• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive sampling yaitu penetapan lokasi secara sengaja dengan suatu pertimbangan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode korelasional (correlational research). Penelitian di laksanakan selama 1 bulan, mulai bulan Maret hingga April 2008. Adapun pertimbangan-pertimbangan mengapa Desa Bedoyo dijadikan lokasi penelitian sebagai berikut:

1. Adanya pertunjukan wayang purwa di Desa Bedoyo yang dilakukan secara rutin (minimal sebulan sekali).

2. Tingginya ketertarikan masyarakat Desa Bedoyo terhadap pertunjukan wayang purwa yang diselenggarakan.

Desain Penelitian

Penelitian didesain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional, karena selain mendiskripsikan kondisi yang ada, juga berupaya menjelaskan hubungan di antara peubah yang diamati. Penelitian survai menurut Singarimbun dan Effendi (2006) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) macam peubah, yaitu peubah bebas dan peubah terikat. Peubah bebas (independent variable) adalah peubah yang mempengaruhi, ditulis dengan simbol X. Selanjutnya peubah terikat (dependent variable) atau peubah yang dipengaruhi, ditulis dengan simbol Y. Sebagai peubah bebas atau peubah yang mempengaruhi (X) adalah peubah karakteristik individu dan peubah pertunjukan wayang purwa. Sebagai peubah terikat atau peubah yang dipengaruhi (Y) adalah peubah efektivitas komunikasi.

Populasi dan Contoh

Berdasarkan data demografi Desa Bedoyo tahun 2007 dan informasi dari informan kunci yang akrab dengan sistem masyarakat setempat, diketahui jumlah masyarakat produktif sebanyak 790 orang. Dengan demikian populasi penelitian ini sebanyak 790 orang masyarakat Desa Bedoyo (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi masyarakat Desa Bedoyo, Gunung Kidul, DIY Dusun Jumlah (orang) Ngalasombo 98 Ngrombo 64 Bedoyo Kulon 162 Bedoyo Lor 80 Bedoyo Wetan 127 Bedoyo Kidul 129 Surubendo 130 Jumlah 790

Sumber: Desa Bedoyo, 2007

Pengambilan contoh yang dilakukan secara proporsional dengan menetapkan sebanyak 10% dari populasi yang ada di tujuh dusun Desa Bedoyo. Penentuan contoh dari setiap lapisan masyarakat dilakukan secara acak. Contoh acak adalah metode pengambilan suatu bagian (contoh) dari suatu populasi atau semesta sedemikian rupa, sehingga semua sampel yang terambil dari n yang besarnya tetap, memiliki peluang sama untuk terpilih (Feller dalam

Kerlinger, 1996). Teknik pengambilan contoh tersebut diharapkan dapat menghasilkan contoh representatif.

Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil contoh secara acak. Dalam contoh berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.

Penelitian ini mengambil contoh sebanyak 79 responden, hasil ini diperoleh dari 10% dari jumlah populasi yang ada di Desa Bedoyo (Tabel 2). Penetapan contoh 10% berdasarkan pendapat Arikunto (1998) yang menyatakan bila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya agar menjadi penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya, dari (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana; (b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; (c) besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti.

Tabel 2. Jumlah contoh penelitian masyarakat Desa Bedoyo, Gunung Kidul DIY Dusun Jumlah (orang) Ngalasombo 10 Ngrombo 6 Bedoyo Kulon 16 Bedoyo Lor 8 Bedoyo Wetan 13 Bedoyo Kidul 13 Surubendo 13 Jumlah 79

Data dan Instrumentasi

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari penelitian lapangan. Dalam hal ini data diperoleh melalui kuesioner yang sudah diisi dengan benar oleh responden (dengan pengecekan kebenaran dan terisi lengkap). Kuesioner tersebut untuk mengetahui karakteristik individu masyarakat, karakteristik pertunjukan wayang purwa dan efektivitas komunikasi di era globalisasi. Selain data yang diperoleh melalui kuesioner atau melalui daftar pertanyaan, data dapat pula diperoleh dari hasil wawancara, sebagai kroscek kebenaran pengisian melalui kuesioner. 2. Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian ini yang tidak

diperoleh secara langsung melalui kuesioner. Data ini diperoleh melalui penelusuran literatur, internet, bahan pustaka, surat kabar.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian adalah pedoman pertanyaan terstruktur (kuesioner), daftar pertanyaan disusun dalam bentuk jawaban tertutup semi terbuka.

