• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Indo Saka Hidayani

Aktivitas Siswa per Indikator

TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Indo Saka Hidayani

Guru SMKN 2 Samarinda `ABSTRAK

Penelitian yang dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai dari bulan April hingga Juli 2015 di SMKN 1 Samarinda ini berfokus pada (1) jenis pertanyaan kognitif, (2) bentuk pertanyaan kognitif, (3) fungsi pertanyaan kognitif Jenis penelitian ini aalah deskriptif kualitatif dengan sumber data rekaman pertanyaan siswa yang dimulai dari bulan April hingga bukan Mei 2015. Korpus data berupa pertanyaan-pertanyaan kognitif siswa yang terdapat pada rekaman. Proses pngumpulan data melalui tahapan perekaman, pentranskipsian, pemilahan, dan pemilihan sehingga mampu menghasilkan deskripsi pada fokus yang telah diajukan. Instrumen penelitian ini terdiri atas peneliti, dan lembar catatan hasil penelitian. Alat rekam dan catat diposisikan sebagai alat bantu pengumpulan data. Pengumpulan data menggunakan metodeobservasi, simak, sadap dan catat. Penganalisisan data penelitian menggunakan metode agih dengan teknik ganti, lesap, perluas, dan sisip. Ada tiga tahap penelitain, yaitu (1) reduksi data, (2)penyajian data sesuai fokus, (3) Dari hasil penganalisisan data pertanyaan kognitif siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas unggulan SMKN 1 Samarinda (a). pertanyaan ingatan, (b) pertanyaan pemahaman, (c) pertanyaan penerapan, (d) pertanyaan analisis, (e) pertanyaan evaluasi, dan (f) pertanyaan kreasi. Bentuk pertanyaan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia yaitu (a) bentuk pertanyaan berupa kalimat tanya, (b) bentuk pertanyaan menggunakan kata apa(kah), (c) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata bukan(kah) dan harus(kah), (d) bentuk pertanyaan menggunakan kata apa (yang), (e) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata siapa, (f) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata mengapa (g) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata bagaimana, (i) bentuk pertanyaan yang menggunakan partikel, (-kan), (j) bentuk pertanyaan yang menggunakan partikel (-kah), (k) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata mana, (l) bentuk pertanyaan yang menggunakan kata kapan, (m) bentuk pertanyaan yang menggunakan questiom taq, (n) bentuk pertanyaan yang menggunakan kalimat deklaratif, yang bertujuan meminta jawaban, (o) bentuk pertanyaan yang menggunakan partikel masak, dan (p)bentuk pertanyaan yang menggunakana partikel kok. 3) fungsi pertanyaan kognitif siswa pada pembelajaran bahasa indonesia mempunyai fungsi: (a) fungsi permintaan heuristik,(b) fungsi representasional, (c) fungsi personal, dan (d) fungsi regulasi, (e) fungsi instrumental dan (f) fungsi imajinatif.

Kata Kunci: Pertanyaan kognitif siswa, Jenis pertanyaan kognitif, bentuk pertanyaan kognitif

PENDAHULUAN

Belajar merupakan interaksi akademis antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Dalam interaksi tersebut, seorang guru dituntut kesabaran, keuletan, sikap terbuka, dan kemampuan menciptakan situasi belajar-mengajar yang lebih aktif. Pada sisi lain siswa dituntut untuk selalu memiliki semangat, motivasi, dan kreativitasnya dalam belajar. Belajar juga mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk perubahan perilaku (Hamalik, 2010: 45). Belajar seharusnya menjadi aktivitas yang dapat mengubah perilaku seseorang dari yang kurang baik menjadi baik.

Hal tersebut sejalan dengan salah satu fungsi belajar bahasa membuat perilaku kita meningkat ke arah yang lebih baik. Bahasa dapat menjadi penghubung antar satu pihak ke pihak lainnya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika berkomunikasi dengan orang lain, diperlukan keterampilan dalam berbahasa baik secara aktif maupun pasif.

Dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran bahasa, guru dan siswa terlibat dalam suatu interaksi, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Interaksi tersebut bersifat edukatif yang berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak untuk mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak untuk mengembangkan potensi sepenuhnya yang sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Salah satu wujud interaksi verbal itu adalah interaksi sebagai akibat pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa ataupun sebaliknya.

Bertanya merupakan cara efektif yang dapat mengembangkan kemampuan dalam hal berkomunikasi dengan orang lain. Bertanya menunjukkan adanya usaha siswa untuk mendapatkan masukan yang lebih memadai. Oleh karena itu, suatu pengajaran di dalam kelas tidak dapat dikatakan komunikatif tanpa adanya kesempatan dan kemampuan siswa dalam bertanya tentang aspek yang sedang dipelajarinya di kelas. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, kemampuan bertanya adalah salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan oleh siswa maupun guru.

Diantara model-model pembelajaran inovatif adalah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam CTL, siswa diberikan kesempatan untuk menghubungkan kegiatan pembelajaran yang dialami dengan dengan konteks kehidupan sesungguhnya. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL adalah (1) konstruktivisme, (2) menemukan, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan; (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis konstektual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Metode bertanya (tanya-jawab) adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan,

baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.

