TESIS
Oleh
HENDRY 147011175 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HENDRY 147011175 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum 2. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum
3. Dr. Edy Ikhsan, SH, MA 4. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum
Nim : 147011175
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM ATAS TRANSAKSI YANG
MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK UNTUK JUAL BELI APARTEMEN DAN VILLA (STUDI PUTUSAN NO.169/PDT.G/2015/PN.DPS)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : HENDRY Nim : 147011175
berkomunikasi dan melakukan pembayaran tanpa tatap muka. Permasalahan terjadi karena pembayaran dilakukan sebelum adanya perjanjian tertulis dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu seperti dalam putusan no.169/Pdt.G/2015/PN.Dps dimana terjadi ketidak sepakatan atas benda yang ditransaksikan setelah pembayaran sudah dilakukan.
Tesis ini menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat analisis deskriptif, yang mengutamakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data-data tersebut kemudian didukung dengan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara dengan masyarakat yang pernah terlibat dengan transaksi elektronik apartemen dan villa. Analisis terhadap data-data tersebut dilakukan secara kualitatif, dan ditarik kesimpulan dengan metode penalaran deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepastian hukum dan perlindungan hukum yang ada di Indonesia untuk transaksi yang menggunakan media elektronik untuk jual beli apartemen dan villa yang dilakukan dengan melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum adanya perjanjian ini dapat dilihat dari beberapa Undang-Undang, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Kepastian Hukum yang diberikan masih tetap bertumpu pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku terhadap berbagai jenis perjanjian selama perjanjian tersebut memenuhi persyaratan yang diberikan, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik lebih banyak mengatur tentang kapan terjadinya perjanjian elektronik, bukti-bukti elektronik, penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan sistem elektronik, Undang-Undang ini belum mengatur tentang bagaimana melakukan transaksi benda tidak bergerak seperti apartemen dan villa, sedangkan Perlindungan Hukum oleh Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat diberikan apabila salah satu pihak melanggar Pasal-Pasal yang telah diatur dalam Undang-Undang tersebut.
Dalam Putusan No. 169/Pdt.G/2015/PN.Dps Majelis Hakim hanya menggunakan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata saja walaupun Undang- Undang Transaksi Elektronik sudah berlaku pada saat kasus ini terjadi.
Kata Kunci: Transaksi Elektronik, Jual Beli, Apartemen dan Villa
such as internet, email, and cell-phones for communicating and paying without meeting face to face. The problem is that the payment is made prior to a written contract before the authority as it is stipulated in the Regulation No. 169/Pdt.G/2015/PN.Dps in which there is no agreement on the transacted object after the payment is made.
The research used juridical normative and descriptive analytic method.
Secondary data were obtained from primary, secondary, and tertiary legal materials, while primary data were obtained from field research through interviews with those who were involved in the transaction of apartments and villas. The gathered data were analyzed qualitatively and the conclusion was drawn deductively.
The result of the research shows that legal certainty and legal protection in Indonesia for a transaction using electronic media in buying and selling apartments and villas by paying for them before signing the contract is found in the Civil Code, Law on Information and Electronic Transaction, and Law on Consumer Protection.
Legal certainty is still referred to Article 1320 of the Civil Code which deals with a contract as far as it fulfills the requirements. Law on Information and Electronic Transaction mostly regulates when the electronic contract, electronic evidence, implementation of electronic certification, and electronic system occur.
This law does not regulate how to make transaction of immovable property like apartments and villas, while Law on Consumer Protection is used when one of the parties violates against the Articles found in that law. In the Regulation No. 169/Pdt.G/2015/PN.Dps, the Panel of Judges used Article 1320 of the Civil Code even though Law on Electronic Transaction was in effect when this case occurred.
Keywords: Electronic Transaction, Buying and Selling, Apartment, Villa
Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya untuk menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Hukum Atas Transaksi Yang Menggunakan Media Elektronik Untuk Jual Beli Apartemen Dan Villa (Studi Putusan No. 169/PDT.G/2015/PN.DPS)”ini. Penulisan tesis dengan judul ini tidak hanya dilakukan Penulis sebagai pemenuhan syarat memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum (FH) Universitas Sumatera Utara (USU), tetapi juga karena Penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian ini.
Tesis ini dapat Penulis selesaikan dengan baik dengan adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasihnya yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, dan Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing, yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
M.Hum., selaku Penguji, yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen M.Kn.FH USU, yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya.
8. Seluruh Staf/Pegawai di M.Kn FH.USU.
9. Sahabat-sahabat Penulis di M.Kn.FH.USU
Besar harapan Penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan masyarakat yang membutuhkan.
Medan, 7 Februari 2018 Penulis,
Hendry 147011175
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 Juni 1991
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Dusun VII Suka Maju, No.2
Medan, Sumatera Utara Kewarganegaraan : Indonesia
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Swasta Sutomo-1 (1997 – 2003) Sekolah Menengah Pertama : SMP Swasta Sutomo-1 (2003 – 2006) Sekolah Menengah Atas : SMA Swasta Sutomo-1 (2006 – 2010)
Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas
Dharmawangsa (2010-2014)
Universitas : S2 Magister Kenotariatan FakultasHukum Universitas Sumatera Utara (2015-2018)
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penulisan ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Kerangka Konsep ... 24
G. Metode Penelitian ... 28
BAB II KEPASTIAN HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI APARTEMEN DAN VILLA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK DI INDONESIA... 34
A. Transaksi Jual Beli Apartemen Dan Villa Melalui Media Elektronik ... 34
B. Kepastian Hukum Terhadap Kegiatan Transaksi Jual Beli Apartemen Dan Villa Dengan Menggunakan Media Elektronik Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ... 43 C. Kepastian Hukum Terhadap Kegiatan Transaksi Jual Beli
Apartemen Dan Villa Dengan Menggunakan Media Elektronik Berdasarkan UU no. 11/2008 jo. UU no. 19/2016 78
A. Pengertian Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Apartemen dan Villa Dengan Menggunakan Media
Elektronik ... 97
B. Perlindungan Hukum yang diberikan di Indonesia Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Apartemen dan villa Dengan Menggunakan Media Elektronik ... 103
C. Penyelesaian Sengketa Alternatif Dalam Transaksi Jual Beli Apartemen dan villa Dengan Menggunakan Media Elektronik ... 111
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PUTUSAN NO. 269/PDT.G/2015/PN.DPS ATAS TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK MENGENAI APARTEMEN DAN VILLA ANTARA PT. PARTS SENTRA INDOMANDIRI DENGAN PT. XANADU VILLAS ... 118
A. Kasus Posisi ... 118
B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dan Amar Putusan ... 120
C. Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan ... 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 132
Kegiatan keperdataan yang dilakukan oleh masyarakat pada saat sekarang ini telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi global yang sangat pesat menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang sehingga secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk perbuatan hukum baru1 yaitu suatu perikatan yang berdasarkan atas kepercayaan tanpa perjanjian yang jelas, yang disebut juga transaksi elektronik.
