• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti dengan jelas.

Menurut Sugiono (2009:29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Secara etimologis, deskripsi dan analisis berarti memguraikan. Penelitian ini mengunakan teori Nurgiyanto yaitu mengenai unsur instrinsik.

Sumber data dalam penelitian ini diambil dalam surah yang berkaitan dengan Kisah kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Al-Qur’an sebagai data primer dan data sekundernya adalah terjemahannya.

Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :

1. Mencari ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim di internet dengan membuka link:

• https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html

• http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-maryam-ayat-41-45.html

• http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-maryam-ayat-46-48.html

2. Memilih dan memilah data yang dikaitkan dengan unsur instrinsik.

3. Mengklasifikasikan data dan membuat urutan kisahnya serta menganalisisnya.

4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.

Penulisan terjemahan ayat Al-Quran dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia peneliti menggunakan Al-Quran dan terjemahan oleh Ibnu Katsir. Sedangkan dalam penulisan Arab-Latin Peneliti gunakan pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No.

0543/b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Sejauh ini peneliti menemukan, penelitian yang membahas unsur instrinsik yang pernah dilakukan oleh :

1. Dambudjai, J. Robin. 2018. Analisis Tema dan Amanat Dalam Novel

“Jangan Pergi, Lara” Oleh Mira Widjaja. Manado: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema novel tersebut adalah cinta orang tua terhadap anak-anak mereka dan perjuangan anak dalam masalah kehidupan. Tema dominan yang ditemukan pada novel berdasarkan klasifikasi adalah tingkat sosial dan egois. Pesan yang mendasari dalam novel ini tidak peduli betapa pun menyakiti Anda, tidak peduli seberapa tidak adilnya Anda diperlakukan oleh siapapun, Anda harus tetap kuat, mencintai, dan menghormati orang tua anda.

2. Anshori, A.M. Miftah dan Zuhairoh. 2019. Analisis Struktural Cerpen تاميلهأ Karya Kahlil Gibran. Malang : Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Kahlil Gibran dalam kegelisahannya terhadap bangsanya dan bangsa sekitar lingkungannya atas peperangan yang tiada henti, dia menuliskan kegelisahannya dalam suatu karya berbentuk cerpen yang berjudul تاميلهأ, penulisan menggunakan kajian analisis struktural yang terkandung dalam cerpen ini. Analisa struktural ini terkait dengan aspek intrisik dalam cerpen. Teori struktural ini telah ada sejak zaman Yunani,

Aristoteles telah mengenalkan strukturalisme dengan konsep wholeness, unit, complexity dan coherence. Dalam makalah ini penulis akan berpusat pada pembahasan analisa tentang tema, fakta cerita, sarana cerita dan hubungan antar unsur. Hal ini penting karena dengan menganalisa cerpen ini menggunakan pisau analisis struktural kita dapat mengetahui makna lain dari salah satu karya Kahlil Gibran ini,yang dalam hal ini adalah cerpen yang ditulis olehnya.

3. Rejeyanti. 2011. Analisis Pesan dan Peristiwa Kisah Nabi Nuh

‘Alaihissalam dalam Al-Qur’an. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangunan yang secara bersamaan membentuk sebuah totalitas karya sastra. Di samping unsur bahasa, masih banyak lagi unsur yang lainnya yang ikut serta dicermati dari sebuah karya sastra. Secara garis besar, unsur sastra dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

instrinsik dan ekstrinsik. Dalam kisah ini tokoh yang mempunyai peran utama adalah Nabi Nuh a.s. Dimana Allah mengutus Nabi Nuh.a.s sebagai rasul dan telah dijelaskan di dalam 22 ayat dengan surah yang berbeda.

