• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Gebang dan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan dasar pertimbangan Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah sentra pengembangan bawang merah terbesar di Jawa Barat. Kecamatan Gebang dan Pabedilan memiliki produksi bawang merah paling tinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan yang lain dan petaninya menggunakan dua jenis varietas bawang merah yaitu benih bawang merah lokal (varietas Bima Brebes) dan benih impor (varietas Ilokos). Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Oktober 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara secara langsung berdasarkan kuesioner kepada responden untuk memperoleh data persepsi petani, tahapan proses pengambilan keputusan pembelian petani, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor, serta data usahatani bawang merah. Sebagian data input usahatani bawang merah dengan menggunakan benih lokal didapat dari hasil penelitian Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB tahun 2014. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang terkait dengan topik penelitian yang meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan gambaran umum mengenai penggunaan benih bawang merah lokal dan impor. Data ini diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Badan Pusat Statistik. Selain itu, data, teori dan fakta ilmiah lainnya diperoleh dengan menelusuri kepustakaan melalui jurnal ilmiah, hasil penelitian sebelumnya, dan media massa.

Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel responden petani dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Populasi sasaran adalah petani yang berusahatani bawang merah baik yang menggunakan benih lokal maupun benih impor. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang petani yang membeli ataupun menggunakan benih bawang merah lokal dan 30 orang petani yang membeli ataupun menggunakan benih bawang merah impor, sehingga keseluruhan responden berjumlah 60 orang petani.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, karakteristik responden petani, dan proses pengambilan keputusan pembelian petani. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis persepsi petani bawang merah terhadap benih bawang merah lokal dan impor serta faktor-faktor yang yang mempengaruhi keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal dan impor dengan menggunakan metode Regresi Logistik. Analisis Persepsi Petani Terhadap Benih Bawang Merah Lokal dan Impor

Analisis persepsi dilakukan untuk mengetahui pandangan atau penilaian petani bawang merah terhadap penggunaan benih lokal maupun impor. Analisis persepsi dilakukan dengan menggunakan data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan teknik scoring dan dianalisis dengan metode rata-rata skor. Persepsi petani terhadap benih bawang merah lokal dan impor merupakan penilaian petani terhadap 6 (enam) indikator tepat yaitu tepat waktu, tepat jumlah, tepat lokasi, tepat jenis/varietas, tepat mutu, dan tepat harga yang kemudian dijabarkan menjadi 14 atribut sebagaimana terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Indikator dan atribut penentuan penggunaan benih lokal dan impor

No. Indikator Atribut

1 2 3 4 5 6 Tepat waktu Tepat jumlah Tepat lokasi Tepat jenis/varietas Tepat mutu Tepat harga

- Ketersediaan benih pada saat dibutuhkan - Umur panen

- Jumlah ketersediaan benih

- Kesesuaian ketersediaan benih dengan kebutuhan - Kesesuaian dengan kondisi agroekosistem daerah - Kesesuaian dengan kebutuhan dan kebiasaan

Kemudahan mendapatkan benih

- Kemudahan dalam penggunaan/pemeliharaan - Ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman - Daya tumbuh benih

- Daya simpan benih - Produktivitas - Kualitas - Harga benih

Skala pengukuran yang digunakan dalam analisis persepsi adalah dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini banyak digunakan karena memberi peluang kepada responden untuk mengekspresikan perasaan dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan. Oleh karena pilihan jawaban berjenjang maka setiap pilihan jawaban diberi skor. Ciri khas dari skala likert adalah bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh, penilaian terhadap suatu objek semakin positif, demikian pula sebaliknya.

Persepsi petani terhadap penggunaan benih bawang merah lokal ataupun impor diukur dengan menggunakan pernyataan-pernyataan positif dan negatif

yang menjadi indikator persepsi petani terhadap penggunaan benih. Jawaban dari pernyataan positif dan negatif masing-masing mempunyai skor sebagai berikut:

 Pernyataan positif:

1) Sangat Setuju (SS) : skor 5 2) Setuju (S) : skor 4

3) Netral (N) : skor 3

4) Tidak Setuju (TS) : skor 2 5) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

 Pernyataan negatif:

1) Sangat Setuju (SS) : skor 1 2) Setuju (S) : skor 2

3) Netral (N) : skor 3

4) Tidak Setuju (TS) : skor 4 5) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 5

Menurut Riduwan (2010), penentuan nilai rata-rata skor dari setiap pernyataan dan interval kelas digunakan rumus sebagai berikut :

Maka berdasarkan rumus diatas, panjang interval kelas adalah sebagai berikut :

Persepsi petani terhadap benih bawang merah lokal ataupun impor dikategorikan kedalam 5 kelas, yaitu sangat tidak baik, tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik dengan rincian interval kelas sebagai berikut :

