• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan sebuah metode penelitian sebagai penunjang dalam penulisan hasil penelitian. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koentjaranigrat, 1976:30). Metode deskriptif juga termasuk sebagai metode dalam penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif ini bukanlah penelitian kuantitatifikasi yang berdasarkan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris (Moleong, 1994: 6).

Untuk mendukung data yang konkret dalam penulisan ini penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data-data pendukung. Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian dan menghimpun data yang

bersumber dari internet seperti google dan blog-blog yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SILENCE,

KONSEP SELF DAN IMAGO DEI C.G JUNG DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Definisi Novel

Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi lebih panjang dari cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan sesuatu kejadian penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan pokok-pokok saja. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya ‘sebuah barang baru kecil’ dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:9). Istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan novellet (inggris), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, naming juga tidak terlalu pendek.

Novel (Inggris: Novelette) merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Dalam perkembangannya novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajiner. Kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang dibuat mirip, diimitasikan dan atau dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya

sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi serta terlihat berjalan dengan sistem koherensinya sendiri.

Novel menurut Wellek dan Waren dalam Nurgiyantoro (1995:3) bahwa novel sebagai karya fiksi hruslah merupakan cerita menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Sedangkan Reeve menyatakan bahwa novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis (Wellek dan Warren, 1989:282).

Pengertian novel menurut para ahli:

1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo (http://soddis.blogspot.co.id) novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.

2. Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd (http://taniats.blogspot.com), mengatakan bahwa novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.

3. Menurut Paulus Tukam, S.Pd (http://www.e-jurnal.com) novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.

Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut.

Novel biasanya menceritakan kejadian yang luar biasa tentang kehidupan manusia. Pada sebuah novel selalu ada kaitan erat dengan masyarakat dan dapat dikatakan sebagai dokumentasi sosial. Di dalamnya digambarkan perjuangan dalam kehidupan,

pertentangan antara keadilan dengan penindasan, konflik antar manusia, alam, dan perasaan masyarakat yang bercampur-campur dengan imajinasi.

2.2 Unsur-Unsur Dalam Novel

Unsur-unsur yang membangun sebuah novel adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrensik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau unsur-unsur yang turut serta membangun cerita. Sedangkan unsur ekstrensik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi atau sistem organisme karya sastra.

2.2.1 Unsur Intrinsik

Unsur instrinsik dalam sebuah novel terdiri dari : a. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks. Gagasan dasar umum ini sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema menurut Aminudin (2000:91) adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Sementara itu tema menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (1995:67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna atau pengalaman kehidupan. Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup menjadi tema atau sub-tema kedalam karya fiksi sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan.

Dalam analisis ini, tema yang di ungkapkan dalam novel Silence adalah mengenai kebungkaman Tuhan terhadap orang-orang Kristen teraniaya, diambilnya tema ini karena dari awal sampai akhir cerita terus mengenai kebungkaman Tuhan. Dalam novel ini di ceritakan konflik batin tokoh utama yang dilema dan ragu akan Tuhannya saat melihat penderitaan orang sekitarnya. Banyaknya masalah yang terjadi dalam kehidupan tokoh utama serta terjepit diantara dua pilihan yang tidak menyenangkan menimbulkan konflik batin pada tokoh utama.

b. Alur (Plot)

Alur merupakan salah satu unsur terpenting dalam karya sastra. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminudin, 2000:83). Menurut Stanton dalam Nugiyantoro (1995:113), plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Peristiwa-peristiwa cerita (plot) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh(utama) dalam cerita. Plot merupakan cerminan atau bahkan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dalam cerita fiksi, urutan tahapan cerita

dapat beraneka ragam. Montage dan Henshaw dalam Aminudin (2000:84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan, yaitu:

1. Eksposition, yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan tokoh-tokoh dalam cerita;

2. Inciting force, pada bagian ini timbul kekuatan, kehendak, maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku;

3. Rising Action, yaknisituasi panas karena tokoh-tokoh dalam cerita mulai berkonflik;

4. Crisis, situasi panas dan para tokoh sudah mendapat gambaran nasibnya.

5. Climax, situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi dan para tokoh mendapatkan nasibnya sendiri-sendiri;

6. Falling action, disini kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita mulai mereda;

7. Conclusion, tahap penyelesaian cerita.

Menurut susunannya atau urutannya alur terbagi dalam 2 jenis, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai cerita itu berakhir.

Alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali pada peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya sampai kembali lagi pada peristiswa terakhir tadi.

Berdasarkan uraian tersebut, alur dalam novel Silence adalah alur maju.

Peristiwa-alasan kepergian tokoh Rodrigues ke Jepang dan berakhir pada cerita mengenai penyangkalan iman atau murtadnya Pastor Rodrigues karena siksaan yang dialaminya.

c. Latar/ Setting

Dalam karya sastra, latar (setting) merupakan satu unsur pembentuk cerita yang sangat penting, karena unsur tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Latar atau Setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216).

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial.Latar tempat berkaitan dengan geografis. Di lokasi mana peristiwa terjadi,di desa apa, kota apa dan sebagainya. Latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan manusia. Ketiga unsur ini meskipun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda namun masih saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Latar tempat dalam novel Silence diantaranya adalah Kapal santa isabella, Macau, pondok penyimpanan arang, desa Tomogi, Goto, penjara di luar Nagasaki, kuil Saishoji, dan kantor magistrat. Latar waktu dalam novel Silence terjadi pada zaman Edo (tahun 1636-1646). Sedangkan latar sosial dalam novel ini adalah kondisi sosial Jepang yang terjadi pada zaman Edo sekitar abad 17. Dalam novel ini diceritakan para petani miskin yang mengais kehidupan dengan menanam kentang dan gandum

serta diperlakukan tidak adil oleh para pejabat, terutama orang Jepang yang beragama Kristen. Setiap hari para pejabat memburu orang-orang jepang Kristen untuk ditangkap, disiksa dan menyangkal imannya.

d. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1995: 165). Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh-tokoh tertentu. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165), Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dalam usaha memahami tokoh, pembaca memerlukan pengetahuan tentang karakter manusia dalam kehidupan sehari-hari baik yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain; dalam arti pemahamannya terhadap karakter orang lain.

Ketika membaca sebuah novel, biasanya pembaca akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan di dalamnya. Namun dalam kaitanya dalam keseluruhan cerita peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan secara terus menerus sehingga terasa mendominasi

atau beberapa kali dalam cerita, itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utamacerita (central character, main character) sedangkan yang kedua tokoh tambahan (peripheral character). Penokohan dalam novel Silence adalah sebagai berikut :

1. Sebastian Rodrigues adalah tokoh utama dalam novel Silence merupakan seorang pastor Portugis yang datang ke Jepang dengan sebuah misi. Tokoh Rodrigues digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih dan tokoh yang selalu melihat Kristus sebagai Imago Dei dalam setiap tindakannya.

2. Christovao Ferreira adalah seorang Misionaris Katolik dari Portugis yang telah melakukan misi di Jepang selama dua puluh tahun, dan dikabarkan telah murtad.

Ia pernah menjadi guru bagi Rodrigues pada waktu Rodrigues belajar Teologi di seminari.

3. Francisco Garrpe adalah sahabat Rodrigues dan juga menjadi siswa di seminari Campolide bersamanya. Garrpe ikut bersama Rodrigues ke Jepang untuk menjalankan misi mereka.Ia digambarkan sebagai seorang yang tegas, kuat pada pendiriannya dan berani.

4. Kichijiro adalah orang Jepang yang beragama Kristen yang membantu masuknya Rodrigues ke Jepang dan juga sebagai orang yang mengkhianati Rodrigues.

Kichijiro digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter berubah-ubah. Ia menampilkan berbagai karakter yang berlainan sehingga karakternya menjadi rumit.

5. Inoue adalah Gubernur Chigoku yang ditakuti oleh umat Kristen Jepang dan terkenal karena telah membuat murtad banyak paderi (pastor). Tokoh Inoue

digambarkan berwajah penuh pengertian, baik dan juga sabar, Namun sebenarnya ia adalah orang yang licik dan kejam. Dengan siasatnya yang licik, ia membuat para paderi murtad termasuk Rodrigues.