Dalam penulisan ini teori yang digunakan adalah teori Nurgiyantoro dalam buku Pengkajian fiksi (1980), dan Luxembrug dkk (1992) dalam buku Pengantar Ilmu Sastra kemudian diuraikan secara deskriptif. Setelah dicermati bahwa ayat-ayat yang memuat kisah Nabi Nuh a.s ditemukan pada 8 surat dan 33 ayat sebagai berikut: Al-‘Araf 7:59 ,61 ,64. Hūd 11:

25,26,27,30, 32, 36, 37, 38, 39, 49, 41, 42, 44. Al-Mu’mminun 23: 23, 24, 26, 27, 28, 29. Al-Furqan 25: 37. Asy-Syu’ara 26: 115. Al-Ankabut 28:

14. Ash-Shaffat 37: 78. Nuh 71:1, 2, 5, 7, 10, 21, 23. Selain itu Nama Nabi Nuh terdapat di dalam Qur’an sebanyak 43 surah diantaranya Al-Imran, An-Nisaa’, Al-An’aam, Al-A’raaf, At-Taubah, Yuunus, Hūd, Ibrahim, Isra’, Maryam, Anbiyaa’, Hajj, Mu’minun, Al-Furgaan, Asy-Syua’raa, Al-Ankabut, Al-Ahzab, Ash-Shafaat, Shaad, Ghafiir, Qaaf, Adz-Dariyaat, An-Najm, Al-Qamar, Al-Hadiid, At-Tahriim, Nuh.

Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang membedakan adalah peneliti terdahulu menganalisis Struktural Kisah Nabi Yusuf Dalam Al-Qur’an.

Sedangkan penelitian ini menganalisis unsur instrinsik pada kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Al-Qur’an.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sastra

Pengertian Sastra berdasarkan etimologi merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang sepontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie:

2000:6). Karya sastra merupakan media untuk mengungkapkan pikiran-pikiran pengarang. Karya sastra bersifat imajinatif, estetik dan menyenangkan pembaca.

Hal ini sejalan dengan pendapat Damono (1984:1), bahwa karya sastra diciptakan pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan.Karya sastra memiliki manfaat bagi pembacanya.

Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangunan yang secara bersamaan menbentulkan sebuah totolitas karya sastra tersebut, disamping unsur bahasa. Masih banyak lagi unsur yang lain. Secara garis besar, unsur sastra

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : intrinsik dan ekstrinsik (Nurgiyanto:

1995:23).

Abd Al-Aziz Bin Muhammad Al-Faishal dalam Muzakki (2006:32) memberikan definisi sastra sebagai berikut :

بدلأا pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela.

بدلأا/al-adabu/ yang dalam bahasa Arab, sastra dikenal dengan istilah artinya bervariatif sesuai dengan masanya. Seperti yang dikemukakan oleh Wahba dalam Sutiasumarga (1984:34-36) pada zaman permulaan Islam, adab berarti قلخلا/al-khūlqu/ (budi- pekerti).بيذهتلا/at-tahzību/ (pendidikan, pengajaran) dan ميلعتلا/at-ta’līmu/. Pada zaman Bani Umayyah kata adab mempunyai arti (pengajaran) sedangkan pada zaman Bani Abbasyiah adab diartikan sebagai بيذهتلا

و ميلعتلا

اعم /at-tahzību wa at-ta’līmu ma’an/ (pendidikan sekaligus pengajaran).

2.2.2 Unsur Instrinsik

Unsur Intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Pada novel unsur intrinsik itu berupa, tema, plot, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat (Nurgiyantoro, 2009:

23). Berikut ulasan unsur-unsur intrinsik sebagai berikut : 2.2.2.1 Tema

Menurut kamus bahasa arab al-munawwir (1997:1304) adalah عوضوملا/al-maudū'u/. Tema adalah gagasan dasar umum yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan setia mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, peralatan, dan penyudut pandangan diusahakan mencerminkan gagsan dasar umum tersebut (Nurgiyantoro, 1995:70).