Transaksi elektronik merupakan transaksi antara dua pihak yang dilakukan dengan melibatkan media-media elektronik seperti komputer, smartphone, atau suatu mesin yang memungkinkan komunikasi jarak jauh antara satu pihak dengan pihak lainnya. Komunikasi yang terjadi melalui jalur ini akan melahirkan kesepakatan lisan dan pembayaran yang menggunakan media elektronik.
Kegiatan transaksi elektronik ini membantu masyarakat untuk memperoleh kemudahan dan efisiensi dalam melakukan baik itu mengenai penyebaran informasi atau berita yang diberikan oleh media tertentu, penyediaan layanan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen ataupun transaksi pembelian benda-benda yang termasuk dalam kategori benda bergerak yang umum ditransaksikan, yang menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan adalah tiap-tiap
1Soemarno Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 2.
benda dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.2 Adalah suatu fakta bahwa transaksi konvensional yang menggunakan kertas seakan telah berubah menjadi bentuk transaksi yang menggunakan sistem elektronik. Hal tersebut sejalan dengan kesepakatan global dalam forum United Nations Commision on International Trade law (UNCITRAL) yang telah lama memberikan rekomendasi tentang perlunya pengakuan terhadap nilai hukum pada suatu informasi dan/atau dokumen elektronik.3
Sejak disahkannya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik(ITE) No.11 Tahun 2008, 4 telah memberikan kejelasan tentang transaksi elekronik yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, baik secara domestik maupun lintas negara. Transaksi elektronik telah memiliki ketentuan hukum baik secara nasional (Pasal 1320 KUHPerdata dan UU-ITE) maupun secara internasional dengan berlakunya United Nations Convention on the Use of Electronic Communication in International Contracts pada 2005 (selanjutnya disebut “Electronic Communication Convention” atau disingkat dengan ECC). Berdasarkan historikalnya, dapat dikatakan ECC adalah bentuk lanjut dari klahiran UNCITRAL Model Law of E-commerce (1996) dan E- signatures (2005),5Sampai sekarang Indonesia belum meratifikasi ECC ini.6
2Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) hlm. 31.
3Edmon Makarim, Notaris & Transaksi Elektronik Kajian Hukum tentang Cybernotary atau Electronic Notary,( Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2013), hlm. 1.
4Andri Puspo Heriyanto, Mobile Phone Forensics:Theory Mobile Phone Forensics dan Security Series,( Yogyakarta: Andi Offset, 2016), hlm.2.
5Ibid, hlm. 43
6https://treaties.un.org/pages/ViewDetails.aspx? src=TREATY&mtdsg_ no=X-18&chapter
=10&clang=_en, diakses pada tanggal 15 October 2017
Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) memiliki tujuan untuk mengembangkan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan aktifitas dan efisiensi pelayanan publik. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan dibidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin namun disertai dengan tanggung jawab. Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi. UU ITE ini selain memiliki dampak positif, juga memiliki dampak negatif, yaitu:
1. Memiliki dampak positif yaitu dengan UU ITE ini, dapat melindungi masyarakat dari penyalahgunaan internet, yang berimplikasi pada keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya UU ITE ini menjadi payung Hukum aparat kepolisian untuk bertindak tegas dan selektif terhadap penyahgunaan internet dan bukan dijadikan alat penjegalan politik dan elit tertentu atau mementingkan segolongan orang. UU ITE itu juga dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan internet yang merugikan dan memberikan perlindungan hukum terhadap kegiatan ekonomi misalnya transaksi dagang atau kegiatan ekonomi lainnya lewat transaksi dagang atau kegiatan ekonomi lainnya lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat internet dapat meminimalisir adanya penyahgunaan dan penipuan. UU ITE juga membuka peluang kepada pemerintah untuk mengadakan program pemberdayaan internet.masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang kurang tersentuh adanya internet.
2. Dampak negatif UU ITE adalah bahwa banyak orang yang terjerat Pasal pada UU ITE karena kasus yang terlalu dibesar-besarkan seperti kasus Prita Mulyasari yang terjerat karena kasus pencemaran nama baik.7
Jika dipandang dari sudut pandang komunikasi suatu transaksi elektronik pada dasarnya adalah suatu kegiatan pertukaran informasi melalui sistem komunikasi elektronik yang ditujukan untuk melakukan suatu perbuatan hukum
7Anhar, Panduan Bijak Belajar Internet Untuk Anak, (Google PlayBook, 2016), hlm.38-41
tertentu. Perbuatan hukum tersebut dapat dilaksanakan dalam konteks hubungan penyelenggara negara kepada publik atau dilakukan dengan hubungan perdata para pihak untuk melakukan perikatan atau kontrak elektronik. Pada dasarnya baik untuk pelayanan publik maupun privat, suatu komunikasi elektronik yang bersifat privat hanya antara para pihak saja.8
Perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya menyebabkan tidak hanya benda bergerak yang ditransaksikan menggunakan media elektronik, tetapi juga telah sampai pada kegiatan transaksi benda tidak bergerak berupa apartemen atau villa, dalam jual-beli benda-benda tidak bergerak ini, konsumen atau masyarakat memerlukan kewaspadaan yang tinggi karena selain kemudahan yang ditawarkan, kegiatan ini masih sangat baru dan harga benda tidak bergerak cenderung lebih tinggi dibanding dengan benda bergerak, sehingga menimbulkan banyak kemungkinan terjadinya penipuan, wanprestasi, ataupun ketidakpuasan salah satu pihak dalam hal isi kesepakatan karena transaksi yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet masih menggunakan dasar kepercayaan saja dan berlangsung sangat cepat dan tanpa adanya perjanjian yang jelas, seperti perjanjian yang dibuat dihadapan notaris terlebih dahulu. Wanprestasi yang disebutkan diatas itu sendiri adalah berhubungan erat dengan adanya perikatan atau perjanjian antara pihak. Baik perikatan itu berdasarkan atas perjanjian sesuai dengan Pasal 1338 sampai dengan Pasal 1341 KUHPerdata maupun perjanjian yang bersumber pada undang-undang seperti diatur dalam Pasal 1352 sampai dengan Pasal 1380 KUHPerdata. Apabila salah satu pihak ingkar janji maka itu
