dalam menganalisis dan memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Hasil karya tulis ilmiah 2) Hasil penelitian

3) Buku dan dokumen yang berkaitan dengan Transaksi menggunakan media elektronik

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang merupakan informasi yang berkaitan dengan penelitian seperti kamus hukum, artikel, berita, dan lain sebagainya.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka.

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Alat pengumpulan data menggunakan studi dokumen dilakukan dengan membaca, mempelajari, memahami, dan menganalisis literatur, buku-buku, peraturan-peraturan perundang-undangan, jurnal atau artikel, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian, data yang terkumpul tersebut didukung dengan penelitian lapangan dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat yang aktif melakukan transaksi benda tidak bergerak yang dibahas dalam penelitian ini.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.49

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap bahan hukum primer, sekunder maupun tersier. Analisis data secara kualitatif memiliki maksud bahwa analisis ini dilakukan dengan mengelompokkan

49Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), hlm. 103.

dan menyeleksi data. Prinsip pokok te3knik analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.50

Analisis data secara kualitatif ini dilakukan dengan hukum positif dan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu mengenai transaksi elektronik atas barang tidak bergerak. Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan, kemudian keseluruhan data tersebut akan disistematiskan sehingga menghasilkan klarifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diteliti51.

Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah mengenai bagaimana transaksi elektronik mengenai barang tidak bergerak diatur dalam hukum di Indonesia, kemudian dari data-data tersebut akan dijabarkan berdasarkan norma-norma dan hukum yang berlaku, sehingga permasalahan transaksi elektronik mengenai barang tidak bergerak dapat diteliti. Kemudian setelah diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan, akan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang

50Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Secara Kualitatif, http://www. pengertianpakar.

com/ 2015/05 /teknik-pengumpulan-dan-analisis-data-kualitatif.html, diakses pada tanggal 14 Juli.

51Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 106

bersifat khusus52 yang merupakan metode analisa data kualitatif dan metode penarikan kesimpulan deduktif.

52 Rony Hanitiji Soemitro, Metode Penelitian hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 57.

A. Transaksi Jual Beli Apartemen Dan Villa Melalui Media Elektronik Transaksi menggunakan media elektronik mengenai apartemen dan villa adalah transaksi yang dilakukan dengan metode yang hampir sama dengan transaksi menggunakan media elektronik mengenai barang bergerak, dimana metode ini merupakan metode yang umum digunakan dalam transaksi media elektronik. Maka dari itu perlu kita bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan transaksi elektronik dan apa metode yang digunakan secara umum tersebut.

Transaksi elektronik atau dapat disebut juga Electronic Commerce di Indonesia merupakan transaksi perdagangan yang melibatkan individu-individu dan organisasi-organisasi atau badan-badan, berdasarkan pada proses dan transmisi data digital, termasuk teks, suara atau jaringan tertutup. Data statistik di Indonesia Pengguna jasa Internet diperkirakan tumbuh berkembang, potensi besar akan peluang untuk mengembangkan bisnis melalui media internet ini khususnya dengan e-commerce ini sangat bergantung kepada pengguna jasa.53

Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap sektor aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya sejumlah upaya dari sektor aktivitas bisnis yang semula berbasis didunia nyata, kemudian mengembangkannya kedunia maya.

53Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal.2

Penggunaan internet dalam electronic commerce ini memberikan dampak yang sangat positif yakni dalam kecepatan dan kemudahan serta kecanggihan dalam melakukan interaksi global tanpa batasan tempat dan waktu yang kini menjadi hal yang biasa. Transaksi bisnis yang lebih praktis tanpa perlu kertas dan pena, perjanjian face to face (bertemu secara langsung) pelaku bisnis kini tidak diperlukan lagi, sehingga dapat dikatakan perdagangan elektronik atau e-commerce ini menjadi penggerak ekonomi baru dalam bidang teknologi khususnya di Indonesia.54

Implikasi dari perkembangan ini dirasa ada sisi positif dan negatif. Aspek positif bahwa dengan perdagangan di internet melalui jaringan online, telah meningkatkan peranan dan fungsi perdagangan sekaligus memberikan kemudahan dan efisiensi. Aspek negatif dari perkembangan ini adalah berkaitan dengan persoalan keamanan dalam bertransaksi dengan menggunakan media e-commerce dan secara yuridis terkait pula dengan jaminan kepastian hukum(legal certainty).