Brooks dan Warren dalam Tarigan (2000:125), menyatakan bahwa “Tema adalah dasar atau makna suatu cerita. Sedangkan Brooks, Warren, Purser dalam buku lain menyatakan bahwa “Tema adalah pandangan hidup yang tertentu serta perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang berbentuk atau membangun dasar serta gagasan utama dari karya sastra” (Brooks 1952:820). Sudjiman (1987:50-51) menyatakan tema dapat dinyatakan secara eksplisit (langsung), secara simbolik, dan juga dapat diungkap melalui dialog para tokoh. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema.Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah pondasinya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan.

Contoh pada kajian terdahulu dari A.M. Miftah Anshori dan Zuhairoh yaitu Analisis Struktural Cerpen تاميلهأ/mat ahlib/keluargaku mati Karya Kahlil Gibran bahwa tema yang terkandung dalam cerpen تاميلهأ ini adalah penderitaan, tercermin dari isi cerpen yang keseluruhannya menceritakan tentang

penduduk sebuah negara yang menderita karena krisis ekonomi yang dialami oleh negara tersebut.

2.2.2.2 Plot

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:232) adalah ةكبحلا/al-habkatu/. Elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita atau alur. Plot merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya jalinan peristiwa secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009: 112).

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2009:113) juga berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat. Pengembangan plot dalam cerita didasarkan pada peristiwa, konflik, dan klimaks.

2.2.2.2.1 Peristiwa

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:242) adalah ةثداحلا/al-hādisatu/. Luxemburg dkk (dalam Nurgiyantoro, 2009:117) peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian itu, kita dapat membedakan kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Misalnya, antara kalimat-kalimat yang mendeskripsikan tindakan tokoh dengan yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tokoh. Contoh peristiwa yang terdapat pada kajian terdahulu yaitu pada Q.S

/Fa ajā`ahal-makhāḍu ilā jiż'in-nakhlah, qālat yā laitanī mittu qabla hāżā wa kuntu nas-yam mansiyyā/. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai,

alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan (Q.S Maryam 19: 23).

Peristiwa yang terdapat pada ayat diatas adalah Maryam merasa sakit saat akan melahirkan.

2.2.2.2.2 Konflik

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:1407) adalah عازن/nazaa’/.

Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi-aksi balasan. Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro 1998:122) satu sama lain tidak menyesuaikan kehendak, usaha dan maksud-maksudnya. Konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Konflik (conflict) adalah kejadian yang tergolong penting merupakan unsur esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi oleh wujud dan isi konflik, bangunan konflik yang ditampilkan. Contoh konflik pada kajian terdahulu terdapat pada Q.S Al-A’raf 7:

80-81 yaitu ketika malaikat bertamu kerumah Luth dan menjelma sebagai lelaki aḥadim minal-'ālamīn (80) Innakum lata`tụnar-rijāla syahwatam min dụnin-nisā`, bal antum qaumum musrifụn (81)/. Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang

belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? (80) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas (81).

2.2.2.2.3 Klimaks

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:444) adalah ةورذ /żirwatun/.

Klimaks menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1965:16), adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Contoh klimaks pada kajian terdahulu terdapat pada Q.S An-Nisa 4: 157-158 berbunyi : illattibā'aẓ-ẓanni wa mā qatalụhu yaqīnā (157) Bal rafa'ahullāhu ilaīh, wa kānallāhu 'azīzan ḥakīmā (158)/. Dan karena ucapan mereka:

"Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang

dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa (157) Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (158).

Adapun klimaks pada ayat diatas adalah ketika orang-orang romawi akan membunuh Nabi Isa a.s. dan Allah menyelamatkan nabi Isa a.s. dengan diangkat ke langit.

2.2.2.3 Penokohan

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997: 33) adalah فيصوتلا /altauṣiif/. Stanton dalam Nurgiyantoro (1965: 17) penokohan adalah pelukisan watak seseorang yang ditampilkan dalam cerita seperti sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut.