8Ibid, hlm. 45-46
menjadi alasan bagi pihak lainnya untuk megajukan gugatan. Demikian juga tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menjadi alasan untuk membatalkan atau dapat dibatalkannya suatu persetujuan/perjanjian melalui gugatan.9
Pada umumnya permasalahan terjadi karena pentransferan dana atau uang dilakukan sebelum adanya perjanjian antara pihak penjual dan pihak pembeli atas transaksi benda tidak bergerak, hanya ada kesepakatan lisan, kebiasaan pembayaran sebelum adanya perjanjian yang jelas ini diadaptasi dari transaksi- transaksi benda bergerak yang telah umum dijalankan seperti dalam kegiatan jual beli tokopedia ataupun lazada yang bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi jual beli macam-macam benda bergerak antara pihak penjual yang mengiklankan dan pihak pembeli yang memesan benda tersebut, atas dasar inilah permasalahan akan banyak terjadi karena perbedaan nilai yang besar antara benda bergerak dan benda tidak bergerak. Walaupun saat ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh penyedia jasa seperti melibatkan pihak ketiga yang menjadi penengah dalam transaksi yang dilakukan antara 2 pihak lainnya tetapi hal ini hanya terbatas pada transaksi benda bergerak seperti buku. Ketidak jelasan kedudukan hukum dalam transaksi benda tidak bergerak menggunakan media elektronik seperti bagaimana transaksi ini diatur dalam Undang-Undang serta bagaimana bentuk bukti yang dapat dipakai jika terjadi masalah, membuat kegiatan ini perlu ditinjau menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
9Darwin Prinst, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata,( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 135.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan kegiatan jual beli benda tidak bergerak menggunakan media elektronik, dalam hal ini menyangkut jual beli apartemen atau satuan rumah susun yang merupakan benda tidak bergerak yang diperjual belikan dengan menggunakan media elektronik berupa internet sebagai sarana komunikasi antara kedua belah pihak dan internet banking sebagai alat untuk mentransfer dana dari satu pihak ke pihak lainnya, permasalahan dalam jual beli dengan cara ini adalah banyaknya kekurangan dalam komunikasi antara kedua belah pihak seperti sudah adakah legalitas atau izin dari pemerintah untuk membangun apartemen tersebut, ataupun pembeli tidak mengetahui bahwa apartemen atau satuan rumah susun tersebut masih belum dibangun dan saat telah dibangun oleh penjual, apartemen itu berbeda dari apa yang telah diperjanjikan sebelumnya oleh kedua belah pihak. Hal ini dapat memicu ketidak puasan pihak pembeli yang akan kemudian memicu terjadinya konflik antara kedua belah pihak yang kemudian akan membuat kesepakatan terdahulu tidak terpenuhi dan menyebabkan pihak penjual melakukan wanprestasi. Maka dari itu penelitian ini penting dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
1. Transaksi jenis ini masih tergolong sangat baru dalam hukum Indonesia, dikarenakan awalnya transaksi menggunakan media elektronik hanya melibatkan benda bergerak.
2. Transaksi ini dilakukan tanpa adanya tatap muka terlebih dahulu meskipun benda yang ditransaksikan merupakan benda tidak bergerak berupa apartemen/villa yang memerlukan komunikasi yang jelas, dan perjanjian baru
dilakukan dihadapan notaris setelah pembayaran dilunasi oleh pihak pembeli, yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti tidak tercapai kesepakatan terhadap isi perjanjian meskipun pembayaran telah dilakukan.
3. Transaksi ini melibatkan apartemen/villa yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, yang jika terjadi konflik, dapat menimbulkan kerugian yang besar dari pihak yang dirugikan.
Seperti pada nomor putusan 169/Pdt.G/2015/PN.Dps. antara PT. PARTS SENTRA INDOMANDIRI dan Tommy Comerford sebagai pihak penggugat dengan Eric Bevan Gillet dan PT. Xanadu Villas sebagai pihak tergugat, kasus bermula ketika para penggugat yaitu PT. Parts Sentra Indomandiri dan Tommy Commerford tertarik dengan adanya informasi dari seorang teman tentang adanya villa yang dijual didaerah seminyak Kabupaten Badung, Propinsi Bali, dan adanya brosur informasi yang disampaikan oleh pihak tergugat yaitu Eric Bevan Gillet yang merupakan agent/marketing dari PT. Xanadu Villas.
Para penggugat memutuskan untuk membeli unit villa tersebut berupa (1) satu unit villa no.20. Oleh karena direktur PT. Part Sentra Indomandiri sangat sibuk, maka direktur tersebut memberikan kuasa kepada Tommy Comerford selaku komisaris PT. Part Sentra Indomandiri untuk mengurus transaksi jual beli villa dan apartemen yang dikenal dengan nama Villa Xanadu yang terletak di Jl.Dewi Saraswati II No.99 Seminyak Kerobokan Kabupaten Bandung, Propinsi Bali yang kemudian oleh karena Tommy Comerford sangat sibuk, maka dia melakukan komunikasi dengan para tergugat yaitu Eric Bevan Gillet dan PT.Xanadu Villas hanya melalui telepon dan email yaitu ke email eric
@xanaduvillas.com yang merupakan account milik PT.Xanadu Villas dan Eric Bevan Gillet. Pada awalnya para penggugat membeli 1 unit villa No.20 dengan harga US$ 180,000, atau Rp. 1.885.000.000,00 IDR, yang dibayar lunas dengan 2 kali trasfer melalui bank ke rekening bank mandiri No.1450006164269 atas nama Eric Bevan Gillett yang kemudian mewajibkan Eric Bevan Gillet dan PT. Xanadu Villas untuk menyerahkan surat surat legalitas dan menyerahkan secara fisik villa no.20 tersebut.
Saat penyerahan surat surat legalitas dan penyerahan fisik villa no.20 itu belum dilakukan, Eric Bevan Gillet dan PT. Xanadu Villas kembali menawarkan pembelian paket villa dan apartemen melalui internet sehingga PT. Part Sentra Indomandiri tertarik untuk investasi lagi dan membeli paket villa dan apartemen(5 unit villa dan 4 unit apartemen 2 lantai) sesuai brosur di Internet dengan harga sebesar Rp. 15.580.000.000,00. Kemudian gambar tata letak bangunan villa xanadu tesebut telah dikirimkan atas pemintaan PT. Parts Sentra Indomandiri yang berujung pada kesepakatan untuk melakukan jual beli paket villa dan apartemen tersebut dengan pembayaran angsuran/cicilan.