1.00 – 1.80 : Sangat tidak baik 1.81 – 2.60 : Tidak baik 2.61 – 3.40 : Kurang baik 3.41 – 4.20 : Baik

4.21 – 5.00 : Sangat baik

Persepsi petani terhadap indikator benih bawang merah lokal dan impor digunakan teknik pemetaan persepsi konsumen (perceptual mapping), yaitu dengan memetakan persepsi petani terhadap atribut-atribut benih bawang merah lokal dan impor dengan cara membuat grafik jaring laba-laba yang merupakan nilai rata-rata dalam bentuk grafik dua dimensi. Pengolahan data menggunakan software MS-Excel. Perceptual mapping memberikan gambaran perbedaan (gap) dalam posisi suatu produk yang dihasilkan dibandingkan dengan produk pesaing pada mapping yang sama. Perceptual mapping yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi 3 bagian, yaitu: (1) peta persepsi petani pengguna benih lokal dan impor terhadap benih bawang merah lokal; (2) peta persepsi petani

pengguna benih lokal dan impor terhadap benih bawang merah impor; dan (3) peta persepsi petani terhadap benih bawang merah lokal dan impor.

Petani bawang merah di Kabupaten Cirebon mempunyai alasan kuat untuk menggunakan benih bawang merah lokal ataupun impor. Persepsi ataupun alasan petani ini dapat dikelompokkan sebagai faktor-faktor pendorong dan faktor-faktor penghambat bagi petani dalam menggunakan benih bawang merah lokal maupun impor. Persepsi petani responden ini ditabulasi dan dianalisis sehingga dapat menggambarkan beberapa faktor yang mendorong ataupun menghambat petani dalam menggunakan benih bawang merah lokal ataupun impor di daerah penelitian. Kategori sangat baik dan baik digolongkan sebagai faktor pendorong, sedangkan kategori kurang baik, tidak baik, dan sangat tidak baik digolongkan sebagai faktor penghambat penggunaan benih bawang merah baik lokal maupun impor. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya dapat berlanjut dalam menentukan tindakan orang tersebut. Persepsi yang baik dapat dijadikan sebagai faktor pendorong bagi petani untuk menggunakan suatu jenis benih, namun persepsi yang buruk dapat menjadi faktor penghambat petani untuk menggunakan suatu jenis benih.

Analisis Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Petani

Analisis tahapan proses pengambilan keputusan pembelian petani digunakan untuk mengetahui perilaku petani dalam melakukan pembelian benih bawang merah baik lokal maupun impor. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih benih meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Data diperoleh dari daftar pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabulasi dengan menggunakan analisis deskriptif.

Metode Regresi Logistik

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan pendekatan model regresi logistik atau model logit. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), metode regresi logistik adalah suatu model analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan antara peubah terikat yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval. Model logit didasarkan pada Fungsi Peluang Logistik Kumulatif (Pyndick dan Rubinfeld 1991), sedangkan pendugaan parameternya dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).

Bentuk data yang dikumpulkan merupakan data biner, sehingga jenis penggunaan regresi yang sesuai adalah regresi logit. Regresi logistik biner (binary logistik regression) digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel bebas X1,X2,…,Xk terhadap variabel terikat Y. Pada model logit, variabel terikat (Y) merupakan skala nominal dengan dua kemungkinan yang terdiri atas bilangan biner 1 dan 0. Interpretasi atau estimasi pada model logit menunjukkan besarnya kemungkinan suatu kejadian, yang ditunjukkan dengan probabilitas (Gujarati 1999).

Responden pada penelitian ini dikategorikan untuk kelompok petani pengguna benih bawang merah lokal dan petani pengguna benih bawang merah

impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor diduga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengaruh pihak lain, umur, pengalaman usahatani, luas lahan, status kepemilikan lahan, persepsi, ketahanan benih terhadap hama dan penyakit tanaman, harga benih, dan akses benih. Variabel-variabel bebas X tersebut akan berpengaruh terhadap variabel terikat Y. Variabel terikat Y mempunyai dua kemungkinan nilai yaitu 1 dan 0. Nilai Y yang dilambangkan dengan 1 berarti keputusan pembelian benih bawang merah lokal dan 0 berarti keputusan pembelian benih bawang merah impor. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yi = [ ]

Yi = α + β1X1 + β2D13X2 + β4X3 + β5X4 + + β6D2 + β7D3 + β8D4 + β9X5 + β10D5 + e

dimana :

Yi = Keputusan pembelian benih bawang merah

Yi = 1 berarti keputusan pembelian benih bawang merah lokal Yi = 0 berarti keputusan pembelian benih bawang merah impor α = Intersep

X1 = Pendidikan (tahun)

D1 = Dummy pengaruh pihak lain (1=adanya pengaruh, 0=tidak ada pengaruh)