Dengan demikian karakter berarti perilaku cerita dan dapat diartikan sebagai perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu tidak jarang langsung mengisyaratkan kepada perwatakan yang dimilikinya. Hal itu terjadi pada tokoh-tokoh cerita yang telah menjadi milik masyarakat, seperti Datuk Meringgih dengan sifat jahatnya dan lain-lain, (Nurgiyantoro, 1995:165).

Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya yang meliputi sifat ,sikap, tingkah laku, pandangan hidup, keyakinan, adat istiadat, dan lain sebagainya (Suharianto, 1982:31).

Beberapa contoh yang terdapat pada kajian terdahulu dalam cerpen تاميلهأ ini ada 5 tokoh yang ditampilkan, yaitu :

1. Aku : Protagonis, ditunjukkan dari kegelisahannya dan ketakutannya atas penderitaan yang menimpa bangsa yang ada di lingkungannya. Dari aspek psikologis diketahui tokoh aku berwatak memiliki idealisme dalam hidup.

2. Bangsa atau Umat : Protagonis, diceritakan mereka yang terkena penderitaan tokoh utama (aku).

3. Pemimpin atau penguasa : Antagonis, diceritakan oleh tokoh (aku) bahwa pemimpin yang mendambakan perdamaian, namun, menyebabkan penderitaan bagi bangsa dan umat.

4. Kalian : penggambaran tokoh kalian ditunjukkan pada bangsa dan umat.

2.2.2.4 Latar

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:363) adalah ةيفلخ/khalfiiyah/. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) latar (setting) disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Berdasarkan pengertian tersebut latar dapat disimpulkan sebagai pelukisan tempat, waktu, dan suasana pada suatu peristiwa yang ada di cerita fiksi. Menurut Sudjiman (1987:44) mengatakan latar segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Sedangkan, Hudson (dalam Sudjiman 1987:44) membedakan latar sosial dan latar fisik/material. Latar sosial mencakup keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar dan fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bagunan, daerah, dan sebagainya.

2.2.2.4.1 Latar Tempat

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:1339) adalah دهشم ةيفلخلا/masyhad al-khalfiiyah/. Latar tempat adalah suatu unsur latar yang mengarah pada lokasi dan menjelaskan dimana peristiwa itu terjadi. Contoh latar tempat pada kajian terdahulu terpadat pada Q.S Maryam 19: 16-18 yaitu:

ْرُكْذا َو

/Ważkur fil-kitābi maryam, iżintabażat min ahlihā makānan syarqiyyā (16) Fattakhażat min dụnihim ḥijābā, fa arsalnā ilaihā rụḥanā fa tamaṡṡala lahā basyaran sawiyyā (17) Qālat innī a'ụżu bir-raḥmāni mingka ing kunta taqiyyā (18)/ Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (16) Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna (17) Maryam berkata:

"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa (18).

Adapun latar tempat pada ayat diatas ditunjukkan pada Q.S Maryam ayat 16 berbunyi اًّيِق ْرَش اًناَكَماَهِلْهَأ ْنِم ْتَذَبَتْنا/iżintabażat min ahlihā makānan syarqiyyā/ ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Yakni Maryam memisahkan diri dari mereka, menjauhi mereka, dan pergi ke arah timur Baitul Maqdis.

2.2.2.4.2 Latar Waktu

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:810) adalah تقولاطبض/ḍubiṭ al-waqat/. Latar waktu merupakan unsur latar yang mengarah pada kapan terjadinya suatu peristiwa-peristiwa di dalam sebuah cerita fiksi (Nurgiyantoro, 2009:230). Waktu dalam latar dapat berupa masa terjadinya peristiwa tersebut dikisahkan, waktu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya. Contoh latar waktu pada kajian terdahulu dalam cerpen تاميلهأ yaitu tahun 1915-1918 (terjadinya perang dunia pertama).

