• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul merupakan salah satu objek wisata alam yang sedang dikembangkan di Kabupaten Bandung. Wisata kebun ini dikembangkan oleh Kebun Bukit Unggul PT Perkebunan Nusantara VIII pada tahun 2009 dengan salah satu tujuannya adalah untuk menambah pemasukan bagi perusahaan. Kabupaten Bandung sendiri merupakan kabupaten/kota di Jawa Barat yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012. PT Perkebunan Nusantara VIII juga telah lama mengembangkan berbagai objek wisata di unit kebun yang tersebar di Provinsi Jawa Barat. Bahkan ada beberapa yang sudah dikenal sampai ke mancanegara.

Wisata Kebun Kina Bukit Unggul menawarkan atraksi wisata antara lain : Curug Serta Situ di lingkungan Emplasemen Bukit Unggul, Situ Sangkuriang, Area Camping Ground, dan Saung Tenjo Gunung. Selain menikmati keindahan alam, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas wisata antara lain outbond, motocross, api unggun, hiking, sepak bola dan camping. Kelebihan lain yang terdapat di obyek wisata ini adalah pemandangan yang indah, udara yang sejuk, dan jalanan yang bebas macet. Selain itu tiket masuk ke objek wisata ini dapat dikatakan cukup murah. Namun, objek wisata ini memiliki beberapa kendala antara lain akses jalan menuju ke objek wisata ini kurang bagus, sumberdaya manusia pengelola yang kurang, dan kurangnya promosi.

Sebagai tujuan wisata objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul memiliki manfaat intangible dan memiliki sifat barang publik yaitu non-rivalry, non- excludability, dan congestible. Ciri pokok dari barang publik ditentukan oleh tidak adanya mekanisme pasar dan harga. Ketidakmampuan pasar dalam menilai wisata alam secara kuantitatif menyebabkan barang lingkungan sering tidak dihargai atau sering dinilai dengan nilai yang lebih rendah dari seharusnya (undervalue). Hal ini membuat alokasi pemanfaatan sumberdaya alam dalam bentuk wisata alam belum optimal, sehingga penilaian ekonomi barang publik yang sering dinyatakan sebagai barang bebas (free goods) ini membutuhkan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi besarnya permintaan, manfaat (benefit) atau surplus konsumen. Salah satu teknik untuk menilai barang-barang non-pasar ini adalah model biaya perjalanan (travel cost method).

Selama ini belum pernah dilakukan penilaian ekonomi terhadap Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul, sehingga belum diketahui nilai ekonomi dari objek wisata ini. Selain itu pergantian pimpinan di unit kebun ini juga menyebabkan perubahan strategi dan manajemen terhadap wisata kebun.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengkaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wisatawan dan penilaian wisatawan terhadap Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Selain itu juga mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan (frekuensi kunjungan) ke Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul dan mengestimasi nilai ekonomi dari objek wisata ini. Tujuan

21 yang terakhir adalah memformulasikan strategi pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul.

Tahapan awal yang dilakukan adalah mendeskripsikan konsidi umum daerah penelitian yaitu Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Setelah itu melakukan analisis deskriptif terhadap karakteristik wisatawan di Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Wisatawan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin; usia; tingkat pendidikan; pekerjaan utama; pendapatan individu; jumlah tanggungan; daerah asal; lama mengetahui lokasi; tujuan kunjungan; cara kedatangan; frekuensi kunjungan; jarak menuju lokasi; waktu tempuh dan informasi objek wisata. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif penilaian wisatawan terhadap objek wisata. Wisatawan diminta untuk memberikan penilaian terhadap daya tarik objek wisata, kemudahan mencapai lokasi, kondisi fisik objek wisata, pemandangan alam, kebersihan, keamanan, keramahan petugas, kelengkapan fasilitas, dan fasilitas tambahan yang diinginkan pengunjung.

Tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (frekuensi kunjungan) ke objek wisata dan mengestimasi nilai ekonomi Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Metode yang digunakan adalah travel cost method (TCM). Data yang diperlukan adalah data pengeluaran wisatawan selama melakukan kunjungan ke objek wisata ini, frekuensi kunjungan dalam satu tahun, jarak, pendapatan per bulan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi wisatawan terhadap kondisi fisik objek wisata, persepsi wisatawan terhadap pemandangan alam, persepsi wisatawan terhadap keamanan, jumlah rombongan, jumlah tanggungan, dan lama mengetahui lokasi objek wisata.