Saat pembayaran angsuran tersebut telah dibayarkan 5 kali dengan jumlah sebesar Rp. 4.875.000.000,00 ,tiba-tiba adanya pemberitahuan bahwa gambar rencana tata letak bangunan dirubah secara sepihak oleh PT.Xanadu Villas tanpa persetujuan dari PT. Parts Sentra Indomandiri yang kemudian tidak diterima oleh PT. Parts Sentra Indomandiri dengan alasan bangunan apartemen yang awalnya 2 lantai dirubah menjadi 4 lantai, terlebih lagi bangunan tersebut belum dibangun
sedangkan PT.Parts Sentra Indomandiri telah melakukan pembayaran sebesar Rp.4.875.000.000,00 .
Kemudian saat diminta oleh PT. Parts Sentra Indomandiri untuk menyerahkan surat legalitas dan penyerahan fisik 1 unit villa no.20 yang telah dibayar lunas sebelumnya, PT. Xanadu Villas dan Eric Bevan Gillet tidak bersedia menyerahkan surat legalitas dan bangunan secara fisik kepada PT.Parts Sentra Indomandiri yang kemudian hendak membatalkan jual beli tersebut dan meminta pengembalian seluruh dana yang telah dibayarkan termasuk Villa No.20 sebesar US$180,000 dan paket villa dan apartemen sebesar Rp. 4.875.000.000,00 , meletakkan sita jaminan terhadap harta milik para tergugat berupa tanah hak guna bangunan berikut bangunan villa dan apartemen serta apa yang terdiri diatasnya, serta dihukum untuk membayar uang paksa setiap hari keterlambatan membayar sebesar Rp.5.000.000,- ,dengan alasan bahwa PT.Part Sentra Indomandiri melakukan pengecekan legalitas villa xanadu seminyak bali dan ternyata tidak memiliki legalitas dan tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan(IMB). Kasus berakhir dengan kemenangan dari pihak penggugat dengan putusan pengembalian seluruh dana yang telah dibayarkan dan ganti rugi kehilangan keuntungan 5% dari investasi sesuai putusan pengadilan.
Dari permasalahan diatas,dapat dilihat transaksi yang dilakukan banyak melibatkan komunikasi serta pembayaran dana yang dilakukan dengan media elektronik untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli apartemen atau villa tersebut, yang sesuai dengan penjelasan dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya10 dalam melaksanakan kegiatan tersebut mulai dari peng- iklanan, komunikasi antara kedua belah pihak, sampai dengan pembayaran dana yang bersangkutan. Begitu juga benda yang ditransaksikan dalam permasalahn diatas. Dalam melakukan transaksi elektronik, pada prakteknya letak benda tidak bergerak tersebut tidak menjadi penghalang untuk dilakukannya transaksi elektronik karena pihak yang bermaksud untuk membeli benda tersebut telah mengetahui dimana letak benda tidak bergerak tersebut, dalam hal ini villa/apartemen.
Ditinjau dari satu sisi, pihak PT. Xanadu Villas memang melanggar kesepakatan lisan yang dilakukan sebelumnya, tetapi disisi lain belum adanya perjanjian tertulis yang dibuat dihadapan notaris menjadi permasalahan tersendiri karena perubahan-perubahan yang terjadi sebelum adanya perjanjian tertulis yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat tersebut menyebabkan ketidakjelasan hubungan hukum antara pihak pembeli yaitu PT. Parts Sentra Indomandiri dengan PT. Xanadu Villas. Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan diatas, dapat dilihat bahwa permasalahan mudah terjadi karena komunikasi melalui media elektronik menggunakan email ataupun ponsel hanya memuat point-point tertentu saja seperti harga benda tidak bergerak tersebut, letaknya dan siapa yang mengiklankannya, tanpa ada pengecekan legalitas ataupun sudah dibangunkah bangunan tersebut, pembayaran dilakukan dengan menggunakan internet banking sebelum adanya konfirmasi lebih jauh dan sebelum dibuat perjanjian tertulis
10Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 2 Tentang Transaksi Elektronik, Jakarta, 2016
dihadapan notaris. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti apa yang telah diatur dan sampai mana hukum Indonesia mengatur tentang transaksi elektronik mengenai apartemen dan villa yang sah, yang dari pembahasan tersebut akan terlihat bagaimana hubungan hukum antara kedua belah pihak setelah dilakukan pembayaran menggunakan media elektronik tanpa perjanjian yang jelas seperti yang terjadi pada putusan nomor 169/Pdt.G/2015/PN.Dps. Penelitian ini berkenaan dengan masalah hukum terkait transaksi yang menggunakan media elektronik yaitu ponsel, email, website, dan transfer rekening bank, atas benda tidak bergerak dalam hal ini menyangkut apartemen dan villa dengan judul “Analisis Hukum Tentang Transaksi Menggunakan Media Elektronik Mengenai Apartemen dan Villa (Studi Putusan No.169/Pdt.G/2015/PN.Dps)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kepastian hukum atas transaksi jual beli apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik di Indonesia?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan apabila terjadi wanprestasi dalam transaksi jual beli apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik?
3. Bagaimana perlindungan hukum dalam sengketa atas transaksi jual beli apartemen dan villa secara elektronik antara PT. Parts Sentra Indomandiri
dengan PT. Xanadu Villas dalam Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.
169/ Pdt.G/ 2015/ PN. Dps?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas bahwa tujuan dari penelitan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kepastian hukum terhadap kegiatan transaksi jual beli apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik di Indonesia.
2. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan apabila terjadi wanprestasi dalam transaksi jual beli apartemen dan villa dengan menggunakan media elektronik.
3. Untuk menganalisis perlindungan hukum dalam sengketa atas transaksi jual beli apartemen dan villa secara elektronik antara PT. Parts Sentra Indomandiri dengan PT. Xanadu Villas dalam Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.
169/ Pdt.G/ 2015/ PN. Dps.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pembaca yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dalam penulisan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, ide-ide, serta sumber informasi bagi perkembangan ilmu khususnya tentang perlindungan hukum mengenai transaksi menggunakan media elektronik mengenai apartemen dan villa.
2. Manfaat praktis dalam penulisan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pelaku usaha dan konsumen yang menggunakan media elektronik
dalam menjalankan kegiatan transaksi benda tidak bergerak antara kedua belah pihak tentang apa yang telah diatur dalam hukum. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan masukan, serta menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya, dan dunia perguruan tinggi dalam bidang yang berkaitan dengan transaksi mengunakan media elektronik mengenai apartemen dan villa, selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan tentang atau yang bersangkutan dengan transaksi menggunakan media elektronik mengenai apartemen dan villa.
