• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di KPS Gunung Gede, Desa Cimangkok, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa koperasi tersebut hanya melakukan pengukuran kinerja dari perspektif keuangan saja, sedangkan perspektif lainnya masih belum diperhatikan seperti pada persepktif pelanggan, persepktif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran kinerja dengan metode pengukuran kinerja yang komprehensif yaitu Balanced Scorecard. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari hingga Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer didapatkan melalui observasi lapang, wawancara dan penyebaran kuesioner. Observasi lapang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari pihak-pihak yang berperan besar dalam pengambilan keputusan. Sementara penyebaran kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data mengenai anggota serta karyawan yang berada di koperasi. Selain data primer, digunakan juga data sekunder yang didapat dari studi literatur melalui buku, skripsi, data perusahaan, internet, jurnal maupun data-data publikasi lainnya.

Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden untuk wawancara dalam kegiatan pembobotan baik pada pembobotan setiap perspektif Balanced Scorecard, sasaran strategis serta ukuran hasil dilakukan dengan menggunakan judgment sampling dengan responden ketua, sekretaris dan bendahara KPS Gunung Gede karena dianggap memahami visi dan misi KPS Gunung Gede. Sedangkan metode penentuan responden untuk penyebaran kuesioner dalam kegiatan pengukuran tingkat kepuasan baik anggota maupun karyawan dilakukan dengan menggunakan

convience sampling berdasarkan kemudahan untuk mendapatkan responden pada

waktu dan tempat yang tepat. Jumlah sampel untuk pengisian kuesioner kepuasan anggota dan karyawan diambil menurut pendapat Gay dalam Umar (2004) yang menyatakan ukuran sampel dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian metode deskriptif korelasional yaitu minimal 30 subjek, sehingga jumlah responden yang digunakan untuk pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan anggota maupun karyawan sebanyak 30 responden.

Pengolahan dan Analisis Data Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem, pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang (Supranto, 2003). Tujuan dari penelitian dengan metode deskriptif untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendefinisikan dan menerjemahkan visi dan misi KPS Gunung Gede serta mengidentifikasikan sasaran strategis, ukuran hasil dan pencapaian kinerja pada setiap perspektif.

Peta Strategis

Peta strategis merupakan sebuah rancang bangun yang digunakan dalam mengintegrasikan semua strategi dalam perusahaan dimana terdapat kumpulan sasaran-sasaran strategis yang saling terkait dan memiliki hubungan sebab akibat di antara sasaran-sasaran dalam empat perspektif Balanced Scorecard. Proses pemetaan ini dimulai dengan menterjemahkan visi dan misi koperasi ke dalam empat persepktif yaitu pelanggan, keuangan, bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Hasil dari penjabaran ini kemudian menspesifikasikan sasaran strategis, ukuran hasil dan target pencapaian pada setiap perspektif. Koperasi yang memiliki tujuan utama dalam meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga disusunlah sasaran strategis yang mengarah pada tujuan tersebut. Selanjutnya, susunan peta strategis menggambarkan hubungan sebab akibat dari masing-masing sasaran strategis pada setiap perspektif.

Nilai Pembobotan dan Nilai Pencapaian

Pembobotan dilakukan untuk mengukur seberapa jauh tingkat kepentingan di antara variabel-variabel pengukuran. Penentuan nilai bobot kepentingan dari setiap perspektif beserta sasaran strategis dan indikator hasil diberikan agar dapat dibandingkan dengan tingkat kepentingannya satu sama lain. Proses pembobotan ini dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (pairwased comparison) terhadap unsur-unsur yang akan diperbandingkan dengan acuan dari peta strategis yang telah disusun.

Pada saat pemberian bobot akan dilakukan perbandingan antara satu variabel dengan variabel lainnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi. Perbandingan dilakukan dengan memberikan skala 1-5. Nilai 1 berarti variabel pada baris horizontal dianggap tidak penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 2 berarti variabel pada baris horizontal dianggap kurang penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 3 berarti variabel pada baris horizontal dianggap sama penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 4 berarti variabel pada baris horizontal dianggap lebih penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 5 berarti variabel pada baris horizontal dianggap sangat penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal.

Tabel 4 Matriks perbandingan berpasangana Pembanding Yang Dibandingkan A1 A2 A3 … Aj Bobot (persen) A1 A2 A3 … Ai ∑ aSumber: Kinnear (1991).

Setelah pemberian nilai selesai, maka dalam menentukan persentase bobot setiap variabel dapat digunakan persamaan yaitu jumlah nilai setiap dibagi dengan jumlah nilai keseluruhan variabel yang dibobotkan. Dirumuskan dengan:

Bobot Ai = (∑Ai/∑Aij) x 100 persen

Jika bobot telah diperoleh, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard. Pengukuran dilakuan dengan menghitung tingkat pencapaian ukuran hasil yaitu persentase hasil yang diperoleh pada suatu periode tertentu (t) dengan target yang ditetapkan. Pencapaian ukuran hasil dirumuskan sebagai berikut:

Langkah selanjutnya setelah melakukan perhitungan pencapaian ukuran hasil adalah meghitung skor kinerja yang dihasilkan masing-masing ukuran hasil. Skor kinerja diperoleh melalui perkalian antara tingkat pencapaian dengan bobot yang telah ditetapkan. Skor kinerja dari setiap ukuran hasil dalam satu perspektif merupakan skor kinerja perspektif tersebut. Hasil kinerja keseluruhan didapat dengan menjumlahkan skor kinerja masing-masing perspektif. Total skor kinerja ini dapat digolongkan pada kinerja sangat sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Kriteria dari penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Kriteria total skor kinerjaa

Keterangan Total Skor (TS) Kriteria

Sangat Sehat AAA ≥ 95

AA 80 < TS < 95 A 65 < TS < 80 Kurang Sehat BBB 50 < TS < 65 BB 40 > TS < 40 B 30 < TS < 40 Tidak Sehat CCC 20 < TS < 30 CC 10 < TS < 20 C TS < 10 aSumber: Rangkuti (2011).

Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

Dalam melakukan pengukuran kinerja yang akan dilakukan terhadap KPS Gunung Gede maka diperlukan adaya ukuran kinerja. Pengukuran kinerja didasarkan pada ukuran hasil (lagging indicator) yang telah disesuaikan dengan visi dan misi koperasi serta sasaran strategis pada setiap perspektif yang telah dirancang oleh koperasi. Penetapan sasaran strategis pada penelitian ini didasarkan pada sasaran strategis yang ditetapkan pada beberapa penelitian sebelumnya, disesuaikan dengan keadaan KPS Gunung Gede. Penerjemahan visi dan misi dilakukan melalui wawancara dengan pihak KPS Gunung Gede yang berperan dalam pengambilan keputusan serta mengetahui koperasi secara menyeluruh. Setelah itu akan dilakukan pembobotan untuk mengetahui tingkat prioritas masing-masing perspektif, sasaran strategis dan ukuran hasil bagi KPS Gunung Gede. Pengukuran kinerja ini dilakukan terhadap setiap perspektif yang ada pada Balanced Scorecard, yaitu:

1. Perspektif Pelanggan

Koperasi merupakan sebuah organisasi yang unik karena memiliki dua identitas, dimana anggota sebagai pemilik juga sebagai pelanggan, sehingga dalam pengukuran kinerja koperasi dengan Balanced Scorecard perspektif ini disebut sebagai perspektif keanggotaan. Perspektif keanggotaan bukan menggantikan perspektif pelanggan, namun merupakan perluasan dari perspekrtif pelanggan dalam bentuknya yang lazim. Analisis perspektif pelanggan dilakukan dengan mengidentifikasi aktifitas koperasi dan mengukur proporsi nilai anggota seperti faktor-faktor atribut produk dan jasa, pelayanan koperasi terhadap anggota serta beberapa faktor lainnya yang disesuaikan dengan kondisi KPS Gunung Gede saat ini. Hal ini bertujuan mendapatkan sasaran strategis utama koperasi terhadap perspektif pelanggan. Dalam melakukan analisis perspektif pelanggan, sasaran strategis dari perspektif ini adalah kepuasan anggota serta kehadiran anggota pada saat RAT. Pada pengukuran kepuasan anggota digunakan metode Customer Statisfaction Index (CSI).

Pengukuran kepuasan dilakukan dengan menghitung nilai CSI yang didapatkan dari kegiatan penyebaran kesioner terhadap 30 responden anggota aktif koperasi. Kepuasan konsumen diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima

oleh konsumen tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Menurut Parasuraman et al. (1988) terdapat lima dimensi dalam kualitas jasa yang terdiri dari:

a. Reliability (keandalan)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan kemampuan untuk dipercaya terutama memberikan jasa secara tepat waktu dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

b. Responsiveness (daya tanggap)

Kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan kkonsumen. Membiarkan konsumen menunggu, terutama tanpa alasan yang jelas akan menimbulkan kesan yang tidak baik, kecuali jika ditanggapi dengan cepat, maka dapat menjadi sesuatu yang berkesan dan menjadi pengalaman yang menyenangkan.

c. Assurance (jaminan)

Jaminan yang meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, sopan dan sifat dapat dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko.

d. Empathy (empati)

Empati meliputi sikap kontak personel maupun perusahaan untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan. e. Tangibles (produk-produk fisik)

Tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi serta yang lainnya yang dapat dan harus ada dalam proses jasa.

Analisis CSI digunkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat harapan dan kinerja dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur dengan menggunakan skala likert. Hasil dari metode ini didapat dari pengukuran terhadap kepentingan dan tingkat kinerja yang berguna untuk pengembangan program kepuasan konsumen (Supranto, 2006). Besarnya CSI dapat diketahui dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mentukan Mean Importance Score (MIS) berdasarkan rata-rata kepentingan setiap responden.

n = Jumlah responden

Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i

b. Membuat Weight Factors (WF) yang merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

p = Atribut kepentingan ke-p

c. Membuat Weight Score (WS) yang merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kepuasan (MSS).

d. Menentukan CSI

p = Atribut kepentingan ke-p

HS = Skala Maksimum yang digunakan

Penentu tingkat kepuasan anggota dapat dilihat dari kriteria nilai CSI. Menurut Simamora (2002) kriteria penilaian CSI adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Kriteria penilaian CSIa

Nilai CSI Kriteria CSI

0.00-0.20 Sangat tidak puas

0.21-0.40 Tidak Puas 0.41-0.60 Cukup puas 0.61-0.80 Puas 0.81-1.00 SangatPuas aSumber: Simamora (2002). 2. Perspektif Keuangan

Sasaran strategis yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan rasio keuangan, penerimaan usaha dan SHU. Pengukuran rasio keuangan berdasarkan standar yang digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi menurut Kementerian Koperasi dan UKM RI (Arifian dalam Ni’mah 2011) yang terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7 Standar Penilaian Rasio Keuangan Koperasia

Komponen Standar (persen) Nilai Kriteria

LIKUIDITAS

Dokumen terkait