6. Mokichi dan Ichizou adalah para petani miskin dari desa Tomogi. Mereka adalah orang Jepang yang beragama Kristen dan yang telah membantu Rodrigues dan Garrpe untuk bersembunyi di desa mereka. Namun mereka mati sebagai martir saat berusaha menyelamatkan para pastor dari pengawal pemerintah Jepang.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:248). Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (1995:249) Sudut pandang adalah teknik yang digunakan pengarang untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Dengan teknik yang dipilihnya itu diharapkan pembaca dapat menerima dan menghayati gagasan-gagasannya.

Secara garis besar sudut pandang cerita dapat dibedakan kedalam dua macam yaitu orang pertama, gaya “aku” dan orang ketiga, gaya “dia”. Dalam pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama, “aku”, narrator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita.Ia adalah si “aku” yang berkisah, mengisahkan peritiwa dan tindakan, yang diketahui, yang dirasakan serta sikapnya terhadap orang lain kepada pembaca. Menurut Nurgiyantoro (1995:262) berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita, sudut pandang orang pertama dapat

1. “Aku” Tokoh Utama. Dalam sudut pandang ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubunganya dengan sesuatu ysng diluar dirinya. Si “aku”

menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi tokoh protagonist. Berbagai pengalaman kehidupan yang diceritakan tokoh “aku” akan berhubungan erat dengan pengalamn pembaca.

2. “Aku” Tokoh Tambahan. Dalam sudut pandang ini tokoh “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya . Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Dengan demikin si “aku” hanya tampil sebagai saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi orang lain. Si “aku” umumnnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

Berdasarkan uraian tersebut, sudut pandang yang dipakai dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama, “aku” tokoh tambahan. Tokoh Sebastian Rodrigues adalah tokoh cerita yang dibiarkan berkisah tentang pengalamannya sehingga menjadi tokoh utama. Sedangkan narrator menjadi si “aku” yang muncul dalam pembukaan dan penutup novel ini.

2.2.2. Unsur Ekstrensik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan lain-lain diluar unsur intrinsik. Unsur ekstrensik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi system organisme karya sastra.

Secara khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

Didalam unsur ekstrensik juga terdapat sejumlah unsur antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dengan kata lain, unsur biografi pengarang akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

Unsur-unsur ekstrinsik meliputi tradisi dan nilai-nilai, kondisi sosial kehidupan masyarakat, keyakinan dan pandangan hidup, suasana politik, lingkungan hidup, agama, dan lain-lain. Nilai ekstrensik pada karya fiksi tidak dapat dipisahkan dari kondisi masyarakat pada saat karya fiksi itu ditulis dan juga dipengaruhi oleh karakter penulisnya.

Untuk melakukan pendekatan terhadap uinsur ekstrinsik diperlukan bantuan ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.

2.3 Latar Novel Silence

Novel Silence merupakan salah satu hasil karya sastra fiksi.Novel ini ditulis oleh Shusaku Endo pada tahun 1966. Di dalam novel Silence memiliki latar tempat, waktu, dan sosial.

2.3.1 Latar Tempat

Di dalam cerita novel Silence terdapat latar tempat terjadinya cerita yang berbeda beda seperti yang dibawah ini :

1. Kapal Santa Isabella

Ini terlihat pada cuplikan kalimat “Di Kapal Santa Isabella ada ketiga misionaris yang setelah menerima berkat dari Uskup Joao Dasco, naik ke kapal.” (Hal. 34) 2. Macau

Ini terlihat pada suratyang ditulis Rodrigues yang menyatakan bahwa sebelum pergi ke Jepang, mereka singgah di kota Macau. Kota Macau merupakan basis berbagai operasi Portugis dan basis perdagangan antara Cina dan Jepang. (Hal.