E. Keaslian Penulisan
Dalam penuliasan penelitian keaslian penulisan merupakan hal yang penting. Jadi penulis telah mencari informasi tentang penelitan yang berkaitan dengan penelitian ini khususnya pada Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Penelitian yang ditulis oleh penulis dengan judul “Analisis Hukum Atas Transaksi Yang Menggunakan Media Elektronik Untuk Jual Beli Apartemen dan Villa (Studi Putusan No. 169/PDT.G/2015/PN.DPS)” belum ditemukan secara langsung membahas tentang penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Sehingga dalam penulisan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keaslian secara akademis. Adapun beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini yang ditemukan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Rizka Syafriana, Nomor Induk Mahasiswa 087011094 dengan judul penelitian “Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Perdagangan Melalui Media Elektronik”
Permasalahan:
a. Bagaimana lahirnya kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen dalam perdagangan melalui media elektronik.
b. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap hak-hak konsumen dalam perdagangan melalui media elektronik.
c. Bagaimana penegakan hukum perlindungan konsumen jika terjadi kerugian pada konsumen yang melakukan perdagangan melalui media elektronik
2. Muhammad Iqbal Tarigan, Nomor Induk Mahasiswa 117005005 dengan judul penelitian “Kekuatan Pembuktian Dokumen Elektronik Dalam Hukum Acara Perdata Indonesia”
Permasalahan:
a. Bagaimana dasar pengaturan penggunaan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam hukum acara perdata di Indonesia?
b. Apakah kriteria-kriteria yang dapat menjadikan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam hukum acara perdata menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
c. Bagaimana kedudukan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam pembaruan hukum acara perdata Indonesia?
3. Marianne Magda, Nomor Induk Mahasiswa 067011051 dengan judul penelitian “Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007”
Permasalahan:
a. Bagaimanakah proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, sehingga menjadi badan hukum ? b. Bagaimanakah pengaturan tentang tandatangan secara elektronik di
Indonesia ?
c. Bagaimanakah keabsahan tanda tangan secara elektronik yang digunakan dalam proses pendirian Perseroan Terbatas ?
4. Khairil Aswan harahap, Nomor Induk Mahasiswa 077005051 dengan judul penelitian “Upaya Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik”
Permasalahan:
a. Bagaimanakah pengaturan internet banking di Indonesia?
b. Bagaimanakah bentuk cyber crime di bidang perbankan?
c. Bagaimanakah perlindungan hukum nasabah bank dalam cyber crime terhadap internet banking dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
Dengan judul penelitan yang ada di atas, permasalahan yang dibahas dari peneliti terdahulu tersebut hanya memaparkan tentang perlindungan hukum bagi
konsumen dalam transaksi komersial elektronik internasional dan penegakan hukum tentang perlindungan konsumen dalam perdagangan melalui media elektronik serta kekuatan hukum dari pembuktian dokumen elektronik dalam hukum acara perdata Indonesia dan keabsahan tanda tangan secara elektronik.
Sedangkan penelitian ini membahas tentang transaksi menggunakan media elektronik mengenai benda tidak bergerak yaitu villa/apartemen tentang bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang permasalahan tersebut dan meninjau sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian yang dilakukan dengan judul “Analisis Hukum Tentang Transaksi Menggunakan Media Elektronik Mengenai Benda Tidak Bergerak” adalah asli dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan landasan berpikir agar dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memecahkan suatu penelitian, maka dari itu perlu dibuat kerangka teori sebagai pedoman untuk melakukan penelitian.Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis11, sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis12. Teori dan kerangka teori mempunyai kegunaannya yaitu berguna untuk
11Burhan Ashhofa, Metode Penelitian Hukum,( Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 6
12Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian,( Bandung: Mandarmaju, 1994), hlm.80
mempertajam fakta,berguna untuk pengklasifikasian fakta dan juga merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.13 Analisis penelitian dilakukan dengan berpedoman pada teori-teori yang dirancang menjadi kerangka pemikiran yang terarah kepada permasalahan yang akan diteliti tersebut. Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Teori Kepastian Hukum
Penggunaan teori kepastian hukum ini berdasarkan atas kegiatan transaksi benda tidak bergerak menggunakan media elektronik yang masih sangat baru dan perlu untuk diteliti sejauh mana Hukum dan Undang-Undang di Indonesia mengatur tentang kegiatan ini. Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit, suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan, yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan14. Pada akhirnya hukum itu sendiri memiliki tujuan untuk mecari keadilan, kepastian hukum dan ketertiban.15
Hukum berfungsi sebagai pedoman bagi setiap orang untuk bertingkah laku mengingat masyarakat adalah sebuah game dengan peraturan-peraturan yang dibuat sebelumnya dan pada gilirannya memungkinkan kejelasan mengenai apa yang dapat diharapkan dari setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap orang.16
13Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,( Jakarta: UI Press, 1981), hlm. 121
14Lili Rasjidi dan I.B Wyasan Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.79
15Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, (Yogyakarta, 2006), hlm.. 6
16Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, (Yogyakarta, 2010), hlm.1
Banyak teori yang mengajarkan bahwa hukum harus stabil(stable), tetapi dia tidak boleh hanya diam(still),atau kaku(rigid). Sepintas kelihatannya pernyataan tersebut saling bertentangan satu sama lain, tetapi sebenarnya tidak saling bertentangan. Karena, demikianlah salah satu facet hakiki dari hukum dimana di satu pihak hukum harus mengandung unsur kepastian, dan prediktabilitas, sehingga dia harus stabil. Tetapi di lain pihak hukum haruslah dinamis, sehingga selalu dapat mengikuti dinamika perkembangan kehidupan manusia.17
Hukum dalam masyarakat yang sudah maju dapat dilihat dari dua sisi, yaitu pertama di mana kemajuan masyarakat dalam berbagai bidang membutuhkan aturan hukum untuk mengaturnya. Sehingga sektor hukum pun ikut ditarik oleh perkembangan masyarakat tersebut. Dari sisi kedua adalah dimana hukum yang baik dapat mengembangkan masyarakat atau mengarahkan perkembangan masyarakat. Bagaimanapun juga, fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, tergantung kepada berbagai faktor dalam masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam masyarakat yang maju. Dalam setiap masyarakat, hukum lebih berfungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat. Namun demikian, dalam masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan lebih berjarak dengan konteksnya.18 Ada kalanya kalimat dari undang-undang tentang apa yang diperintahkan undang-undang tersebut dalam suatu kasus tertentu bisa menjadi tidak jelas, sehingga ada keraguan terkait dengan
17Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta: Prenada Media Gorup, 2013), hlm. 1.