Tahapan terakhir adalah memformulasikan strategi pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Metode analisis hierarki proses (AHP) digunakan dalam tahapan ini. Beberapa perwakilan dari pengelola, wisatawan, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah yang dianggap ahli diminta untuk memberikan skor terhadap faktor dan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata ini. Dari tahapan ini akan diperoleh strategi yang paling optimal dalam mengembangkan Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

22

Wilayah Studi

Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian

Wisata Kebun Kina Bukit Unggul: 1. Baru Dikembangkan 2. Potensi Wisata Tinggi 3. Banyak kendala yang

Dihadapi Pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul Strategi Pengembangan Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi kunjungan

dan Nilai Ekonomi Karakteristik Pengunjung dan Penilaian Pengunjung Analitical Hierarchy Process (AHP) Travel Cost Method Analisis Deskriptif

Kebijakan Pengelolaan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul

23 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Wisata Kebun Kina Bukit Unggul di Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Pengambilan lokasi ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan tempat ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata.

Gambar 3 Denah lokasi Wisata Kebun Kina Bukit Unggul

Sumber: wisatakebunkinabukittunggul.blogspot.com

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pandangan tentang keberadaan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Data primer ini bersumber dari wisatawan yang datang ke Wisata Kebun Kina Bukit Unggul, masyarakat sekitar, pemerintah setempat dan pengelola, dengan metode wawancara maupun kuesioner.

Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum wilayah Wisata Kebun Kina Bukit Unggul serta statistik jumlah wisatawan baik di tingkat Provinsi Jawa Barat maupun Indonesia.

24

Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber

Data Metode Analisis Karakteristik Wisatawan dan Penilaian Wisatawan terhadap Objek Wisata Variabel-variabel demografi, geografi, perilaku, dan sosiologis/psikologis Responden (Wisatawan) Analisis Deskriptif

Nilai Ekonomi dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Data frekuensi kunjungan, biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya menginap, dll Responden (wisatawan) Travel Cost Method Strategi Pengembangan Wisata

Data primer tentang pilihan strategi

pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul Responden (wisatawan, masyarakat sekitar, pengelola objek wisata, pemerintah Kabupaten Bandung) Analitical Hierarchy Process

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan domestik yang mengunjungi kawasan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul, pengelola kawasan, masyarakat sekitar dan pemerintah Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel (responden) dilakukan dengan pengambilan secara non-acak (non-probaility sampling) yaitu semua objek penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan hal-hal tertentu yang dikenakan kepada sub kelompok. Pengambilan sampel non- acak yang dipilih pada penelitian ini yaitu secara purposive terhadap populasi. Pengambilan secara purposive berarti pengambilan responden berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau tujuan-tujuan tertentu (Juanda, 2009). Responden yang diambil terdiri atas dua kelompok yaitu:

1. Responden untuk analisis deskriptif karakteristik wisatawan dan penilaian wisatawan terhadap keberadaan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul serta untuk analisis Travel Cost Method, jumlah responden yang dipilih sebanyak 60 orang secara purposive sampling berdasarkan keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata dan atraksi wisata. Responden dipilih dengan syarat sudah dewasa (berumur 15 tahun ke atas), sehat jasmani dan rohani, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Pengunjung yang datang berkelompok atau

25 rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil rombongannya. Pengambilan sampel dilakukan pada hari kerja dan hari libur.

2. Responden untuk Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam rangka mengetahui strategi pengembangan wisata di Wisata Kebun Kina Bukit Unggul, jumlah responden yang dipilih sebanyak 12 orang, terdiri dari wisatawan, masyarakat sekitar, pihak pengelola Wisata Kebun Kina Bukit Unggul dan pemerintah kabupaten Bandung. Setiap kelompok diwakili oleh tiga orang responden. Dalam memilih responden, dipilih yang diperkirakan tahu tentang masalah ini.

Penggalian data dilakukan dengan kuesioner yang telah disiapkan untuk masing-masing responden.

Metode Analisis Data

Adapun Metode Analisis Data yang digunakan untuk menjawab masing- masing tujuan penelitian adalah :

1. Karakteristik Wisatawan dan Penilaian Wisatawan Terhadap Objek Wisata a. Karakteristik Wisatawan

Melakukan analisis deskriptif terhadap karakteristik wisatawan di Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Wisatawan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin; usia; tingkat pendidikan; pekerjaan utama; pendapatan individu; jumlah tanggungan; daerah asal; lama mengetahui lokasi; tujuan kunjungan; cara kedatangan; frekuensi kunjungan; jarak menuju lokasi; waktu tempuh dan informasi objek wisata.

b. Penilaian Wisatawan Terhadap Objek Wisata

Melakukan analisis deskriptif penilaian wisatawan terhadap Wisata Kebun Kina Bukit Unggul. Penilaian dalam penelitian ini antara lain adalah penilaian wisatawan terhadap daya tarik objek wisata yang disukai, kemudahan mencapai lokasi, kondisi fisik objek wisata, pemandangan alam, kebersihan, keamanan, keramahan petugas, kelengkapan fasilitas. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan (Frekuensi Kunjungan)

dan Nilai Ekonomi Wisata Alam

Untuk mengestimasi nilai ekonomi Wisata Kebun Kina Bukit Unggul, digunakan pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan individual.

