• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni

2013 di Sungai Naborsahan Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir Provinsi

Sumatera Utara. Adapun analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorim Pusat

Penelitian Sumberdaya Air dan Lingkungan (Puslit SDAL) Universitas Sumatera

Utara dan identifikasi ikan dilaksanakan di Laboratorium Manajemen

Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring kantong, jala

tebar, botol sampel air, pH meter, termometer, keping Sechii, botol Winkler gelap

dan terang, pipet tetes, labu Erlenmeyer, spuit, cool box, toples, kertas label,

kertas milimeter blok, meteran, tali plastik, plastik hitam, plastik bening, pipet

tetes, lakban, sarung tangan, masker, ember, buku identifikasi ikan, alat tulis,

kamera digital dan GPS.

Bahan yang digunakan adalah MnSO4, KOH-KI, H2SO4,Na2S2O3, amilum,

formalin 10% dan akuades.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian a. Stasiun I

Stasiun ini secara geografis terletak pada titik 02o39'06.89" LU dan

098o56'11.59" BT. Sekitar lokasi ini terdapat pemukiman penduduk dan

merupakan lokasi yang terdapat aktivitas penangkapan ikan, limbah PDAM yang

berasal dari sungai Sisera-sera dan aktivitas pengerukan pasir. Substrat dasar

terdiri dari lumpur, pasir bercampur kerikil-kerikil kecil.

b. Stasiun II

Stasiun ini secara geografis terletak pada 02o39'12.4" LU dan

098o56'06.6" BT. Pada daerah ini terdapat aktivitas rumah tangga seperti MCK

dan diperkirakan terindikasi tercemar limbah domestik serta terdapat aktivitas

penangkapan ikan. Substrat dasar yaitu lumpur bercampur pasir.

Gambar 4. Foto Lokasi Stasiun II c. Stasiun III

Stasiun ini merupakan daerah muara atau inlet menuju danau toba yang

secara geografis terletak pada 02o39'19.22" LU dan 098o56'03.44" BT. Substrat

d.Stasiun IV

Stasiun ini merupakan daerah danau toba yang secara geografis terletak

pada 02o39'18.58" LU dan 098o56'02.53" BT. Pada daerah ini terdapat limbah

yang dihasilkan oleh kapal yang menuju Pulau Samosir, adanya sampah-sampah

dan adanya aktivitas penangkapan.

Gambar 6. Foto Lokasi Stasiun IV d.Stasiun V

Stasiun ini merupakan daerah danau toba yang secara geografis terletak

pada 02o39'19.76" LU dan 098o56'01.93" BT. Pada daerah ini terdapat limbah

yang dihasilkan oleh kapal yang menuju Pulau Samosir, adanya aktivitas

penangkapan ikan.

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan

terlebih dahulu menentukan stasiun yang akan diamati dengan metode

Purposive Random Sampling” dengan menggunakan 5 stasiun pengamatan

sehingga diharapkan dapat mewakili keadaan, yaitu stasiun 1 di daerah yang

terdapat pemukiman penduduk, limbah PDAM dari sungai Sisera-sisera,

pengerukan pasir dan terdapat aktivitas penangkapan ikan, stasiun 2 di daerah

yang terdapat limbah aktivitas rumah tangga seperti mencuci, mandi dan terdapat

aktivitas penangkapan ikan, stasiun 3 di daerah muara, stasiun 4 di danau yang

terdapat limbah kapal yang menuju Pulau Samosir, sampah-sampah, aktivitas

penangkapan ikan dan stasiun V yang terdapat aktivitas penangkapan ikan dan

limbah dari kapal yang menuju pulau Samosir. Pengambilan data dilakukan setiap

dua minggu sekali dalam dua bulan penelitian. Sampel ikan yang diambil

dianalisis di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sampel air dianalisis secara insitu dan

eksitu.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan menggunakan jaring kantong dengan berbagai

ukuran mata jaring yakni 2 cm, 1,5 cm dan 0,5 cm dengan panjang 12 m dan lebar

1,5 m, diameter jaring 1 m serta jala tebar dengan diameter jaring 5 m.

Pemasangan jaring dilakukan pada pagi hari pukul 18.00 WIB – 06.00 WIB yang dilakukan oleh nelayan setempat. Sampel yang diperoleh dikelompokkan

berdasarkan ciri-ciri morfologi yang sama dan dihitung jumlah dari

diambil beberapa ekor sebagai sampel dan dimasukkan ke dalam botol sampel

yang telah diisi formalin sebagai pengawet lalu diberi label. Selanjutnya sampel

dibawa ke Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk diidentifikasi dengan berpedoman

pada Saanin (1984) dan Kottelat (1993).

Sebagai data penunjang dari data di atas maka dilakukan wawancara

dengan nelayan setempat yang berada di sekitar sungai tersebut mengenai jumlah

jenis ikan yang ada dan alat tangkap yang digunakan di sungai tersebut.