2.2.2.4.3 Latar Sosial

Menurut kamus bahasa arab al-munawir (1997:1569) adalah عضولا يعامتجلّا/al-waḍi’ul ijtimaa‘i/. Latar sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial masyarakat yang meliputi masalah-masalah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat tersebut. Latar sosial dapat berupa kebiasan-kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, cara berpikir, dan lain sebagainya (Nurgiyantoro, 2009:233). Penggunaan bahasa dan nama-nama tokoh juga dapat diidentifikasi menjadi latar sosial. Contoh latar sosial pada kajian terdahulu terdapat pada Q.S Ali Imran 3:33-37 yaitu Keluarga Imran merupakan keluarga yang paling dimuliakan oleh Allah SWT di antara kaumnya, Bani Israil. Kemuliaan ini salah satunya tercermin, bahwa namanya diabadikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an dengan nama Ali Imran.

/Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) (33). (Sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (34).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan hasil yang peneliti peroleh berupa data-data dari Al-Qur’an Ibnu Katsir berjumlah 19 surah terdiri dari 142 ayat. Adapun surah-surah dan ayatnya yang didapat tentang kisah nabi Ibrahim a.s. sesuai urutan surah adalah sebagai berikut :

1. Q.S (2) Al-Baqarah: 12 ayat yaitu 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 135, 258, 260.

2. Q.S (3) Ali Imran: 2 ayat yaitu: 67, 68.

3. Q.S (6) Al-An’am: 9 ayat yaitu: 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 161.

4. Q.S (9) At-Taubah: 1 ayat 114.

5. Q.S (11) Hud: 3 ayat yaitu: 69, 70,71.

6. Q.S (14) Ibrahim: 3 ayat yaitu: 35, 36, 37.

7. Q.S (15) Al-Hijr: 6 ayat yaitu: 51, 52, 53, 54, 55, 56.

8. Q.S (16) An-Nahl : 4 ayat yaitu: 120, 121, 122, 123.

9. Q.S (19) Maryam : 9 ayat yaitu: 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49.

10. Q.S (21) Al-Anbiya’: 22 ayat yaitu:51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72.

11. Q.S (22) Al-Hajj : 1 ayat yaitu : 26.

12. Q.S (26) Asy-Syu’ara : 15 ayat yaitu: 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 86.

13. Q.S (29) Al-Ankabut : 4 ayat 16, 24, 25, 27.

14. Q.S (37) Ash-Shaffat : 30 ayat yaitu: 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112.

15. Q.S (43) Az-Zukhruf : 4 ayat yaitu: 26, 27.

16. Q.S (51) Adz-Dzariyat : 11 ayat yaitu: 24, 25, 26, 27, 28, 29,30, 31, 32, 33, 34.

17. Q.S (60) Al-Mumtahanah : 2 ayat yaitu: 4, 5.

Berikutnya unsur-unsur instrinsik kisah Nabi Ibrahim a.s. yang terdiri dari :

1. Tema: 18 Surah terdiri dari 139 Ayat :

• Q.S Al-Baqarah ayat 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 135, 258, 260.

• Q.S Ali Imran ayat 67, 68.

• Q.S Al-An’am ayat 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 161.

• Q.S At-Taubah ayat 114.

• Q.S Hud ayat 69, 70, 71.

• Q.S Ibrahim ayat 35, 36, 37.

• Q.S Al-Hijr 51, 52, 53, 54, 55, 56.

• Q.S An-Nahl ayat 120, 121, 122, 123.

• Q.S Maryam ayat 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47. 48, 49.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72.

• Q.S Al-Hajj ayat 26.

• Q.S Asy-Syu’ara ayat 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83-89.

• Q.S Al-Ankabut ayat 16, 24, 25, 27.

• Q.S Ash-Shaffat ayat 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112.

• Q.S Az-Zukhruf ayat 26, 27.

• Q.S Adz-Dzariyat ayat 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34.