Masalah keamanan masih menjadi masalah dalam internet. Aspek-aspek yang dipermasalahkan itu antara lain:

a. Masalah kerahasiaan pesan

b. Masalah bagaimana cara agar pesan yang dikirimkan itu keutuhannya sampai ke tangan penerima

c. Masalah keabsahan pelaku transaksi

d. Masalah keaslian pesan agar bisa dijadikan barang bukti.55

54Ibid, hal.2

55Ibid, hal.3-4

Keamanan dan kejelasan (kepastian) dalam bertransaksi tidak dapat diabaikan dalam menjamin kesinambungan transaksi, terlebih lagi di era globalisasi sekarang dimana transaksi-transaksi perdagangan sudah tidak lagi dibatasi oleh perbedaan jarak, latar belakang kebangsaan, sistem hukum, kedudukan, modal, tingkat pendidikan, domisili dsb. Permasalahan yang timbul apabila tidak segera diatasi akan melahirkan berbagai konflik yang menyebabkan tujuan dari transaksi tersebut menjadi tidak tercapai baik dari segi ekonomi maupun hubungan baik.56

Berdasarkan ruang lingkupnya, dalam praktik bisnis yang berkembang berdasarkan lingkup aktivitasnya, dikenall juga pembedaan sebagai berikut:57

a. Electronic Business ditujukan untuk lingkup aktivitas perdagangan dalam arti luas.

b. Elektronik Commerce ditujukan untuk lingkup perdagangan/perniagaan yang dilakukan secara elektronik dalam arti sempit, termasuk perdagangan via internet,perdagangan dengan fasilitas Web Internet dan perdagangan dengan sistem pertukaran data terstruktur secara elektronik

Meskipun istilah e-commerce memang baru saja muncul di Indonesia, tetapi sebenarnya e-commerce telah muncul dengan bentuknya yang beraneka ragam sejak dua puluh tahun terakhir, seiring dengan semkain populernya teknologi Electronic Data Interchange (EDI) dan Elektronic Fund Transfer (EFT) diperkenalkan pertama kali di akhir tahun 1970an. Pertumbujan dan penggunaan Credit Cards, Automated Teller Machines, dan Telephone banking diperkenalkan

56Ibid, hal. 137-138

57Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hal.257-258

tahun 1980an. Dengan demikian, dapat dikatakan hanya istilahnya saja yang baru dipakai, padahal sebenarnya masyarakat telah mengenal e-commerce bahkan telah melakukan transaksi e-commerce itu sendiri.58

Transaksi elektronik di Indonesia memiliki bentuk yang hampir sama dengan transaksi jual beli konvensional yang biasa dilakukan oleh masyarakat.

Hanya saja terletak perbedaan pada media yang digunakan. Pada transaksi e-commerce, yang dipergunakan adalah media elektronik yaitu internet sehingga kesepakatan ataupun perjanjian yang tercipta adalah melalui online.

Perjanjian jual beli online tersebut terdiri dari penawaran dan penerimaan, sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lainnya.59

Penawaran merupakan suatu “invitation to enter into binding agreement”.60 Tawaran merupakan sebuah tawaran jika pihak lain memandangnya sebagai suatu tawaran. Suatu perbuatan seseorang beralasan bahwa perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk ke dalam suatu ikatan perjanjian dapat dianggap sebagai tawaran.

Dalam transaksi e-commerce, khususnya jenis transaksi dari perusahaan kepada individu tertentu, yang melakukan penawaran adalah produsen/penjual.