X2 = Umur (tahun)

X3 = Pengalaman usahatani (tahun) X4 = Luas lahan (hektar)

D2 = Dummy status kepemilikan lahan (1=milik, 0=non milik)

D3 = Dummy persepsi (1=benih lokal lebih baik daripada benih impor, 0=benih lokal tidak lebih baik dari benih impor)

D4 = Dummy ketahanan benih terhadap hama dan penyakit tanaman (1=tahan, 0=tidak tahan)

X5 = Harga benih (rupiah/kg)

D5 = Dummy akses benih (1=mudah, 0=sulit) βi = Parameter peubah Xi

e = Error/kesalahan

Pengujian Model Regresi Logistik

Prosedur pengujian model regresi logistik secara umum meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Uji Likelihood Ratio

Uji likelihood adalah uji model logit secara keseluruhan, dimana pada uji ini akan dilihat apakah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model secara bersama-sama dapat memberikan pengaruh kepada variabel dependen. Uji likelihood ratio lebih dikenal dengan nama uji-G. Statistik uji-G menyebar menurut sebaran χ2 (khi-kuadrat) dengan derajat bebas (Hosmer dan Lemeshow 1989). Rumus umum untuk uji-G adalah :

[ ]

dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : β1 = β2 = ... = βn = 0

H1 : minimal ada satu nilai βj ≠ 0, untuk j=1,2,3,...,n

Apabila nilai G lebih besar dibandingkan nilai chi-square tabel pada α tertentu (G > χ2 n(α)), maka H0 ditolak (Hosmer dan Lemeshow 1989). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih bawang merah lokal dan impor. Sebaliknya, apabila nilai

G lebih kecil dibandingkan nilai chi-square tabel pada α yang sama (G < χ2 n(α)), maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa

variabel-variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih bawang merah lokal dan impor.

2. Uji Wald

Uji Wald digunakan untuk menguji faktor atau variabel independen yang secara mandiri dapat memberikan pengaruh nyata terhadap variabel dependen. Secara matematis, uji Wald dapat dituliskan sebagai berikut:

dimana:

βi = koefisien regresi

se (βi) = standard error of β (galat kesalahan dari β)

Hipotesis yang diterapkan dalam uji ini adalah sebagai berikut: H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0, untuk i=1,2,...,n

Kriteria yang dipakai untuk menolak H0 adalah ketika nilai dari two- tailed p value < α Adapun two-tailed p value adalah P(|Z|>Wj), dengan Z menyatakan suatu variabel acak yang mengikuti distribusi normal standar. Atau jika Wj lebih besar dari nilai kritis maka H0 diterima. Jika nilai kritis yang dipakai adalah dua maka tingkat signifikansi yang dipakai adalah 5% (Hosmer dan Lemeshow 1989). Sebenarnya dengan mengkuadratkan statistik Wj, akan didapatkan suatu statistik yang terdistribusi mengikuti sebaran chi-square dengan derajad bebas satu (Kleinbaum 1994).

3. Interpretasi Koefisien

Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat nilai odds ratio. Odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang yang dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

dimana:

P = peluang kejadian yang terjadi 1 - P = peluang kejadian yang tidak terjadi

Jika suatu peubah penjelas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika tanda koefisiennya negatif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih kecil dari satu. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), koefisien model logit dapat ditulis sebagai βi=g(x+1) - g(x). Koefisien model logit βi (slope) mencerminkan perubahan dalam fungsi logit g(x) untuk perubahan satu unit peubah bebas yang disebut log odds. Log odds merupakan beda antara dua penduga logit yang dihitung pada dua nilai (misal x=a dan x=b) dinotasikan sebagai:

ln [ψ(a,b)] = g(x = a) − g(x = b) = βi (a –b)

sedangkan penduga rasio oddsnya adalah: ψ(a,b) = exp [βi (a-b)] sehingga jika a-b=1 maka ψ = exp (βi). Interpretasi dari nilai rasio odds ini adalah kecenderungan Y=1 pada kondisi X=1 sebesar ψ kali dibandingkan dengan X=0. Rasio odds untuk peubah kontinu dapat diinterpretasikan sebagai kecenderungan peluang individu untuk kategori Y=1 dengan peningkatan X sebesar satu unit sebesar ψ kali sebelum terjadi peningkatan. Sedangkan interpretasi nilai rasio odds pada peubah dummy sebagai kecenderungan peluang individu untuk kategori Y=1 sebesar ψ kali saat X=1 dibandingkan saat X=0.