36)

3. Pondok penyimpanan arang

Ini terlihat pada cuplikan kalimat “Orang-orang Kristen itu ingin menyembunyikan kami disana; di pondok penyimpanan arang.” (Hal. 60)

4. Desa Tomogi

Ini terlihat saat Rodrigues dan Garrpe tiba di Jepang yaitu pada cuplikan kalimat

“Desa ini desa nelayan bernama Tomogi, letaknya tidak terlalu jauh dari Nagasaki.” (Hal. 60)

5. Goto

Ini terlihat dari pembicaraan para pastor dengan orang Kristen di Tomogi, tentang kemungkinan para pastor pergi ke Goto. (Hal. 80)

6. Penjara di luar Nagasaki

Ini terlihat pada cuplikan kalimat “ Ketika dia dimasukkan ke penjara itu, tidak ada tawanan lain selain dirinya. Sepanjang hari dia duduk diam dan muram dalam kegelapan, mendengarkan suara para pengawal. Kadang-kadang para pengawal mengajaknya bicara sekedar untuk merintang-rintang waktu. Dari merekalah di tahu bahwa dia berada di luar Nagasaki, tetapi dia tidak tahu pasti posisi persisnya di sebelah mana pusat kita.” (Hal. 169)

7. Kuil Saishoji

Ini terlihat pada percakapan Ferreira dengan Rodrigues. Ferreira mengatakan bahwa ia telah tinggal di kuil Saishoji selama setahun. (Hal. 227)

8. Kantor Magistrat

Ini terlihat dari percakapan Rodrigues dengan penerjemah bahwa ia akan dibawa ke kantor magistrat untuk menyangkal imannya. Dan setelah menjadi murtad, Rodrigues sesekali pergi ke kantor magistrat. (Hal.276)

2.3.2 Latar Waktu

Setting waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, meliputi hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Di dalan novel Silence, latar waktu yang terdapat dalam cerita yang digambarkan pengarang adalah pada zaman Edo, abad ke 17 (tahun 1636-1646).

2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks seperti kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cari berpikir dan bersikap dan lain-lain.Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya atas, menengah, dan bawah.

Dalam novel Silence, pengarang menggambarkan latar sosial dari tokoh Rodrigues adalah kehidupan para nelayan dan petani miskin dan penyiksaan orang-orang Jepang yang beragama Kristen. Dalam novel ini di gambarkan melalui surat yg ditulis oleh Rodrigues bahwa mereka adalah petani miskin yang mengais-ngais kehidupan dengan menanam kentang dan gandum di ladang-ladang yang hanya sepetak. Mereka selalu berkerja dengan keras dan tak kenal lelah, akan tetapi pejabat memungut pajak sangat tinggi dari mereka. Serta para penguasa distrik mengarahkan segala cara untuk memburu orang-orang Kristen yang bersembunyi. Setiap hari para pejabat berkeliling menginspeksi setiap desa dengan seksama dan terkadang mereka menggebrek sebuah rumah secara mendadak.

2.4 Individuasi menurut C.G Jung

Carl Gustav Jung adalah seorang psikiater berkebangsaan Swiss, pendiri Sekolah Psikologi Analitis.Ia lahir tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, sebagai putra tunggal dari seorang pendeta Protestan. Nenek moyang ibunya banyak yang menjadi teolog. Nenek moyang ayahnya adalah seorang anggota Dewan Katolik di kota Mainz; kakeknya masuk

Protestan karena dipengaruhi oleh Friedrich Schleiermacher tahun 1813. Warisan religius ini yang mempengaruhi minatnya dengan persoalan-persoalan religius dalam karya Jung.

Individuasi adalah inti ajaran Jung. Individuasi adalah kemungkinan yang terdapat dalam manusia dan pada setiap orang dimana psike (jiwa) individual dapat mencapai perkembanganyang lengkap dan utuh. Dengan kata lain, individuasi adalah proses menjadi diri sendiri atau realisasi diri. Proses individuasi berpangkal dari keseluruhan psike, suatu organisme yang bagian-bagian individualnya dikoordinir oleh sistem yang saling melengkapi dan saling mengimbangi dan mengembangkan kematangan kepribadian. Jung menekankan pentingnya fungsi religius dari psike. Penekanan fungsi religius ini dapat membawa gangguan psikis, sedangkan perkembangan religius adalah satu komponen intergral (utuh) dari proses individuasi.

Namun harus diketahui bahwa tujuan individuasi bukanlah kesempurnaan moral

Namun harus diketahui bahwa tujuan individuasi bukanlah kesempurnaan moral

Dokumen terkait