18Ibid, hlm.245.
penerapannya. Keraguan itu terkadang dapat diselesaikan melalui interpretasi atau peraturan hukum lainnya.19
Menurut Peter Mahmud Marzkui, Teori Kepastian Hukum adalah aturan hukum yang bersifat umum menjadi batasan bagi masyarakat dalam melakukan tindakan terhadap individu lainnya. Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan aturan agar dapat melindungi kepentingan masyarakat. Namun menurutnya tidak semua ketentuan di dalam undang-undang mampu mengakomodir semua kepentingan dan masyarakat, maka dari itu setidaknya legislator membuat aturan-aturan hukum yang bersifat umum.20
Menurut Tan Kamello, Kepastian Hukum adalah Kepastian dalam perumusan norma dan prinsip Hukum yang tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya baik dari Pasal-Pasal undang-undang itu secara keseluruhan maupun kaitannya dengan Pasal-Pasal lainnya yang berada di luar pengadilan tersebut, dan kepastian dalam melaksanakan norma-norma dan prinsip-prinsip hukum undang- undang tersebut.21
Menurut Utrecht, Kepastian Hukum adalah mengandung dua pengertian, yaitu adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu, individu dapat mengethui apa yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu22.
Menurut Apeldoorn, Kepastian Hukum adalah mengandung dua segi, yaitu mengenai soal yang dapat ditentukannya (bepaalbaarheid) hukum dalam hal-hal
19M. Khozim, Konsep Hukum,( Bandung: Nusamedia, 2010), hlm.230
20Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum,( Jakarta: Kencana, 2009), hlm.157
21Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia,( Bandung: Alumni, 2004), hlm.117
22Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum,( Bandung: Cirtra Aditya Bakti, 1999), hlm.23.
uang konkret. Artinya pihak-pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apakah yang menjadi hukumnya dalam hal yang khusus, sebelum ia memulai perkara, dan kepastian hukum berarti keamanan hukum, artinya perlindungan bagi para pihak terhadap kesewenangan hakim.23
Menurut Jan Michiel Otto, Kepastian Hukum sesungguhnya adalah memang lebih berdimensi yuridis. Namun Otto ingin memberikan batasan kepastian hukum yang lebih jauh, yaitu bahwa kepastian hukum adalah ketersediaan aturan-aturan yang leas, konsisten dan mudah diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena kekuasaan negara, dimana instansi-instansi penguasa menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya, warga secara prinsipil memyesuaikan prilaku mereka dengan aturan-aturan tersebut, kemudian hakim-hakim nersifat mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan- aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum yang membuat keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.24
Menurut Gustav Radbruch, Kepastian Hukum merupakan satu dari 3 nilai yang diperlukan dalam suatu hukum, nilai lainnya adalah keadilan hukum, dan kemanfaatan hukum. keadilan yang dimaksud adalah keadilan dalam arti yang sempit, yakni kesamaan hak untuk semua orang yang berada di depan hukum.
Kemanfaatan atau finalitas menggambarkan isi hukum karena isi hukum memang sesuai dengan tujuan yang mau dicapai oleh hukum tersebut. Kepastian Hukum
23Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir,( Bandung: Revika Aditama, 2006), hlm. 82-83.
24Ibid, hlm. 85.
dimaknai dengan kondisi yang mana hukum dapat berfungsi sebagai peraturan yang harus ditaati.25
Teori kepastian hukum digunakan dalam penelitian ini untuk dapat menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang menggunakan media elektronik untuk melakukan transaksi benda tidak bergerak, karena transaksi benda tidak bergerak dengan menggunakan media elektronik ini merupakan transaksi yang sangat baru dan dengan nilai benda yang relatif lebih tinggi dibanding benda bergerak, menyebabkan tingginya resiko yang dihadapi oleh para pihak jika terjadi masalah seperti dalam putusan nomor 169/Pdt.G/2015/PN.Dps. Tentang bagaimana hukum mengatur pelaksanaan transaksi ini dan tentang bukti-bukti yang sah dengan mengacu pada Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Teori Perlindungan Hukum
Teori perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang berdasarkan ketentuan hukum26atas hak asasi manusia dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka mendapatkan semua hak yang telah diatur dan diberikan oleh hukum. Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering
25Ali Ahmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan,( Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
287-288
26M. Hadjon Philipus, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,(Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm. 2.
disebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, sebagai berikut:
1. Sarana perlindungan hukum preventif yaitu subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif yaitu bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.27
27http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/, diakses pada tanggal 14 Juli 2017.
Menurut CST Kansil, Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.28
Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.29
Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak- hak yang diberikan oleh hukum30, adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.31Bahwa hukum hadir dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan- kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain.32
Teori Perlindungan Hukum digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti perlindungan hukum yang diberikan atas hak-hak dari pihak-pihak yang
28Ibid.
29Ibid.
30 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.53.
(selanjutnya disingkat “ Satjipto Raharjo-II”)
31Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia,(Jakarta: Kompas, 2003), hlm.
121. (selanjutnya disingkat “Satjipto Raharjo-III”)
32Satjipto Rahardjo-II, Op. Cit., hlm. 53
melakukan transaksi benda tidak bergerak dengan menggunakan media elektronik.
Perlindungan hukum yang dimaksud adalah melindungi hubungan kontraktual antara para pihak, yaitu perjanjian yang bersifat tertulis maupun yang tidak tertulis yang berpotensi memunculkan kepentingan-kepentingan para pihak, seperti bagaimana perlindungan hukum atas kesepakatan lisan yang dilakukan melalui media elektronik atas benda tidak bergerak dan cara pembayaran atas benda tidak bergerak tersebut yang menggunakan media elektronik tanpa perjanjian yang jelas terlebih dahulu. Tentang bagaimana cara penyelesaian sengketa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak dengan mengacu pada Undang- Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
2. Kerangka Konsep
Sehubungan dengan adanya kerangka teori yang telah dipaparkan diatas dengan adanya landasan tersebutlah, maka dapat dibuat sebuah kerangka konsep yang dapat dijelaskan secara ringkas tentang konsep dasar yang akan menjadi pedoman dalam melakukan penelitian ini, sebagai pengertian yang perlu dipaparkan agar tidak terjadi berbedaan penafsiran dari istilah-istilah yang dipakai dalam peneliatian ini, maka definisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Wanprestasi (breach of contract) adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang
bersangkutan. 33 Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.34 b. Transaksi adalah suatu kegiatan dengan tujuan untuk memindahkan
kepemilikan suatu benda dari satu individu ke individu lainnya dengan menggunakan mata uang yang berlaku di Indonesia sebagai sarana pembayaran yang disetujui kedua belah pihak.
c. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.35Transaksi ini dilakukan dengan cara pembayaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang pada umumnya menggunakan jasa bank di Indonesia untuk melakukan transfer ke rekening yang bersangkutan, seperti Internet Banking.