Para penjual tersebut memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan jasa pelayanan. Para penjual menyediakan semacam storefront yang berisikan katalog produk dan pelayanan yang diberikan. Dan para pembeli seperti berjalan-jalan di

58Ibid, hal.258 59Ibid, hal. 260-262

60Mariam Darius Badrulzaman, “E-commerce Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia”, Hukum Bisnis XII ,(2001): 33.

depan toko-toko dan melihat barang-barang di dalam estalase. Keuntungannya jika melakukan belanja di toko online adalah kita dapat melihat dan berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh jam buka toko dan kita juga tidak akan risih dengan pandangan penjaga toko yang mengawasi kegiatan kita.

Dalam website tersebut biasanya ditampilkan barang-barang yang ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis tentang barang itu yang diisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi tentang barang tersebut, dan menu produk lain yang berhubungan.

Penawaran ini terbuka bagi semua orang. Semua orang yang tertarik dapat melakukan window shopping di toko-toko online ini. Dan jika ada barang yang menarik perhatian, dapatlah transaksi dilakukan.

Penawaran dan penerimaan saling terkait untuk menghasilkan suatu kesepakatan. Dalam menentukan suatu penawaran dan penerimaan dalam cyber system ini digantungkan pada keadaan dari cybersystem tersebut. Penerimaan dapat dinyatakan melalui website, electronic mail (suratelektronik), atau juga melalui Electronic Data Interchange.

Penjual biasanya bebas untuk menentukan suatu cara penerimaan. Misalnya ia menentukan bahwa dalam hal penjualan melalui website atas barang dagangannya, penawaran dapat ditujukan padah alaman dari e-mail address calon pembelinya. Jadi dalam hal ini penerimaan melalui e-mail cukup karena penawaran ini dikirimkan pada e-mail tertentu sehingga sudah jelas hanya pemegang e-mail itulah yang dituju. Akantetapi, jika penawaran dilakukan melalui website atau news group, dapat dianggap penawaran tersebut ditujukan

untuk khalayak ramai. Dengan demikian, setiap orang yang berminat dapat membuat kesepakatan dengan penjual yang menawarkan.

Dalam transaksi e-commerce melalui website, biasanya pengunjung Calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual. Jika memang calon pembeli tertarik, shopping cart akan menyimpan terlebih dahulu barang yang calon pembeli inginkan sampai calon pembeli yakin akan pilihannya. Setelah yakin dengan pilihannya, calon pembeli akan memasuki tahap pembayaran.

Dalam e-commerce terdapat banyak metode pembayaran. Dengan menyelesaikan tahapan transaksi ini, pengunjung toko online telah melakukan penerimaan/

acceptance sehingga telah terciptalah kontrak online.

Selanjutnya penting untuk dibahas metode pembayaran dalam e-commerce.

Klasifikasi mekanisme pembayaran dapat dibagi menjadi lima mekanisme utama, yaitu sebagai berikut:

1. Transaksi model ATM , yaitu transaksi ini hanya melibatkan institusi finansial dan pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau mendeposit uangnya dari account masing-masing.

2. Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan langsung antara dua pihak tanpa perantara menggunakan uang nasionalnya.

3. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya proses pembayaran yang menyangkut debit, kredit maupun cek masuk dalam kategori ini. Ada beberapa metode pembayaran yang dapat digunakan, yaitu:

a. sistem pembayaran kartu kredit online;

b. sistem pembayaran check online.61

Sistem pembayaran dengan kartu kredit inilah yang sering menjadikan transaksi melalui elektronik menjadi masalah. Pembajakan kartu kredit serta penipuan kartu kredit kerap terjadi dalam transaksi e-commerce. Sejumlah konsumen yang berbelanja lewat internet pernah mengalami pencurian nomor kartu kredit. Pencuri dapat saja mendapatkan nomor kartu kredit dengan cara menyusup ke sebuah server atau juga ke sebuah PC. Oleh karena itulah, bagi konsumen yang akan melakukan transaksi, sebaiknya berhati-hati dan memastikan bahwa data-data yang mereka kirim terenkripsi dengan baik sebab bisa saja pihak yang tidak berwenang menyadap nomor kartu kredit. Dan ada juga trik penipuan yang disebut trik penipuan klasik, yang melakukan penipuan dengan cara meminta nomor kartu kredit meskipun tidak melakukan transaksi dengan alasan sebagai jaminan.