4. Hipotesis Variabel Penjelas

Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang membedakan antara petani yang menggunakan benih bawang merah lokal dan petani yang menggunakan benih bawang merah impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani adalah hal-hal yang terdapat dalam diri petani dan usaha taninya (faktor internal) maupun dari luar diri petani (faktor eksternal). Adapun variabel-variabel yang digunakan pada analisis ini berasal dari penelitian terdahulu dan kenyataan di lapangan. Variabel-variabel tersebut adalah : pengalaman usaha tani, luas lahan, status kepemilikan lahan, harga benih, harga jual produk, produktivitas, pendapatan, dan akes pasar.

a. Pendidikan (tahun)

Variabel pendidikan diartikan sebagai berapa lama petani tersebut mendapat pendidikan atau pengetahuan di sekolah atau pendidikan formal. Diduga terdapat hubungan antara pendidikan petani dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal atapun impor. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin tinggi pendidikan petani, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

b. Pengaruh pihak lain (adanya pengaruh=1, tidak ada pengaruh=0)

Diduga terdapat hubungan antara adanya pengaruh pihak lain dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal atapun impor. Pengaruh pihak lain merupakan variabel dummy. Apabila ada pengaruh dari pihak lain maka diberi nilai 1, sedangkan apabila tidak ada

pengaruh dari pihak lain maka diberi nilai 0. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin besar pengaruh dari pihak lain, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

c. Umur (tahun)

Variabel umur diartikan sebagai lama hidup petani responden sampai pada saat penelitian dilakukan, yang dinyatakan dalam tahun. Diduga terdapat hubungan antara umur petani dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal atapun impor. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin tua umur petani, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

d. Pengalaman berusahatani (tahun)

Variabel pengalaman berusahatani diartikan sebagai lamanya pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam berusahatani bawang merah, yang dinyatakan dalam tahun, Diduga terdapat hubungan antara pengalaman berusahatani petani dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal atapun impor. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin banyak pengalaman petani dalam berusahatani bawang merah, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

e. Luas lahan (hektar)

Variabel luas lahan diartikan sebagai luas areal yang ditanami bawang merah secara keseluruhan, yang dinyatakan dalam hektar. Diduga terdapat hubungan antara luas lahan dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Variabel ini diduga berkorelasi negatif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin kecil ukuran lahan yang dimiliki, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

f. Status kepemilikan lahan (milik=1, non milik=0)

Diduga terdapat hubungan antara status kepemilikan lahan dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Status kepemilikan lahan merupakan variabel dummy. Apabila petani tersebut berstatus sebagai pemilik lahan maka diberi nilai 1, sedangkan petani yang tidak berstatus sebagai pemilik lahan maka diberi nilai 0. Variabel ini diduga berkorelasi negatif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah apabila petani tersebut berstatus bukan sebagai pemilik lahan, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

g. Persepsi (1=benih lokal lebih baik daripada benih impor, 0=benih lokal tidak lebih baik dari benih impor)

Diduga terdapat hubungan antara persepsi petani dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Persepsi petani merupakan variabel dummy. Apabila petani tersebut memiliki persepsi bahwa benih bawang merah lokal lebih baik daripada benih impor maka diberi nilai 1, sedangkan apabila petani tersebut memiliki persepsi bahwa benih bawang merah lokal tidak lebih baik daripada benih impor maka diberi nilai 0. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah apabila persepsi petani menunjukkan bahwa benih bawang merah lokal lebih baik daripada benih impor, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

h. Ketahanan benih terhadap hama dan penyakit tanaman (tahan=1, tidak tahan=0)

Diduga terdapat hubungan antara ketahanan benih terhadap hama dan penyakit tanaman dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Ketahanan benih terhadap hama dan penyakit tanaman merupakan variabel dummy. Apabila benih tersebut tahan terhadap hama dan penyakit tanaman maka diberi nilai 1, sedangkan apabila benih tersebut tidak tahan terhadap hama dan penyakit tanaman maka diberi nilai 0. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih bawang merah impor

i. Harga benih (rupiah per kilogram)

Variabel harga benih diartikan sebagai harga beli benih yang digunakan untuk berusahatani bawang merah, yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram. Diduga terdapat hubungan antara harga benih dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Variabel ini diduga berkorelasi negatif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin rendah harga beli benih lokal, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih impor.

j. Akses Benih (mudah=1, sulit=0)

Diduga terdapat hubungan antara akses benih dengan keputusan pembelian petani dalam memilih benih bawang merah lokal ataupun impor. Akses benih merupakan variabel dummy. Apabila akses benihnya mudah maka diberi nilai 1, sedangkan apabila akses benihnya sulit maka diberi nilai 0. Variabel ini diduga berkorelasi positif terhadap peluang petani dalam memilih benih bawang merah lokal. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin mudah akses benih bawang merah yang berasal dari benih lokal, maka peluang petani dalam memilih untuk membeli benih bawang merah lokal lebih tinggi dibandingkan benih bawang merah impor.

Dokumen terkait