Bertanya merupakan bagian penting dalam belajar. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa merupakan indikator bahwa siswa sudah mulai belajar. Tanpa pertanyaan, siswa dapat dikatakan belum belajar. Jika seseorang siswa bertanya, maka ia sudah melihat permasalahan yang ada pada sesuatu yang sedang dipelajarinya. Pemunculan masalah menandakan bahwa siswa sudah mulai berpikir dan jika masalah itu dirumuskan menjadi pertanyaan berarti siswa itu berkehendak untuk menemukan jawaban atas masalah yang ditemukan atau dengan kata lain siswa berkehendak untuk mengembangkan pikiran lebih lanjut. Itulah yang dinamakan belajar.

Selain itu, pemakaian bentuk bahasa dalam pertanyaan adalah bagian integral dari pemakaian bahasa, khususnya pemakaian yang bersifat interaksional. Pemakaian interaksional ialah pemakaian yang melibatkan adanya arus informasi timbal balik. Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Guru seringkali bertanya untuk berbagai tujuan, misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa, untuk merangsang siswa berpikir, dan untuk mengontrol kelas. Demikian juga halnya dengan siswa. Pertanyaan yang mereka ajukan juga mempunyai berbagai tujuan, misalnya untuk mendapatkan penjelasan, sebagai ungkapan rasa ingin tahu, atau bahkan sekedar untuk mendapatkan perhatian. Tampaknya tidak ada yang menyangkal peran penting pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Meskipun demikian terdapat, perbedaan pendapat tentang siapa yang seharusnya lebih banyak bertanya dalam proses pembelajaran. Sebagian pihak berpendapat bahwa gurulah yang harus banyak bertanya kepada siswa. Hal tersebut dikarenakan guru bisa membimbing dan mendorong siswa untuk berpikir. Namun, siswa juga harus banyak bertanya kepada guru, karena sesungguhnya siswalah yang belajar.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajarannya dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik secara aktif memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik, mengolah atau menganalisis data atau informasi dan menarik simpulan dan mengomunikasikan hasil yang terdiri dari simpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusan masalah.

Adapun langkah-langkah dalam pendekatan saintifik adalah mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data atau informasi, mengasosiasi atau menganalisis data atau informasi untuk menjawab pertanyaan atau menarik simpulan, kemudian mengomunikasikan dan dapat dilanjutkan dengan mencipta, yaitu menginovasi, mendisain model, rancangan, dan produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari. Langkah menanya dalam pendekatan saintifik memiliki pengertian merumuskan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui. Selain itu, menanya juga berarti menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan pengetahuan kita. Dengan bertanya, siswa didorong untuk berpikir.

Bertanya dalam kelas juga merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Bertanya berguna bagi siswa untuk menemukan jawaban atau mengonfirmasi atas suatu permasalahan yang tidak diketahui. Dalam kelas

tradisional, umumnya yang bertanya adalah guru, sedangkan yang memanfaatkan kesempatan untuk bertanya adalah siswa. Proses pembelajaran bertanya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan untuk meningkatkan partisipasi siswa secara penuh, meningkatkan kemampuan berpikir siswa, membangkitkan rasa ingin tahu siswa, menuntun siswa untuk menemukan jawaban dan berguna untuk memusatkan perhatian siswa pada masalah yang dibahas. Namun faktanya, kebanyakan siswa tidak mau bertanya karena mungkin siswa terlalu takut salah dan terlihat kurang pandai, lebih sering mendengarkan tanpa mengucapkan kata-kata. Sementara harapan guru adalah murid bertanya dalam proses pembelajaran.

Pilihan dan bentuk tuturan bahasa dalam pertanyaan yang digunakan oleh seorang siswa tentu akan berbeda dengan pilihan dan bentuk tuturan bahasa yang digunakan oleh seorang guru. Meskipun demikian, pilihan dan bentuk tuturan bahasa dalam pertanyaan seorang guru akan sangat memengaruhi pilihan bahasa siswanya. Pertanyaan yang diajukan dapat bermacam-macam bentuknya, ada yang berupa pertanyaan sederhana tentang pengertian konsep dan ada juga yang bertanya tentang isi (content) ataupun mengapa hal tersebut bisa terjadi. Adapun jenis pertanyaan kognitif berdasarkan revisi Bloom adalah (1) pertanyaan ingatan, (2) pertanyaan pemahaman, (3) pertanyaan aplikasi, (4) pertanyaan analisis, (5) pertanyaan sintesis, dan (6) pertanyaan evaluasi. Pertanyaan pun dapat dilihat dari bentuk pertanyaan, jawaban yang mengikutinya maupun unsur pembentuknya. Kalimat deklaratif dapat diubah menjadi kalimat interogatif atau kalimat tanya dengan empat cara, yaitu dengan mengubah struktur, intonasi, maupun dengan menambahkan kata tanya dan kata ingkar.

Pentingnya siswa dapat aktif bertanya merupakan hal penting bagi pembelajaran saat ini, Pola pikir guru dan keterampilan memberikan stimulan bagi siswa tampaknya menjadikan tantangan bagi guru demi mencetak siswa yang kreatif, analitis, dan mumpuni. Penelitian tentang pertanyaan siswa hingga saat ini masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, studi tentang pertanyaan siswa penting untuk diteliti. Oleh sebab itulah penulis untuk melakukan penelitian tentang