1. Micropayment adalah pembayaran untuk uang recehan yang kecil kecil.

Mekanisme Micropayment ini penting dikembangkan karena sangat diperlukan untuk pembayaran uang receh yang kecil tanpa overhead yang tinggi.

2. Anonymous digital cash, uang elektronik yang dienkripsi. ”Digital cash memiliki karakteristik utama, yaitu transnationality of digital cash, di mana digital cash memiliki kemampuan mengalir secara bebas melewati batas hukum negara lain."62Umumnya Digital Cash dapat diklasifikasikan

61Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-commerce (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), hal. 92

62Ibid

ke dalam tiga kategori utama, yaitu: (i) tipe yang berbasis kartu kredit; (ii) tipe cek; dan (iii) tipe cash.

Pengiriman dapat dilakukan dengan cara dikirim sendiri atau menggunakan jasa pengiriman lainnya. Biaya pengiriman biasanya dihitung dalam pembayaran, atau bahkan sering kali dikatakan pelayanan gratis terhadap pengiriman karena sudah termasuk dalam biaya penyelenggaraan pada sistem tersebut. Tetapi dalam transaksi apartemen dan villa yang dibahas ini, pengiriman tidak dilakukan karena pengalihan hak masih perlu dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang.

Dari penjelasan diatas, dapat terlihat bagaimana bentuk transaksi elektronik pada umumnya, walaupun transaksi yang dimaksud dalam hal ini awalnya hanya untuk transaksi benda bergerak, transaksi apartemen dan villa tidak jauh berbeda dalam hal proses yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak lain.

Transaksi apartemen dan villa menggunakan media elektronik adalah transaksi yang dapat dikatakan masih sangat baru karena transaksi ini merupakan transaksi yang muncul, berawal dari banyaknya transaksi benda bergerak yang memanfaatkan media elektronik yang menawarkan kemudahan dalam proses transaksi yang tidak memerlukan tatap muka secara langsung dalam seluruh proses transaksi elektronik.

Transaksi apartemen dan villa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti transaksi elektronik di Indonesia pada umumnya yaitu dilakukan dengan metode penawaran, penerimaan, pembayaran yang umum dilakukan dalam transaksi

elektronik. Perbedaan yang besar antara transaksi apartemen dan villa dan benda bergerak dalam transaksi elektronik adalah dalam hal pengiriman.

Pengiriman dapat dilakukan segera setelah pembayaran dilakukan dengan menggunakan internet banking atau transfer rekening, karena benda yang ditransaksikan merupakan benda bergerak. Tetapi dalam hal apartemen dan villa, pengiriman tidak dapat dilakukan karena transaksi apartemen dan villa seperti jual beli tanah mensyaratkan harus dituangkan dalam akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.63

Perbedaan ini walaupun dapat dikatakan sebagai perbedaan yang krusial, tetapi tidak membuat transaksi apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik dapat diklarifikasikan sebagai transaksi biasa, karena dalam penjelasan dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 menyatakan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.64 Dan tidak mengatur tentang benda apa saja yang dapat ditransaksikan dengan menggunakan media elektronik.

Penggunaan media elektronik sebagai sarana transaksi apartemen dan villa telah banyak ada, seperti iklan yang ditayangkan dalam website-website yang khusus menawarkan pembelian apartemen, contohnya dalam website rumah12365 dan olx66, yang menawarkan apartemen dengan menggunakan media elektronik

63Edmon Makarim-I, Op.Cit., hlm.279

64Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 2 Tentang Transaksi Elektronik, Jakarta, 2016

65https://www.rumah123.com/apartemen-dijual-di-medan-sumatera-utara/ ,diakses pada tanggal 31 oktober 2017

66 http://olx.co.id/properti/apartment/sumatera-utara/ ,diakses pada tanggal 31 oktober 2017

sesuai lokasi yang diinginkan, dimana pihak penjual meninggalkan nomor ponsel atau cara komunikasi lainnya di iklan tersebut.