d. Media Elektronik adalah suatu media yang menggunakan teknologi elektronik yang berhubungan dengan komunikasi dan transaksi antara satu pihak ke pihak lainnya yang memungkinkan kedua belah pihak tidak perlu bertemu satu sama lain di tempat yang sama, serta melakukan transaksi jual beli mengandalkan media tersebut, media elektronik berarti sarana media
33Munir Fuady, Hukum Kontrak(Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis),( Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm.87
34 Apdilasyifa, Pengertian Prestasi dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak, https://sciencebooth.com/2013/05/27/pengertian-prestasi-dan-wanprestasi-dalam-hukum-kontrak/, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
35Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 2 Tentang Transaksi Elektronik, Jakarta, 2016.
massa yang menggunakan elektronik modern36 dalam penelitian ini, yang dimaksud media elektronik adalah ponsel, email, website, dan transfer rekening bank.
e. Benda Tidak Bergerak adalah benda yang tak dapat dipindahkan, seperti tanah,apartemen, dan segala hal apa yang ditanam atau dibangun diatasnya, misalnya pohon-pohon, gedung, mesin-mesin dalam pabrik, hak guna usaha, hiportik, dan lain-lain.37
f. Penjual adalah pihak yang melepaskan/akan melepaskan hak atas suatu benda kepada pihak pembeli dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran berupa mata uang dengan jumlah yang disepakati kedua-belah pihak, yang berlaku di Indonesia dari pihak pembeli, dengan kata lain, merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual oleh penjual.38
g. Pembeli adalah pihak yang mendapatkan/akan mendapatkan hak atas suatu benda dari pihak penjual dengan menbayarkan sejumlah mata uang dengan jumlah yang disepakati kedua-belah pihak, yang berlaku di Indonesia kepada pihak penjual, pembeli dapat diartikan sebagai orang yang menggunakan barang atau jasa.39
h. Penyelesaian sengketa adalah kegiatan untuk menyelesaikan konflik antara pihak-pihak yang bersangkutan baik itu melalui pengadilan ataupun
36https://www.apaarti.com/media-elektronik.html, diakses pada tanggal 15 Oktober 2017
37Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 119
38http://www.gurupendidikan.co.id/ 8-pengertian- penjualan- menurut-para -ahli- beserta- jenisnya/, diakses pada tanggal 15 Oktober 2017
39https://brainly.co.id/tugas/73873, diakses pada tanggal 15 Oktober 2017
penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar pengadilan, yang lazim dinamakan dengan Alternative Dispute Resolution(ADR) atau alternatif penyelesaian sengketa.40
i. Kepastian hukum adalah sesuatu yang mengikat seluruh masyarakatnya, yang dituangkan dalam suatu peraturan per-undang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang berwenang.41Dimana perumusan norma dan prinsip hukum ini tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya baik dari Pasal-Pasal undang-undang itu secara keseluruhan, maupun kaitannya dengan Pasal-Pasal lainnya.42
j. Perlindungan Hukum adalah upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara menalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam kepentingannya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.43
k. Bukti adalah sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa, keterangan nyata, saksi, tanda, hal yang menjadi tanda perbuatan jahat.44
40Rachmadi Usman, Mediasi Di Pengadilan: Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 8
41 http://www.pengertianartidefinisi.com/pengertian-kepastian-hukum-menurut-para-ahli/, diakses pada tanggal 6 desember 2017
42Tan Kamello, Op. Cit., hlm. 117
43 Soetjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum di Indonesia,( Bandung: Alumni, 1983), hlm.121 (selanjutnya disingkat “Soetjipto Rahardjo- I”)
44Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2007), hlm. 61
l. Bukti Elektronik adalah informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa.
m. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.45
n. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.46
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini ditulis berjenis yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang mengacu kepada norma-norma hukum47sebagaimana terdapat dalam peraturan-
45Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 1 Tentang Informasi Elektronik, Jakarta, 2016
46Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 1 Angka 4 Tentang Dokumen Elektronik, Jakarta, 2016
47Mohd Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm.10.
peraturan maupun putusan pengadilan. Norma-norma hukum yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan yang mengacu pada Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. selanjutnya menganalisis hukum tersebut mengenai penerapan dan kaitannya dengan penggunaan media elektronik untuk melakukan transaksi jual beli barang tidak bergerak.
Penelitian ini ditulis bersifat analisis deskriptif yaitu bertujuan memberikan suatu uraian deskriptif mengenai masalah yang diteliti. Penelitian ini menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisa hukum baik dari dalam teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan48. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis secara menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan dengan transaksi menggunakan media elektronik mengenai barang tidak bergerak dan apa yang telah diatur oleh hukum di Indonesia tentang kegiatan ini.
2. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier. Sumber data dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer
48Soejono Soekanto, op. cit., hlm.63.
Bahan hukum primer digunakan sebagai bahan hukum dasar yang kuat sebagai landasaran dasar utama dalam melakukan analisis. Beberapa bahan hukum yang yang dimaksud diuraikan sebagai berikut:
1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
2) Undang – Undang, Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
3) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yang berupa bahan hukum yang berhubungan dengan bahan hukum primer yang dapat membantu penelitian dalam menganalisis dan memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Hasil karya tulis ilmiah 2) Hasil penelitian
3) Buku dan dokumen yang berkaitan dengan Transaksi menggunakan media elektronik
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang merupakan informasi yang berkaitan dengan penelitian seperti kamus hukum, artikel, berita, dan lain sebagainya.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka.
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Alat pengumpulan data menggunakan studi dokumen dilakukan dengan membaca, mempelajari, memahami, dan menganalisis literatur, buku-buku, peraturan-peraturan perundang-undangan, jurnal atau artikel, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian, data yang terkumpul tersebut didukung dengan penelitian lapangan dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat yang aktif melakukan transaksi benda tidak bergerak yang dibahas dalam penelitian ini.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.49
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap bahan hukum primer, sekunder maupun tersier. Analisis data secara kualitatif memiliki maksud bahwa analisis ini dilakukan dengan mengelompokkan
49Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), hlm. 103.
dan menyeleksi data. Prinsip pokok te3knik analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.50
Analisis data secara kualitatif ini dilakukan dengan hukum positif dan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu mengenai transaksi elektronik atas barang tidak bergerak. Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan, kemudian keseluruhan data tersebut akan disistematiskan sehingga menghasilkan klarifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diteliti51.
Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah mengenai bagaimana transaksi elektronik mengenai barang tidak bergerak diatur dalam hukum di Indonesia, kemudian dari data-data tersebut akan dijabarkan berdasarkan norma- norma dan hukum yang berlaku, sehingga permasalahan transaksi elektronik mengenai barang tidak bergerak dapat diteliti. Kemudian setelah diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan, akan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang
50Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Secara Kualitatif, http://www. pengertianpakar.
com/ 2015/05 /teknik-pengumpulan-dan-analisis-data-kualitatif.html, diakses pada tanggal 14 Juli.
51Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 106
bersifat khusus52 yang merupakan metode analisa data kualitatif dan metode penarikan kesimpulan deduktif.
52 Rony Hanitiji Soemitro, Metode Penelitian hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 57.
A. Transaksi Jual Beli Apartemen Dan Villa Melalui Media Elektronik Transaksi menggunakan media elektronik mengenai apartemen dan villa adalah transaksi yang dilakukan dengan metode yang hampir sama dengan transaksi menggunakan media elektronik mengenai barang bergerak, dimana metode ini merupakan metode yang umum digunakan dalam transaksi media elektronik. Maka dari itu perlu kita bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan transaksi elektronik dan apa metode yang digunakan secara umum tersebut.
Transaksi elektronik atau dapat disebut juga Electronic Commerce di Indonesia merupakan transaksi perdagangan yang melibatkan individu-individu dan organisasi-organisasi atau badan-badan, berdasarkan pada proses dan transmisi data digital, termasuk teks, suara atau jaringan tertutup. Data statistik di Indonesia Pengguna jasa Internet diperkirakan tumbuh berkembang, potensi besar akan peluang untuk mengembangkan bisnis melalui media internet ini khususnya dengan e-commerce ini sangat bergantung kepada pengguna jasa.53
Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap sektor aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya sejumlah upaya dari sektor aktivitas bisnis yang semula berbasis didunia nyata, kemudian mengembangkannya kedunia maya.
53Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal.2
Penggunaan internet dalam electronic commerce ini memberikan dampak yang sangat positif yakni dalam kecepatan dan kemudahan serta kecanggihan dalam melakukan interaksi global tanpa batasan tempat dan waktu yang kini menjadi hal yang biasa. Transaksi bisnis yang lebih praktis tanpa perlu kertas dan pena, perjanjian face to face (bertemu secara langsung) pelaku bisnis kini tidak diperlukan lagi, sehingga dapat dikatakan perdagangan elektronik atau e- commerce ini menjadi penggerak ekonomi baru dalam bidang teknologi khususnya di Indonesia.54
Implikasi dari perkembangan ini dirasa ada sisi positif dan negatif. Aspek positif bahwa dengan perdagangan di internet melalui jaringan online, telah meningkatkan peranan dan fungsi perdagangan sekaligus memberikan kemudahan dan efisiensi. Aspek negatif dari perkembangan ini adalah berkaitan dengan persoalan keamanan dalam bertransaksi dengan menggunakan media e-commerce dan secara yuridis terkait pula dengan jaminan kepastian hukum(legal certainty).
Masalah keamanan masih menjadi masalah dalam internet. Aspek-aspek yang dipermasalahkan itu antara lain:
a. Masalah kerahasiaan pesan
b. Masalah bagaimana cara agar pesan yang dikirimkan itu keutuhannya sampai ke tangan penerima
c. Masalah keabsahan pelaku transaksi
d. Masalah keaslian pesan agar bisa dijadikan barang bukti.55
54Ibid, hal.2
55Ibid, hal.3-4
Keamanan dan kejelasan (kepastian) dalam bertransaksi tidak dapat diabaikan dalam menjamin kesinambungan transaksi, terlebih lagi di era globalisasi sekarang dimana transaksi-transaksi perdagangan sudah tidak lagi dibatasi oleh perbedaan jarak, latar belakang kebangsaan, sistem hukum, kedudukan, modal, tingkat pendidikan, domisili dsb. Permasalahan yang timbul apabila tidak segera diatasi akan melahirkan berbagai konflik yang menyebabkan tujuan dari transaksi tersebut menjadi tidak tercapai baik dari segi ekonomi maupun hubungan baik.56
Berdasarkan ruang lingkupnya, dalam praktik bisnis yang berkembang berdasarkan lingkup aktivitasnya, dikenall juga pembedaan sebagai berikut:57
a. Electronic Business ditujukan untuk lingkup aktivitas perdagangan dalam arti luas.
b. Elektronik Commerce ditujukan untuk lingkup perdagangan/perniagaan yang dilakukan secara elektronik dalam arti sempit, termasuk perdagangan via internet,perdagangan dengan fasilitas Web Internet dan perdagangan dengan sistem pertukaran data terstruktur secara elektronik
Meskipun istilah e-commerce memang baru saja muncul di Indonesia, tetapi sebenarnya e-commerce telah muncul dengan bentuknya yang beraneka ragam sejak dua puluh tahun terakhir, seiring dengan semkain populernya teknologi Electronic Data Interchange (EDI) dan Elektronic Fund Transfer (EFT) diperkenalkan pertama kali di akhir tahun 1970an. Pertumbujan dan penggunaan Credit Cards, Automated Teller Machines, dan Telephone banking diperkenalkan
56Ibid, hal. 137-138
57Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hal.257-258
tahun 1980an. Dengan demikian, dapat dikatakan hanya istilahnya saja yang baru dipakai, padahal sebenarnya masyarakat telah mengenal e-commerce bahkan telah melakukan transaksi e-commerce itu sendiri.58
Transaksi elektronik di Indonesia memiliki bentuk yang hampir sama dengan transaksi jual beli konvensional yang biasa dilakukan oleh masyarakat.
Hanya saja terletak perbedaan pada media yang digunakan. Pada transaksi e- commerce, yang dipergunakan adalah media elektronik yaitu internet sehingga kesepakatan ataupun perjanjian yang tercipta adalah melalui online.
Perjanjian jual beli online tersebut terdiri dari penawaran dan penerimaan, sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lainnya.59
Penawaran merupakan suatu “invitation to enter into binding agreement”.60 Tawaran merupakan sebuah tawaran jika pihak lain memandangnya sebagai suatu tawaran. Suatu perbuatan seseorang beralasan bahwa perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk ke dalam suatu ikatan perjanjian dapat dianggap sebagai tawaran.
Dalam transaksi e-commerce, khususnya jenis transaksi dari perusahaan kepada individu tertentu, yang melakukan penawaran adalah produsen/penjual.
Para penjual tersebut memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan jasa pelayanan. Para penjual menyediakan semacam storefront yang berisikan katalog produk dan pelayanan yang diberikan. Dan para pembeli seperti berjalan-jalan di
58Ibid, hal.258 59Ibid, hal. 260-262
60Mariam Darius Badrulzaman, “E-commerce Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia”, Hukum Bisnis XII ,(2001): 33.