• Q.S Al-Mumtahanah ayat 4, 5.

2. Plot dimulai dari :

• Q.S (19) Maryam ayat 41 dan Q.S (26) Asy-Syu’ara ayat 69. Q.S (51) Adz-dzariyat ayat 24.

• Q.S (19) Maryam ayat 42-48 dan Q.S (6) Al-An’am ayat 80-81.

• Q.S Al-Baqarah (131), Q.S (21) Al-Anbiya’ ayat 52-68, Q.S Asy-Syu’ara (26) ayat 70-82, dan Q.S (37) Ash-Shaffat ayat 85.

• Q.S (26) Asy-Syu’ara ayat 70-82 dan Q.S (37) Ash-Shaffat ayat 85-99.

• Q.S (26) Asy-Syu’ara ayat 83-89.

Plot terdiri dari : Peristiwa, Konflik, dan Klimaks, urutannya sebagai berikut :

a. Peristiwa : 10 Surat terdiri dari 24 Ayat

• Q.S Al-Baqarah ayat 124, 125, 126, 127, 128, 258, 260.

• Q.S Al-An’am ayat 75, 76, 77, 161.

• Q.S Hud ayat 69, 70, 71.

• Q.S Ibrahim ayat 35, 36, 37.

• Q.S Al-Hijr ayat 51, 52, 53.

• Q.S Maryam ayat 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,48.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 72.

• Q.S Al-Hajj ayat 26.

• Q.S Ash-Shaffat ayat 100, 101, 102, 103, 112.

• Q.S Adz-Dzariyat ayat 24, 25, 26, 27, 28, 29.

b. Konflik : 4 Surat Terdiri dari 32 Ayat

• Q.S Al-An’am ayat 74, 80, 81.

• Q.S Maryam ayat 46.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67.

• Q.S. Ash-Shaffat ayat 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95.

c. Klimaks : 14 Surat Terdiri dari 55 Ayat

• Q.S Al-Baqarah ayat 129, 130, 131, 132.

• Q.S Ali Imran ayat 67, 68.

• Q.S Al-An’am ayat 78, 79.

• Q.S At-Taubah ayat 114.

• Q.S Al-Hijr ayat 54, 55, 56..

• Q.S Maryam ayat 47, 48, 49.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 69, 70, 71.

• Q.S Asy-Syu’ara ayat 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82.

• Q.S Al-Ankabut ayat 16, 24, 25.

• Q.S Ash-Shaffat ayat 96, 97, 98, 99, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111.

• Q.S Az-Zukhruf ayat 26, 27.

• Q.S Adz-Dzariyat ayat 30, 31, 32, 33, 34.

3. Penokohan 7 Surat Terdiri dari 7 Ayat

• Q.S Q.S Al-Baqarah ayat 258.

• Q.S Ali Imran ayat 67.

• Q.S Al-An’am ayat 163.

• Q.S At-Taubah ayat 114.

• Q.S Maryam ayat 45.

• Q.S Ash-Shaffat ayat 101.

• Q.S An-Najm ayat 37.

4. Latar Terdiri dari :

a. Latar Tempat : 5 Surat Terdiri dari 8 Ayat

• Q.S Ali Imran ayat 96.

• Q.S Ibrahim ayat 35.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 71.

• Q.S Al-Hajj ayat 26.

• Q.S Al-Ankabut ayat 26

b. Latar Waktu :1 Surah Terdiri dari 1 Ayat

• Q.S Al-An’am ayat 76.

c. Latar Sosial : 2 Surah Terdiri dari 3 Ayat

• Q.S Hud ayat 69.

• Q.S Al-Anbiya’ ayat 52, 53.

3.2 Pembahasan

Seperti yang telah dituliskan pada hasil bahwasanya surah-surah dan ayatnya yang didapat tentang kisah nabi Ibrahim a.s. sesuai urutan urutan surah peneliti mendapatinya dimulai dari surah Baqarah hingga surah Al-Mumtahanah yang bertujuan untuk memudahkan peneliti mengurutkan berdasarkan awal surah. Berikut unsur-unsur instrinsik dalam kisah Nabi Ibrahima.s. yaitu :

1. Tema

2. Plot : Peristiwa, Konflik, Klimaks, dan Penokohan.

3. Latar: Tempat, Waktu, dan Sosial.

3.2.1 Tema

Peneliti menemukan 13 tema pada kisah nabi Ibrahim a.s. terdapat pada 18 surah terdiri dari 139 ayat. Berikut uraiannya :

3.2.1.1 Kepeduliannya Ibrahim Kepada Bapaknya Azar

Tema ini terdiri dari 10 ayat dalam 4 surah yaitu Q.S (6) Al-An’am: 74, Q.S (9) At-Taubah: 114, dan Q.S (19) Maryam : 42-48, dan Q.S (26) Asy-Syu’ara: 86 sebagai berikut :

1. Q.S Al-An’am 6:74

ٍنۡیِبُّم ٍلٰلَض ۡیِف َکَم ۡوَق َو َکى ٰرَا ۡۤۡیِ نِا ۚ ًۃَہِلٰا اًماَن ۡصَا ُذ ِخَّتَتَا َرَزٰا ِہۡیِبَ ِلِ ُمۡیِہ ٰرۡبِا َلاَق ۡذِا َو /Wa-idz qaala ibraahiimu abiihi aazara atattakhidzu ashnaaman aalihatan innii araaka waqaumaka fii dhalalin mubiinin/ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”

Adapun yang menunjukkan tema pada Q.S Al-An’am 6:74 terletak pada kalimat ٍنۡیِبُّم ٍلٰلَض ۡیِف َکَم ۡوَق َو َکى ٰرَا ۡۤۡیِ نِا/innii araaka waqaumaka fii dhalalin mubiinin/

Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”

Hal ini diperkuat oleh penjelasan Ibnu Katsir (2016: 21) َکَم ۡوَق َو َکى ٰرَا/innii araaka waqaumaka/Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu. Yakni orang-orang yang mengikuti jejak langkahmu ٍنۡیِبُّم ٍلٰلَض ۡیِف /fii dhalalin mubiinin/

dalam kesesatan yang nyata. Maksudnya sesat jalan, tidak mengetahui petunjuk jalan yang ditempuhnya, bahkan dalam keadaan kebingungan dan kebodohan.

Dengan kata lain, kalian berada dalam keadaan bodoh dan dalam kesesatan yang nyata bagi penilaian orang yang mempunyai akal sehat.

2. Q.S At-Taubah 9:114

َّنِا ؕ ُه ۡنِم َاَّرَبَت ِ ه ِلِّل ٌّوُدَع ٗهَّنَا ۡۤٗهَل َنَّیَبَت اَّمَلَف ۚ ُهاَّيِا ۡۤاَهَدَع َّو ٍةَدِع ۡوَّم ۡنَع َّلِِا ِهۡیِبَ ِلِ َمۡیِه ٰرۡبِا ُراَفۡغِت ۡسا َناَك اَم َو ٌمۡیِلَح ٌها َّوَ َلِ َمۡیِه ٰرۡبِا

/Wa maa kaanas tighfaaru ibraahiima li abiihi illaa 'ammaw 'idatinw wa 'adahaaa iyyaahu falammaa tabaiyana lahuuu annahuu 'aduwwul lillaahi tabarra a minh; inna Ibraahiima la awwaahum haliim/ Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain

/Wa maa kaanas tighfaaru ibraahiima li abiihi illaa 'ammaw 'idatinw wa 'adahaaa iyyaahu falammaa tabaiyana lahuuu annahuu 'aduwwul lillaahi tabarra a minh; inna Ibraahiima la awwaahum haliim/ Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain

Dokumen terkait