Perbahasan yang dijabarkan diatas memperlihatkan bahwa transaksi apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik masih memiliki banyak kemungkinan terjadinya wanprestasi yang dapat mengakibatkan kerugian finansial yang tidak sedikit terhadap pihak yang dirugikan karena transaksi ini merupakan transaksi yang menggunakan metode transaksi benda bergerak yang kurang cocok digunakan dalam transaksi apartemen dan villa.

Seperti dalam penjelasan tentang putusan nomor 169/Pdt.G/2015/PN.Dps.

antara PT. PARTS SENTRA INDOMANDIRI dan Tommy Comerford sebagai pihak penggugat dengan Eric Bevan Gillet dan PT. Xanadu Villas sebagai pihak tergugat. Wanprestasi terjadi karena ketidak jelasan benda yang ditransaksikan tersebut. Walaupun memiliki resiko yang tinggi, transaksi ini masih dapat ditemukan di lapangan dan dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, menurut hasil wawancara terhadap 10 responden yang pernah terlibat dalam transaksi apartemen dan villa menggunakan media elektronik, seluruh responden menyatakan bahwa penggunaan transaksi elektronik masih dilakukan karena efisien dan mudah.

B. Kepastian Hukum Terhadap Kegiatan Transaksi Jual Beli Apartemen Dan Villa Dengan Menggunakan Media Elektronik Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

1. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Asas merupakan sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat.

Asas dapat juga berarti merupakan hukum dasar.67Menurut Peter Mahmud

67Fence M.Wantu dkk., Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Reviva Cendekia, 2010), hlm.13

Marzuki,68aturan-aturan hukum yang menguasai kontrak sebenarnya penjelmaan dari dasar-dasar filosofis yang terdapat pada asas-asas hukum secara umum. Asas-asas hukum ini bersifat sangat umum dan menjadi landasan berpikir, yaitu dasar ideologis aturan-aturan hukum. Beberapa asas tersebut bersifat samar-samar dan hanya dengan upaya yang keras dapat dipahami dan diuraikan secara jelas. Asas hukum merupakan sumber bagi sistem hukum yang memberikan inspirasi mengenai nilai-nilai etis,moral, dan sosial masyarakat. Dengan demikian, asas hukum sebagai landasan norma menjadi alat uji bagi norma hukum yang ada.

Dalam arti norma hukum tersebut pada akhirnya harus dapat dikembalikan pada asas hukum yang menjiwainya.69

Dalam hukum perdata, dikenal beberapa asas-asas hukum perjanjian, yaitu:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia yang perkembangannya dilandasi semangat liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu. Perkembangan ini seiring dengan penyusunan BW di negeri Belanda, dan semangat liberalisme ini juga dipengaruhi semboyan Revolusi Perancis “liberte, egalite et fraternite”

(kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Menurut paham individualisme setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendaki, sementara itu di dalam hukum perjanjian falsafah ini diwujudka ndalam asas kebebasan berkontrak.70

68Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.196

69 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm.203

70Ibid, hlm.109

Buku III BW menganut sistem terbuka, artinya hukum (ic. Buku III BW) memberi keleluasan kepada para pihak untuk mengatur sendiri pola hubungan hukumnya. Apa yang diaturdalam Buku III BW hanya sekadar mengatur dan melengkapi (regelendrechtaanvullendrecht). Berbeda dengan pengaturan Buku II BW yang menganut sistem tertutup atau bersifat memaksa (dwingendrecht), di mana para pihak dilarang menyimpangi aturan-aturan yang ada di dalam Buku II BW tersebut.71

Sistem terbuka Buku III BW ini tercermin dari substansi Pasal 1338 (1) BW yang menyatakan bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Menurut Subekti72, cara menyimpulkan asas kebebasan berkontrak adalah dengan jalan menekankan pada perkataan “semua” yang ada di muka perkataan “perjanjian”. Dikatakanb

Sistem terbuka Buku III BW ini tercermin dari substansi Pasal 1338 (1) BW yang menyatakan bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Menurut Subekti72, cara menyimpulkan asas kebebasan berkontrak adalah dengan jalan menekankan pada perkataan “semua” yang ada di muka perkataan “perjanjian”. Dikatakanb