Secara umum kuesioner dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, bagian pertama mengenai karakteristik individu, bagian kedua, karakteristik pertunjukan wayang purwa dan bagian ketiga efektivitas komunikasi masyarakat mengenai bersih desa.

Definisi Operasional

Adapun definisi operasional peubah dalam penelitian ini adalah:

X Karakteristik individu merupakan ciri-ciri khusus, dalam hal ini kekhususannya disesuaikan dengan perwatakan personal berdasarkan tempat penelitian, yang meliputi:

X1 Umur merupakan jumlah tahun yang dialami responden dari saat

kelahiran hingga penelitian atau interview dilaksanakan. Pengukuran dengan skala rasio berdasarkan pembulatan ke ulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam satuan tahun. Umur dikategorikan menjadi tiga yaitu 21-32 tahun, 33-43 tahun dan 44-55 tahun.

X2 Jenis kelamin. Data dalam bentuk skala nominal dan dikategorikan

dalam dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.

X3 Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun responden mengikuti

proses belajar di lembaga pendidikan formal (SD,Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi) yang diukur dalam skala rasio.

X4 Pekerjaan adalah jenis pekerjaan responden yang diukur dengan

skala nominal dan dikategorikan yaitu: non formal (petani, pedagang dan pertukangan), PNS dan karyawan swasta.

X5 Tingkat pendapatan adalah banyaknya rupiah yang diperoleh rata-rata

tiap bulan diukur dengan skala rasio dengan tiga kategori yaitu: kurang dari Rp.600.000,00, Rp.600.000,00 sampai dengan Rp.1.500.000,00 dan lebih dari Rp.1.500.000,00.

X6 Perilaku komunikasi adalah rata-rata waktu dalam hari yang digunakan

responden untuk menonton televisi, mendengarkan radio dan membaca surat kabar dalam upaya memperoleh informasi diukur dengan skala rasio.

X6 Karateristik pertunjukan wayang purwa adalah penampilan kesenian

tradisional wayang kulit. Dimana seorang dalang memegang peranan dalam memainkan pertunjukan ini. Dibagi atas lima kategori skor, yakni skor 1 untuk sangat tidak sesuai, skor 2 untuk tidak sesuai, skor 3 untuk cukup sesuai, skor 4 untuk sesuai, dan skor 5 untuk sangat sesuai. Pengukuran untuk peubah ini berdasarkan skala ordinal, karena data yang digunakan dalam bentuk ranking atau peringkat. Pertunjukan wayang purwa meliputi:

X6.1 Wayang sebagai hubungan antar dalang dan penonton, adanya

keterlibatan penonton dalam pertunjukan wayang purwa sehingga tercipta dialog antara dalang dengan penonton

X6.2 Tokoh pelakunya, cerita-cerita yang digunakan disesuaikan dengan

lakon-lakon wayang yang dimainkan sehingga dalam hal ini nantinya lakon wayang dapat dijadikan sumber informasi bagi khalayaknya, memiliki struktur dramatiknya, kesesuaian lakon dengan tokoh

pelakunya, lakon dengan tema pokok serta masalah pokoknya, lakon dengan bobot kesusastraan yang menyangkut masalah bahasa.

X6.3. Tema serta masalah pokok, kesesuaian antara tema wayang dengan

masalah bersih desa yang diangkat dalam pertunjukan wayang purwa dengan bersih desa.

Y Efektivitas komunikasi, proses penyampaian suatu pesan kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan, melalui media wayang purwa. Pengukuran untuk peubah ini berdasarkan skala ordinal, karena data yang digunakan dalam bentuk ranking atau peringkat. Indikator dari efektivitas komunikasi meliputi:

a. Pengetahuan yaitu tingkat pemahaman responden terhadap pertunjukan wayang purwa yang diselenggarakan, dibagi atas lima kategori skor, yakni skor 1 untuk sangat tidak mengetahui, skor 2 untuk tidak mengetahui, skor 3 untuk cukup mengetahui, skor 4 untuk mengetahui, dan skor 5 untuk sangat mengetahui.

b. Sikap yaitu pendapat responden terhadap makna bersih desa yang disampaikan oleh dalang. Sikap diukur dengan penilaian pendapat dibagi dalam lima kategori skor, yakni skor 1 untuk sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk kurang setuju, skor 4 untuk setuju, dan skor 5 untuk sangat setuju.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid (sah) dan reliabel (andal). Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pernyataan suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban terhadap pernyataan tersebut adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 10 orang responden yang berasal dari Desa Ponjong, Gunung Kidul, DIY. Daerah ini dipilih karena memiliki karakteristik relatif sama dengan Desa Bedoyo.

Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut sudah valid dan reliabel. Jika butir-butir tersebut sudah valid dan reliabel, berarti butir-butir tersebut sudah bisa untuk mengukur faktornya. Langkah selanjutnya

adalah menguji apakah faktor-faktor sudah valid untuk mengukur konstruk yang ada, dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment Pearson, yang rumusnya seperti berikut:

Keterangan:

rhitung = product moment

X = jumlah skor item

X = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Dengan mengetahui rhitung di atas maka dapat mengambil keputusan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau peubah tersebut valid.

b. Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau peubah tersebut

tidak valid

c. Begitu juga bila r hasil > r tabel tapi bertanda negatif maka butir atau peubah

tersebut tetap tidak valid

Analisis angket dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, diikuti uji reliabilitas. Jika sebuah butir pertanyaan tidak valid, maka otomatis ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya.

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara, one shot atau diukur sekali saja. Di sini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain.

Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (2006), dalam uji coba instrumen tersebut untuk pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode split-half (belah dua). Untuk perhitungan reliabilitas digunakan dengan rumusan sebagai berikut:

dimana :

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

[

][

]

= 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rhitung

tt

r

tt

r

tot

r

.

1

)

.

(

2

.

+

=

Dalam pengujian butir-butir tersebut (lihat Lampiran. 1) didapatkan secara keseluruhan butir-butir pernyataan dalam kuesioner valid. Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh dari hasil uji lapangan harus dibandingkan dengan angka kritik nilai r dengan melihat (N-2). Untuk taraf signifikansi 5% angka kritik yang diperoleh untuk jumlah responden 10 orang adalah 0,632. Apabila hasil uji validitas yang telah lebih besar dibandingkan dengan angka kritik nilai r maka dapat disimpulkan korelasi antar pernyataan valid. Nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh dari hasil uji validitas diperoleh pada peubah pertunjukan wayang purwa. Nilai tertinggi (0,934) terdapat dalam indikator tema serta masalah pokok dengan pernyataan tema bersih desa sesuai dengan kebiasaan dan nilai validitas terendah (0,656) terdapat dalam indikator tokoh pelaku dengan pernyataan lakon sesuai dengan pernyataan. Hal ini berarti bahwa pernyataan- pernyataan tersebut memiliki validitas konstrak. Dalam bahasa statistik terdapat konsistensi internal (internal consistensy) dalam pernyataan-pernyataan tersebut. Yang dimaksud dengan konsistensi internal adalah pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama.

Pengujian reliabilitas kuesioner dengan metode split half diperoleh nilai reliabilitas untuk karakteristik pertunjukan wayang purwa 0,688 dan untuk tingkat efektivitas komunikasi 0,956 hal ini menunjuk pada suatu pengertian bahwa kuesioner dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut. 1. Observasi, yaitu peneliti datang secara langsung ke tempat penelitian untuk

melihat langsung objek yang diteliti agar lebih jelas.

2. Wawancara, yaitu mencari sumber data dengan melakukan tanya jawab kepada responden yang terlibat dalam objek penelitian sesuai dengan pertanyaan di kuesioner yang telah disiapkan. Wawancara juga dilakukan untuk mengadakan kroscek dari temuan lapangan, di samping dipadukan juga dengan konsep/teori yang mendukung. Sehingga diharapkan jawaban

dari kuesioner tidak bias dan semua kuesioner yang dibagikan layak untuk di tabulasi.

Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan, dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk persentil, frekuensi, rataan skor, total rataan skor, persentase dan tabel distribusi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15 for windows, yaitu statistik deskriptif kerelasional. Untuk mengetahui hubungan antar peubah untuk data ordinal menggunakan rank Tau Kendall dan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien korelasi rank Tau Kendall N = jumlah data

S = jumlah selisih antara peringkat bagi xidan yi

Alasan-alasan penggunaan korelasi rank Tau Kendall adalah :

1. Tidak ada anggapan bahwa skor yang dianalisis ditarik dari populasi dengan distribusi tertentu.

2. Skor tidak eksak dalam pengertian semata-mata data berupa jenjang. 3. Efisiensi cukup tinggi (Siegel, 1994).

Analisa untuk data nominal menggunakan khi-Kuadrat (chi square). Metode khi-kuadrat digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang diharapkan (fh) dari contoh apakah terdapat

hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak (Arikunto, 1998), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

2

= koefisien korelasi khi-Kuadrat

fo = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh = frekuensi yang diharapkan ) N(N S 1 2 1 = = n n f f f0 2 2 ( )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait