• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Tindakan

Desain penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dan guru. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kelas, maka masalah yang diteliti adalah masalah yang muncul di kelas. Proses pengkajian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Namun sebelum memasuki siklus I peneliti menggunakan tahap observasi awal, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum menggunakan strategi yang direncanakan. Berikut adalah gambaran penelitian yang ditempuh peneliti.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 5 Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (Mukhlis 2000;3). Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meniliti di kalangan guru. (Mukhlis,2000:5)

Instrumen Penelitian

Lembar kegiatan siswa digunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. Tes formatif, yang disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep bahasa Inggris. Tes formatif diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan adalah esai dengan jumlah soal 10 butir. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru dan tes formatif. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklus nya dilakukan dengan memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk menilai ulangan atau tes formatif dengan melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif. Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2013, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data awal didapatkan dari observasi awal yang dilakukan peneliti Nilai rata-rata kelas yang didapat dari guru pada hasil pembelajaran membaca pemahaman

adalah 60,29. Nilai tersebut didapat dari pembelajaran membaca pemahaman dengan media bacaan berbahasa Inggris bertema lingkungan dengan metode membaca bergantian. Yaitu metode membaca secara bergantian dari siswa yang satu ke siswa yang lain, setelah itu mencari dan mengartikan kata-kata sukar, diberi soal yang berkaitan dengan bacaan sebanyak 10 butir soal yang terdiri soal pilihan ganda dengan bobot tiap soal 10 jadi jika seluruh jawaban benar maka nilai akhirnya adalah 100.

Setelah tes dilakukan diperoleh nilai yang berkriteria kurang mencapai 26,4%, berkriteria cukup mencapai 52,9% dan yang berkriteria baik hanya 20,5%. Dengan rincian 27 siswa belum mengalami ketuntasan dan 7 siswa telah melewati batas ketuntasan, karena KKM (Ketuntasan Belajar Mengajar) yang dipakai guru adalah ≥ 70, jadi nilai telah mencapai ketuntasan, sedangkan nilai < 70 belum mencapai batas ketuntasan. Menurut guru kelas, anggapan siswa bahwa pelajaran bahasa Inggris yang sulit dan membosankan telah memberikan ketakutan tersendiri bagi siswa, sehingga memberi dampak negatif pada proses pembelajarannya, seperti cepat merasa jenuh, tidak memperhatikan guru, berbicara sendiri bahkan ada yang mengganggu teman di sampingnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1. Tabel Nilai Kondisi Awal

No. Rentang Nilai Kategori Frekuensi Bobot % Rata-rata

1 85-100 Sempurna - - - - 2 70-84 Baik 7 520 20,5 74,2 3 55-69 Cukup 18 1080 52,9 60 4 40-54 Kurang 9 450 26,4 50 5 0-39 Gagal - - - - Rata-rata Kelas 60,29 Siklus 1

Tabel 2. Hasil Tes Siklus I

Maksimal Jumlah Skor Jumlah Siswa

Ideal Tercapai Tuntas Tidak tuntas % Ketuntasan

3400 2434 75,29 26 8 76,47

Tes siklus I dilaksanakan pada 34 siswa yang terdiri dari 17 siswa dan 17 siswi. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,29. Berasal dari hasil tes siklus I dengan jumlah soal 10 butir yang memiliki bobot 10 pada tiap butirnya. Hasilnya terdiri dari tiga kelas interval yang berkriteria cukup, baik dan sempurna. Kriteria cukup ada 23,5 %, berkriteria baik ada 58,8 % dan berkriteria sempurna ada 17,6%. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang dipakai guru adalah ≥ 70, sedangkan nilai < 70 belum mencapai batas ketuntasan. Jadi persen ketuntasan yang diperoleh adalah 76,47% dengan rincian 26 siswa mengalami ketuntasan dan 8 siswa yang masih di bawah standar ketuntasan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pada tahap refleksi, diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: dapat diketahui ketertarikan siswa terhadap pembelajaran membaca

pemahaman pada siklus I masih kurang optimal, ini ditunjukkan pada jumlah siswa yang memperhatikan dengan seksama baru 58,8% saja. Hal ini dikarenakan guru belum pernah memberikan pembelajaran dengan strategi DRTA sehingga siswa masih perlu beradaptasi dengan model pembelajaran seperti ini.

Siklus 2

Tabel 3. Hasil Tes Siklus II Maksimal Jumlah Skor Jumlah Siswa

Ideal Tercapai Tuntas Tidak tuntas % Ketuntasan

3400 2734 80,41 32 2 94,12

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata rata pemahaman membaca adalah 80,41% dan ketuntasan belajar mencapai 94,12% atau ada 32 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasilnya terdiri dari tiga kelas interval yang berkriteria cukup, baik dan sempurna. Kriteria cukup ada 5,8%, berkriteria baik ada 38,2% dan berkriteria sempurna ada 55,8%. SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Mengajar) yang dipakai adalah ≥ 70, sedangkan nilai < 70 belum mencapai batas ketuntasan. Jadi persen ketuntasan yang diperoleh adalah 94,12% dengan rincian 32 siswa mengalami ketuntasan dan 2 siswa yang masih di bawah standar ketuntasan.

Refleksi, pada tahap ini dapat diketahui ketertarikan siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman pada siklus II semakin meningkat, ini ditunjukkan pada jumlah siswa yang memperhatikan dengan baik 73,5% saja. Hal ini dikarenakan guru bekerja keras pada tahap memprediksi gambar, diberikan waktu yang lebih panjang.

PEMBAHASAN

Nilai keterampilan membaca pemahaman setelah menggunakan strategi DRTA mengalami peningkatan, baik pada rata-rata nilai maupun persen ketuntasannya. Pada siklus I nilai keterampilan membaca pemahaman meningkat dari rata-rata 60,29 menjadi 75,29 atau mengalami peningkatan sebesar 15,00. Pada siklus II keterampilan membaca pemahaman juga meningkat menjadi 86,47 atau mengalami peningkatan sebesar 11,18 dari siklus I. Secara keseluruhan peningkatan keterampilan membaca pemahaman sebesar 22,21. Sedangkan pada ketuntasan disimpulkan telah mengalami peningkatan dari 20,59% menjadi 76,47% atau mengalami peningkatan sebesar 55,88%. Pada siklus II ketuntasan juga mengalami peningkatan menjadi 94,12% atau sebesar 17,65% dari siklus I. Dan secara keseluruhan ketuntasan sebesar 73,53%.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil simpulan bahwa dengan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) kemampuan membaca pemahaman siswa pada bacaan berbahasa Inggris menjadi meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan melihat adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siklus I dari rata-rata 60,29 menjadi 75,29 atau mengalami peningkatan sebesar 15,00. Pada siklus II keterampilan membaca pemahaman

juga meningkat menjadi 86,47 atau mengalami peningkatan sebesar 11,18 dari siklus I. Secara keseluruhan peningkatan keterampilan membaca pemahaman sebesar 22,21. Penerapan pembelajaran dengan strategi DRTA mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pemahaman membaca siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pemahaman membaca bacaan bahasa Inggris. Pembelajaran dengan strategi DRTA memiliki dampak positif terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa hal ini ditunjukkan dimana siswa mampu membaca teks bahasa Inggris.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris di kelas hendaknya memanfaatkan strategi dan media pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar menjadi lebih asik dan menyenangkan sehingga materi akan bisa tersampaikan dengan hasil yang optimal serta dapat mengurangi rasa kejenuhan atau kebosanan, karena pembelajaran Bahasa Inggris biasanya identik dengan pelajaran yang membosankan. Hendaknya guru tidak hanya dapat memanfaatkan media pembelajaran tapi guru juga diharapkan untuk bisa memproduksi sendiri media pembelajaran yang menarik sebagai penunjang dalam proses pembelajaran di kelas. Diharapkan guru bisa menjadi lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang asik dan menyenangkan sehingga siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas juga akan bisa menjadi lebih menikmati dan lebih bersemangat lagi. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adili, Ode 2002. Lomba Kreativitas Guru tingkat Nasional 2002, Metode STAD Pembelajaran Membaca Pemahaman. http//www.republika.co.id

Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Sebuah Pendekatan Evaluatif). Jakarta : Rainggrisli

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Azies, Furqanul. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif, Teori dan Praktek.

Bandung: Tarsito

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB Bandung.

Hadjasujana. Akhmad Slamet dan Yeti Mulyani. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.

PEMANFAATAN GEOGEBRA BERBASIS ANDROID UNTUK