a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung biaya perjalanan ke objek wisata. Komponen biaya perjalanan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk sampai ke Wisata Kebun Kina Bukit Unggul hingga kembali ke tempat tinggal. Iqbal (2006) menyatakan biaya perjalanan tersebut terdiri atas biaya transportasi (pergi dan pulang), biaya akomodasi (penginapan) selama berada di lokasi, biaya konsumsi, tiket masuk, dan biaya lain-lain. Semet (2012) menyatakan biaya perjalanan tersebut terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya konsumsi dan biaya komunikasi. Ernah (2004) menyatakan biaya perjalanan terdiri atas biaya transportasi (BTr), biaya konsumsi wisata alam (BKw), biaya konsumsi harian (BKh), biaya dokumentasi (BDk), biaya menginap (Bi), biaya lainnya (Bl) dan biaya waktu (Bw) dimana waktu dalam aplikasi

26

model biaya perjalanan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena pengukuran nilai waktu ini adalah pengukuran mengenai biaya opportunitas waktu selama aktivitas rekreasi dilakukan. Hingga saat ini belum ada konsensus tentang pengukuran time cost. Bin et al., yang diacu oleh Tuffour dan Espineira (2008) menyatakan nilai time cost adalah sebagai berikut: Time Cost = 1/3 upah per jam kerja. Dalam penelitian ini biaya perjalanan dicari dengan menggunakan rumus berikut:

C = BTr + (BKw – BKh ) + BDk +Bi + Bt +BP +Bw + Bl dimana :

C = biaya perjalanan ke objek wisata (Rp/hari/kunjungan) BTr = biaya transportasi (Rp/orang/kunjungan)

BKw = biaya konsumsi selama wisata (Rp/orang/kunjungan) BKh = biaya konsumsi harian (Rp/orang/kunjungan)

BDk = biaya dokumentasi (Rp/orang/kunjungan) Bi = biaya menginap (Rp/orang/kunjungan) Bt = biaya tiket masuk (Rp/orang/kunjungan) BP = biaya parkir (Rp/orang/kunjungan)

Bw = biaya waktu (untuk pensiunan, pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga dan pengangguran, biaya waktu=0)

Bl = biaya lainnya (Rp/orang/kunjungan) b. Menentukan Fungsi Permintaan Wisata

Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini, fungsi permintaan dituliskan sebagai berikut:

Qi= f (Ci, Ji, Mi,Ai,Ei, Jki, P1

i, P2i, P3i, Jri,Jti, Li)

Untuk menduga fungsi permintaan, persamaan di atas diregresikan dalam dua bentuk fungsional yaitu: linear dan log-linear. Fungsi permintaan dalam bentuk regresi linear adalah sebagai berikut:

Qi= α+ α1Ci+ α2 Ji+α3Mi+α4Ai+α5Ei+α6Jki +α7 P1i +α8P2i + α9P3i + α10Jri+ α11Jti+ α12Li

Fungsi permintaan dalam bentuk regresi semi- log adalah sebagai berikut: Ln Qi=α+ α1Ci+ α2 Ji+α3Mi+α4Ai+α5Ei+α6Jki +α7 P1i

+α8P2i + α9P3i + α10Jri+ α11Jti+ α12Li

Fungsi permintaan dalam bentuk regresi log-linear adalah sebagai berikut: Ln Qi=α+ α1lnCi+ α2 lnJi+α3lnMi+α4lnAi+α5lnEi+α6 lnJki +α7 lnP1i

+α8lnP2i + α9lnP3

i + α10lnJri+ α11lnJti+ α12lnLi dimana:

Qi = frekuensi kunjungan wisatawan i ke Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (kali kunjungan)

Ci = biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan i ke Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (rupiah)

27 Ji = jarak yang ditempuh wisatawan i ke Objek Wisata Kebun Kina

Bukit Unggul (km)

Mi = pendapatan wisatawan i (ribu rupiah) Ai = umur wisatawan i (tahun)

Ei = tingkat pendidikan wisatawan i (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi)

Jk  = jenis kelamin wisatawan i (Laki-laki, Perempuan)

P1i = persepsi wisatawan i terhadap kondisi fisik Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, sangat baik)

P2i = persepsi wisatawan i terhadap pemandangan alam di Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (tidak indah, kurang indah, cukup indah, indah, sangat indah)

P3i = persepsi wisatawan i terhadap keamanan di Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (tidak aman, kurang aman, cukup aman, aman, sangat aman)

Jr = jumlah rombongan wisatawan i yang berkunjung ke Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (orang)

Jti= jumlah tanggungan wisatawan i yang berkunjung ke Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul (orang)

Li= lama mengetahui lokasi Objek Wisata Kebun Kina Bukit Unggul oleh wisatwan i (tahun)

c. Menentukan Surplus Konsumen

Untuk melakukan kunjungan wisata tersebut dibutuhkan biaya dalam jumlah tertentu, dimana keseluruhan biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan biaya perjalanan per sekali kunjung ke tempat wisata. Dalam penelitian ini surplus konsumen dicari dengan menggunakan rumus berikut:

WTP ≈ CS=N 2

2α1 untuk fungsi permintaan linier, dan

WTP ≈ CS = N α1 untuk fungsi semi-log dan log-linier, dimana:

WTP = Willingness to pay CS = Surplus konsumen

N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individe i α1 = Koefisien biaya perjalanan

3. Strategi Pengembangan Wisata Alam

Berdasarakan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Mulyana 2012), melihat kondisi di lapangan dan masukan dari berbagai pihak (wisatawan, pengelola, masyarakat sekitar dan pemda) maka metode analisis hirarki proses (AHP) untuk mengkaji strategi yang akan diterapkan dalam pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul dideskripsikan pada gambar Gambar 4.

28 Tujuan Aktor Faktor- Faktor Alternatif Strategi

Gambar 4 Model hierarki strategi pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul

Dalam upaya mencapai prioritas strategi yang akan dipilih, dilakukan dengan membandingkan antara satu pilihan strategi dengan yang lain, dan juga membandingkan kelebihan yang dimiliki satu pilihan terhadap pilihan lain. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan berpasangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5 Nilai skala banding berpasangan Intensitas

Kepentingan/ Tingkat Preferensi

Definisi Penjelasan

1 Equal importance Dua aktivitas memberikan kontribusi sama

terhadap tujuan

3 Moderate importance

Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

5 Strong importance

Pengalaman dan penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

7 Very strong importance Satu aktivitas sangat lebih disukai

dibandingkan aktivitas lain

9 Extreme importance Satu aktivitas secara pasti menempati

urutan tertinggi dalam tingkatan preferensi

2,4,6,8 Nilai kompromi atas nilai-nilai di atas

Penilaian kompromi secara numeris dibutuhkan semenjak tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan tingkat preferensi

Sumber: Saaty 1993

Strategi Pengembangan Wisata Kebun Kina Bukit Unggul

Pengelola Wisatawan Masyarakat Pemerintah

Kualitas SDM Investasi Potensi Pasar Fasilitas

Mening katkan promosi Wisata Mengembang kan Wisata Berbasis Pendidikan Memperbaiki Sarana dan Prasarana Wisata Mencegah Kerusakan dan Kehancuran Lokasi Meningkat kan Kualitas Wisata

29 Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya A1, A2 dan A3. Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada tabel di atas. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Tabel 6 Contoh matriks perbandingan berpasangan

A1 A2 A3 A1

A2 A3

Sumber: Saaty 1993

Dalam metode AHP ini, ada tiga (3) langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umum, dengan menggunakan persamaan matematik sebagai berikut (Marimin dan Maghfiroh 2010) :

a) Langkah 1

wi

wj=aij (i,j=1,2,…,n) dimana wi= bobot input dalam baris

wj= bobot input dalam lajur b) Langkah 2

wi=aijwj (i,j=1,2,…,n) Untuk kasus-kasus yang umum mempunyai bentuk :

w i = 1 n aijwj n j=i (i=1,2,…n) dimana wi= rataan dari aijwj,…, ainwn a

ij c) Langkah 3

Bila perkiraan aijbaik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah wi wj. Jika n juga berubah, maka n diubah menjadi λ maks, sehingga diperoleh :

wi= 1 λmax∑ aijwj n j=i i   , , . . . , n Pengolahan Horisontal

Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas unsur keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty dalam Marimin dan Maghfiroh (2010) adalah :

a) Perkalian baris (z) dengan rumus : Z

i = Πj=1 n n

30

Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

eVPi = Πj=1n n aij ∑ n Πj=1n aij n i=1

eVPi adalah unsur vektor prioritas ke-i b) Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij x VP dengan VA = (Vai) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)

λmax =1 n VBi n i=1 untuk i = 1,2,…,n VA = VB = Vektor antara c) Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) :

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut :

CI =λmax-n n-1

Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR = 0,1. Rumus CR adalah :

CR =CI RI

Nilai RI merupakan nilai random index yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini :

Tabel 7 Nilai RI (random index)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

Pengolahan Vertikal

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap unsur dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq di definisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :

NPpq= NPHpq(t, q – 1) x NPTt(q – 1) s

t=1

untuk p = 1, 2,…., r dan t = 1, 2,…., s

dimana: NPpq = Nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sarana utama

NPHpq= nilai prioritas unsur ke-p pada tingkat ke-q NPTt

31 Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai rasio konsistensi harus 10%, atau kurang, jika lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.

32

Dokumen terkait