Pengukuran Parameter Fisika, Kimia Air

Parameter fisika antara lain pengukuran suhu, kecepatan arus, kecerahan

dan kedalaman. Parameter kimia terdiri dari pH, oksigen terlarut, BOD5, COD,

fosfat, nitrit, nitrat dan kekeruhan. Khusus untuk oksigen terlarut dan BOD5

analisis yang dilakukan adalah titrasi, pengecekan oksigen terlarut langsung

dilakukan di lapangan dengan menggunakan beberapa bahan kimia sebagai

campuran sampel air dan khusus untuk pH dilakukan secara insitu dengan

menggunakan alat pH meter sedangkan pengamatan kekeruhan, fosfat, COD,

nitrit dan nitrat dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan

Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hal ini dilakukan sebagai

data untuk mengetahui hubungan kualitas perairan terhadap keanekaragaman dan

kelimpahan ikan sehingga diketahui tingkat pencemaran di sungai tersebut.

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air

No. Parameter Satuan Metode/Alat Sumber

1. Suhu oC Pemuaian/Termometer Suin, 2002 2. Penetrasi Cahaya m Visual/Keping Secchi Suin, 2002

3. Arus m/s Bola Duga -

4. Kecerahan m Visual/Keping Secchi Suin, 2002 5. Kekeruhan NTU Nephelometri/Turbidimeter Suin, 2002 6. pH - Kolorimetri/pH meter Kordi dan

Tancung, 2007 7. Oksigen Terlarut mg/l Winkler/Botol Winkler Suin, 2002 8. BOD mg/l Winkler/Botol Winkler Suin, 2002 9. COD mg/l Titrasi/Botol Winkler Rahmawati

dan Azizah, 2005 10. Fosfat mg/l Kolorimetri/Spektrofotometer Susana dan

Suyarso, 2008

12. Nitrat mg/l Brusin/Spektrofotometer Alianto dkk., 2009 13. Nitrit mg/l Sulfanilamit/Spektrofotometer Alianto dkk., 2009

Struktur Komunitas Ikan

Untuk mengetahui struktur komunitas ikan dilakukan pengumpulan data

meliputi kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman, indeks dominansi, indeks

similaritas dan indeks ekuitabilitas.

Kelimpahan Relatif

Perhitungan kelimpahan relatif dilakukan dengan menggunakan rumus

Simpson (Ludwig dan Reynold, 1988).

K = ni/N x 100% Keterangan:

K = Kelimpahan Relatif

ni = Jumlah Individu Spesies ke-i

Ni = Total Jumlah Individu Spesies di stasiun ke-i

Indeks keanekaragaman

Indeks keanekaragaman berguna untuk membandingkan keanekaragaman

mulai yang paling beranekaragam sampai yang paling tidak beranekaragam

(Erdina dkk., 2010).

Perhitungan keanekaragaman ikan dilakukan dengan menggunakan rumus

Shanon-Wiener (Ludwig dan Reynold, 1988).

H' = -∑ pi ln pi

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

S = Jumlah semua jenis

pi = ni/N

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu jenis ke-i

Jika nilai : H'>3 = air bersih atau tanpa pencemaran 1<H'<3 = pencemaran tingkat sedang

H'<1 = pencemaran berat

Menurut Jukri dkk., 2013 kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman

jenis adalah:

H'<1 = Keanekaragaman rendah 1<H'<3 = Keanekaragaman sedang H'>3 = Keanekaragaman tinggi

Dominansi Ikan

Menurut Odum (1971), indeks dominansi dapat dirumuskan sebagai

berikut:

C = ∑ (ni/N)2 Keterangan:

C = indeks dominansi

ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Jika indeks dominansi

mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya

1, berarti ada salah satu spesies yang mendominasi dan diikuti dengan nilai indeks

keseragaman yang semakin kecil.

Indeks Similaritas (ISim)

Untuk melihat tingkat kesamaan dari 2 sampling area yang berbeda, dapat

dilakukan dengan menggunakan indeks similaritas (Barus, 2004):

ISim = 2c x 100% a + b

Keterangan :

IS = Indeks Similaritas

A = Jumlah spesies pada lokasi A B = Jumlah spesies pada lokasi B

C = Jumlah spesies yang sama pada lokasi A dan B. IS = 75-100% = sangat mirip

>50-75% = mirip >25-50% = tidak mirip

<25% = sangat tidak mirip

Indeks Ekuitabilitas (E) (Ludwig dan Reynold, 1988) E = H'

Ln S Keterangan :

E = Indeks Ekuitabilitas

H ‘ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

S = Jumlah Spesies

Nilai E berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai E, maka semakin kecil

keseragaman suatu populasi, sebaliknya semakin besar nilai E, maka populasi

akan menunjukkan keseragaman.

Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaman dan faktor fisika dan

kimia dapat digunakan analisis regresi berganda. Analisis dilakukan dengan

Interpretasi dari besarnya nilai hubungan antara keanekaragaman dan sifat

fisika dan kimia dapat diklasifikasikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien Korelasi dan Interpretasinya

Nilai Korelasi (R) Interpretasi

0,00-0,199 Hubungan sangat rendah

0,20-0,399 Hubungan rendah

0,40-0,599 Hubungan sedang

0,60-0,799 Hubungan kuat

0,80-1,000 Hubungan sangat kuat

Dokumen terkait